LANDASAN TEORI

L. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penyelidikan diskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Metode ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, lalu dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

(Surakhmad, 1998). Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Metode survei

yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Ciri khas penelitian survei adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuisioner (Singarimbun dan Effendi, 1995).

M. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Penentuan Daerah Sampel

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Penentuan kecamatan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan atau pengambilan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu sedangkan pertimbangan yang diambil berdasarkan tujuan penelitian (Rianse dan Abdi, 2008).

Kabupaten Wonogiri terdiri dari 25 kecamatan, dan ada 5 kecamatan yang memproduksi keripik tempe mulai dari membuat tempe kedelai sampai menjadi keripik tempe yang sudah dikemas dan siap dijual.

Adapun jumlah unit usaha keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Unit Industri Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri pada Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Unit Usaha keripik tempe

60 Sumber: Data Primer Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui dari 5 kecamatan yang

Jumlah

memproduksi keripik tempe, dipilih tiga kecamatan yang dijadikan kecamatan sampel yaitu Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Baturetno, dan Kecamatan Pracimantoro dengan pertimbangan bahwa tiga kecamatan tersebut memiliki unit yang masuk tiga besar dan sudah cukup mewakili populasi produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri.

2. Metode Pengambilan Sampel

Data yang dianalisis harus menggunakan sampel yang cukup besar, karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30

(Singarimbun dan Effendi, 1995). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini jumlah

sampel yang diambil adalah sebanyak 30 produsen keripik tempe.

Penentuan jumlah sampel tiap desa dilakukan secara proposional menggunakan rumus:

Nk Ni = x30

N Keterangan : Ni = Jumlah sampel yang diambil pada tiap desa Nk = Jumlah populasi produsen keripik tempe dari tiap desa N = Jumlah populasi produsen keripik tempe dari seluruh desa terpilih

30 = Jumlah sampel yang dikehendaki Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus tersebut

maka diperoleh besarnya sampel tiap desa yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

Tabel 4. Jumlah Unit Industri Keripik Tempe di Kecamatan Wonogiri, Kecamatan Baturetno, dan Kecamatan Pracimantoro Tahun 2009

No Kecamatan

Desa

Populasi

Jumlah Sampel

3. Pracimantoro Suci

14 9 Jumlah

47 30 Sumber: Data Primer Pengambilan sampel produsen keripik tempe dilakukan dengan

metode simple random sampling atau sampel acak sederhana, yaitu sebuah metode simple random sampling atau sampel acak sederhana, yaitu sebuah

Pengambilan sampel responden dilakukan dengan cara undian. Undian dilakukan dengan cara semua produsen tersebut ditulis dalam secarik kertas yang kemudian digulung dan dimasukkan dalam sebuah kotak. Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil. Nomor yang terambil menjadi responden yang akan diteliti, kemudian gulungan tersebut dikembalikan lagi hingga sesuai dengan jumlah responden yang direncanakan.

N. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan produsen keripik tempe dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner) serta dengan cara melakukan observasi atau pengamatan secara langsung di daerah penelitian. Data primer yang diambil pada penelitian ini meliputi data identitas responden, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam industri rumah tangga keripik tempe dan jumlah produksi keripik tempe selama satu bulan (Maret, 2010).

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang disusun oleh seseorang, lembaga atau instansi yang berbentuk data statistik yang bersifat resmi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga- lembaga yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonogiri dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri. Data sekunder yang diambil pada penelitian ini meliputi data kondisi umum Kabupaten Wonogiri yang berupa keadaan alam, keadaan penduduk, keadaan pertanian, keadaan perekonomian dan Data sekunder adalah data yang disusun oleh seseorang, lembaga atau instansi yang berbentuk data statistik yang bersifat resmi. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga- lembaga yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonogiri dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri. Data sekunder yang diambil pada penelitian ini meliputi data kondisi umum Kabupaten Wonogiri yang berupa keadaan alam, keadaan penduduk, keadaan pertanian, keadaan perekonomian dan

O. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti tersebut.

2. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan responden berdasarkan daftar pertanyaan (quisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Pencatatan

Teknik pencatatan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat hasil wawancara pada daftar pertanyaan (quisioner) dan mencatat data sekunder dari instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

P. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri

a. Nilai total biaya pada industri rumah tangga keripik tempe adalah penjumlahan dari nilai total biaya tetap dan nilai biaya variabel yang digunakan dalam kegiatan produksi keripik tempe. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC keterangan :

TC (Total Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah) TFC (Total Fixed Cost)

= Total biaya tetap industri rumah tangga keripik tempe meliputi biaya

penyusutan peralatan dan biaya bunga modal investasi (Rupiah)

TVC (Total Variable Cost) = Total biaya variabel industri rumah tangga keripik tempe meliputi biaya

bahan baku, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar, biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, biaya transportasi (Rupiah)

b. Penerimaan dari industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan mengalikan jumlah produk keripik tempe yang terjual dengan harga keripik tempe tersebut. Metode perhitungan: TR = Q x P

Dimana: TR(Total Revenue)

= Penerimaan industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

Q (Quantity) = Jumlah keripik tempe yang terjual (biji) P (Price)

= Harga jual keripik tempe per biji (Rupiah)

c. Metode perhitungan keuntungan industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

π = TR – TC keterangan :

π (Profit) = Keuntungan industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

TR (Total Revenue) = Penerimaan total industri rumah tangga

keripik tempe (Rupiah)

TC (Total Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

d. Nilai profitabilitas dalam industri rumah tangga keripik tempe merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan total biaya, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

Profitabilitas =

x 100%

TC Keterangan :

π (Profit) = Keuntungan industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

TC (Total Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik

tempe (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas adalah : Profitabilitas > 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang

dijalankan menguntungkan

Profitabilitas = 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan mengalami BEP (impas)

Profitabilitas < 1 berarti industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan tidak menguntungkan

2. Efisiensi Usaha

Efisiensi industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri yang telah dijalankan selama ini dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penerimaan dan biaya

Efisiensi industri rumah tangga keripik tempe dapat dihitung dengan membandingkan besarnya penerimaan industri rumah tangga keripik tempe dengan biaya yang digunakan untuk produksi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

R Efisiensi = C

keterangan : R(Revenue) = Penerimaan total industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah) C(Cost) = Biaya total industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah) Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah : R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien, R/C = 1 berarti usaha belum efisien atau usaha mencapai titik impas

R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan tidak efisien (Soekartawi, 1995).

3. Risiko Usaha Besarnya risiko pada industri rumah tangga keripik tempe di Kabupaten Wonogiri dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung oleh produsen rumah tangga keripik tempe dengan jumlah Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung oleh produsen rumah tangga keripik tempe dengan jumlah

V CV = E

keterangan : CV = Koefisien variasi industri rumah tangga keripik tempe

V = Simpangan baku keuntungan industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

Sebelumnya dicari dahulu keuntungan rata–rata dengan rumus:

Ei

i = E= 1

n keterangan :

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

Ei = Keuntungan yang diterima produsen industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

n = Jumlah responden keripik tempe (orang) Setelah mengetahui keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik

tempe, selanjutnya mencari simpangan baku dengan dengan menggunakan metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

V= 2 V

Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut:

- å 2 (E 1 E)

(n - 1) Keterangan:

V 2 = Keragaman Ei

= Keuntungan yang diterima industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

E = Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

n = Jumlah responden keripik tempe (orang) Untuk mengetahui batas bawah keuntungan digunakan rumus : L = E – 2V Dimana L = Batas bawah keuntungan industri rumah tangga keripik tempe

(Rupiah)

Keuntungan rata-rata industri rumah tangga keripik tempe

E = (Rupiah)

V = Simpangan baku keuntungan industri rumah tangga keripik tempe (Rupiah)

Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa produsen akan selalu terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh produsen (Hernanto, 1993).