Prinsip-prinsip di dalam Hak Asasi Manusia

perlindungan terhadap hak milik dan hak-hak dasar lainnya. Jadi, dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnyademokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya. Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt yang dicanangkan pada tanggal 6 Januari 1941, dikutip dari Encyclopedia Americana, p.654 tersebut di bawah ini : The first is freedom of speech and expression everywhere in the world. The second is freedom of every person to worship God in his own way-every where in the world. The third is freedom from want which, translated into world terms, means economic understandings which will secure to every nation a healthy peacetime life for its inhabitants-every where in the world. The fourth is freedom from fear-which, translated into world terms, means a worldwide reduction of armaments to such a point and in such a through fashion that no nation will be in a position to commit an act of physical agression against any neighbor-anywhere in the world. Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II sesudah Hitler memusnahkan berjuta-juta manusia dijadikan dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal, yang kemudian dikenal dengan The Universal Declaration of Human Rights yang diciptakan oleh PBB pada tahun 1948 5 5 http:imadekariada.blogspot.com200808sejarah-hak-asasi-manusia.html .

B. Prinsip-prinsip di dalam Hak Asasi Manusia

Universitas Sumatera Utara Hak asasi manusia bersifat universal dan tak dapat dicabut; tidak bisa dibagi; saling berkaitan dan tak bisa dipisah-pisahkan. Hak asasi bersifat universal karena setiap orang terlahir dengan hak yang sama, tanpa memandang di mana mereka tinggal, jenis kelamin atau ras, agama, latar belakang budaya atau etnisnya. Tak bisa dicabut karena hak-hak setiap orang itu tidak akan pernah bisa ditanggalkan dan direbut. Saling bergantung satu sama lain dan tak bisa dipisah- pisahkan karena semua hak itu―baik hak sipil, politik, sosial, ekonomi, maupun budaya―kedudukannya setara dan tidak akan bisa dinikmati sepenuhnya tanpa adanya pemenuhan hak-hak lainnya. Setiap orang diperlakukan secara setara, dan diberi hak pula untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang akan berpengaruh pada hidupnya. Mereka menegakkannya dengan peraturan hukum dan dikuatkan dengan adanya jaminan penuntutan terhadap para pengemban tanggung jawab negara untuk mempertanggungjawabkannya dengan standar internasional 6 . 1. Bersifat universal dan tak dapat dicabut universality and inalienability Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan seluruh umat manusia di dunia memikinya. Hak-hak tersebut tidak bisa diserahkan secara sukarela atau dicabut. Hal ini selaras dengan pernyataan yang tercantum dalam pasal 1 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia: “Setiap umat manusa dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya”. 6 http:www.komnasham.go.idpendidikan-dan-penyuluhan848-prinsip-prinsip-pokok-hak- asasi-manusia Universitas Sumatera Utara 2. Tidak bisa dibagi indivisibility Hak asasi manusia―baik hak sipil, politik, sosial, budaya, dan ekomoni―semuanya inheren, menyatu dalam harkat- martabat umat manusia. Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat, dan tidak bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis. Pengabaian pada satu hak akan berdampak pada pengabaian hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi: hak tersebut merupakan modal dasar agar setiap orang bisa menikmati hak-hak lainnya, seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan. 3. Saling bergantung dan berkaitan satu sama lain interdependence and interrelatedness Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Sebagai contoh, dalam situasi tertentu, hak untuk mendapatkan pendidikan atau hak untuk memperoleh informasi adalah hak yang saling bergantung satu sama lain. 4. Sederajat dan tanpa diskriminasi equality and non-discrimination Setiap individu sederajat sebagai umat manusia dan memiliki kebaikan yang inheren dalam harkat-martabatnya masing-masing. Setiap umat manusia berhak sepenuhnya atas hak-haknya tanpa ada pembedaan dengan alasan apapun, Universitas Sumatera Utara seperti yang didasarkan atas perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, etnis, usia, bahasa, agama, pandangan politik dan pandangan lainnya, kewarganegaraan dan latar belakang sosial, cacat dan kekurangan, tingkat kesejahteraan, kelahiran atau status lainnya sebagaimana yang telah dijelaskan oleh badan pelaksana hak asasi manusia. 5. Turut berpartisipasi dan berperan aktif participation and inclusion Setiap orang dan seluruh masyarakat berhak untuk turut berperan aktif secara bebas dan berarti dalam partisipasi dan berkontribusi untuk menikmati kehidupan pembangunan, baik kehidupan sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya demi terwujudnya hak asasi dan kebebasan dasar. 6. Ada pertanggungjawaban dan penegakkan hukum accountability and rule of law. Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen hak asasi manusia. Seandainya mereka gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak, sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan yang kompeten atau ajudikator penuntut lain yang sesuai dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku. Universitas Sumatera Utara C . Hak Asasi Manusia dalam Hukum Internasional Hak asasi manusia harus dianggap sebagai salah satu dari beberapa pencapaian utama filsafat modern. Pesona moral dan kekuatan revolusionernya telah menjadi penentu jalan sejarah sepanjang 250 tahun terakhir melalui banyak cara yang masih berlangsung. Pernyataannya yang cukup beralasan adalah bahwa HAM merupakan satu- satunya sistem nilai yang diakui secara universal, meskipun sistem nilai tersebut, tidak seperti ideologi atau agama, bukan merupakan suatu sitem nilai yang sudah tertutup. Sistem tersebut tidak menawarkan jawaban-jawaban yang sudah siap untuk berbagai pertanyaan tentang kehidupan yang tak terhingga jumlahnya, tetapi sebaliknya, sistem tersebut menawarkan seperangkat standar minimum dan aturan prosedural yang terjalin secara longgar untuk hubungan antar manusia, yang seluruhnya dapat diaplikasikan bukan hanya untuk pemerintahan, badan-badan penegak hukum ataupun militer, tetapi juga pada prinsipnya untuk berbagai badan usahabisnis, organisasi internasional ataupun perorangan 7 Fokus HAM adalah tentang kehidupan dan martabat manusia. Martabat seseorang dilanggar ketika mereka menjadi subyek penyiksaan, terpaksa hidup dalam perbudakan dan kemiskinan, seperti tanpa adanya pangan, pakaian, dan perumahan yang minimum. Hak ekonomi, sosial dan budaya lainnya seperti akses terhadap pendidikan, pelayanan kesehatan dan keamanan sosial minimum yang pada dasarnya penting bagi kehidupan bermartabat sebagai penghormatan atas kehidupan pribadi dan keluarga ataupun kebebasan pribadi. . 7 Manfred Nowak, Pengantar pada Rezim HAM Internasional, Pustaka HAM Raoul Wallenberg Institute, 2003, hlm 1 Universitas Sumatera Utara Hak-hak yang menekankan bahwa manusia bebas memilih tindakan mereka, yang pada dasarnya merupakan manifestasi dari martabat manusia, membentuk inti yang mendasari pembentukan sejumlah hak-hak lainnya, seperti hak-hak kebebasan , hak-hak kesetaraan, hak-hak politik, hak-hak untuk kehidupan ekonomi, hak-hak kolektif, hak-hak prosedural khususnya untuk pelaksanan hukum pidana , atau hak-hak khusus untuk anak, lanjut usia, orang sakit, orang cacat, orang asing, pencari suaka, dan kelompok-kelompok rentan lainnya. Seluruh hak-hak tersebut diatas memberikan hak hukum kepada seluruh umat manusia untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebebasan, kesetaraan dan martabat manusia. Abad pencerahan, yang mengakui hak-hak individu dalam komunitas mereka masing-masing, telah berhasil membebaskan umat manusia dari berbagai pandangan dunia yang lazim pada abad pertengahan, yang ditentukan berdasarkan kewajiban saja. Manusia diciptakan untuk menjadi subyek sistem hukum dan bukan sebagai obyeknya, mereka dibebaskan dari kehidupan yang bersifat pasrahmenyerah dan diberikan hak- hak sebagai warga negara. Ini merupakan hal esensial yang membedakan HAM dengan sistem-sistem nilai lainnya, khususnya agama. Proses emansipasi, proses pemberdayaan inilah yang telah membentuk esensi revolusioner dari HAM. HAM merupakan seperangkat standar normatif universal yang tersusun dengan baik dan sah menurut hukum. Adalah elemen universal dan normatif ini yang secara mendasar membedakan HAM dari berbagai pandangan atau sistem nilai dunia lainnya. Beberapa pemerintahan secara bertahap menerima HAM sebagai kewajiban hukum, dan saat Konferensi Dunia tentang HAM di Wina tahun 1993, menyingkirkan pemikiran bahwa HAM hanya merupakan masalah kedaulatan negara. Setidaknya, dalam kasus- kasus pelanggaran HAM yang berat ataupun sistematik, komunitas internasional Universitas Sumatera Utara diberikan legitimasi dan bahkan diminta untuk melakukan intervensi, demi kebaikan para korban, untuk melawan pemerintahan atau kekuatan non-pemerintah yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut. Prinsip Universalitas dalam bentuk apapun tidak dapat menghapuskan perbedaan dan kekhususan regional atau nasional. Sesuatu yang valid secara universal adalah prinsip hak-hak yang tidak dapat dicabut, berdasarkan pada martabat manusia, sama dengan berbagai standar minimal lainnya yang diakui oleh hukum kebiasaan internasional ataupun hukum perjanjian internasinal;ini termasuk larangan penyiksaan penyiksaan dan perbudakan, larangan diskriminasi ras dan apartheid, hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri atau hak-hak minimal dari anak-anak. Diluar itu tentunya, setiap negara atau organisasi regional bebas menetapkan sendiri HAM mereka, standar yang lebih tinggi atau tambahan lainnya 8 Hukum internasional secara tradisional hubungan antara negara-negara yang berdaulat dan karenanya belum dianggap bertanggung jawab untuk mengatur hubungan antara negara-negara itu dengan para warganegaranya ataupun antar warganegara. Jenis hubungan yang terakhir ini merupakan bagian dari masing-masing negara berdaulat tersebut dan, karena statusnya yang demikian, diatur oleh hukum negara hukum konstitusi, administratif, pidana dan sipil. Sebagai reaksi atas kekejaman-kekejaman Sosialisme Nasional, hukum internasional baru mulai mengatur hak-hak individual dalam hubungannya dengan pemerintah masing-masing, meskipun masih banyak negara yang menolak menyerahkan bagian yang telah menjadi tradisi dari kedaulatan nasionalnya ini kepada hukum internasional. Itulah sebabnya mengapa . 8 Ibid, hlm 4 Universitas Sumatera Utara perkembangan perlindungan HAM internasional merupakan suatu pertarungan yang berlangsung melawan kedaulatan nasional. Perkembangan HAM, landasan-landasan filosofisnya serta perwujudan nyata dan legalnya, telah menjadi suatu dialektika dan hampir sepenuhnya merupakan proses yang bersifat revolusioner. Pada tahun 1970an, Karel Vasak, pakar HAM Cekoslovakia, menciptakan ungkapan ‘generasi HAM’ untuk menggambarkan proses yang terputus- putus ini. Asalkan istilah ini tidak digunakan untuk mengimplikasikan bahwa masing- masing generasi pengganti digantikan oleh generasi sebelumnya, istilah ini seringkali digunakan untuk memberikan ilustrasi bagi debat tentang ideologi HAM semasa Perang Dingin. Para pakar lainnya memilih untuk menggunakan istilah dimensi HAM. Tentu saja, terlalu sederhana apabila mencoba dan mengklasifikasikan semua hak-hak asasi manusia ke dalam tiga generasi atau dimensi, tetapi hal tersebut merupakan cerminan jernih dari diskusi-diskusis grafis tentang HAM yang terjadi antara Barat, Timur dan Selatan. Negara-negara di Barat suka menekankan, dan sebagian sangat yakin hingga hari ini, bahwa hak sipil dan politik merupakan generasi pertama, yaitu hak-hak liberal untuk dicampuri dan hak partisipasi demokratik yang terkandung dalam konsep HAM klasik, merupakan hak-hak asasi yang sesungguhnya dalam arti hak- hak individu yang dapat ditegakkan oleh hukum terhadap negara. Pandangan yang terbatas ini tercermin dalam beberapa konstitusi Barat, serta dalam teori konstitusi liberal tentang hak-hak dasar dan jurusprudensi dari banyak institusi pengadilan di Eropa, AS dan negara-negara lainnya. Pandangan tersebut membatasi HAM pada hubungan vertikal antara negara dengan individu dan pada pengaduan individual terhadap campur tangan negara. Universitas Sumatera Utara Konsep sosialis tentang generasi kedua adalah sama sempitnya karena konsep tersebut mengklaim bahwa hak-hak sipil dan politik hanya akan membantu dan mendukung kepentingan-kepentingan kapitalis untuk memisahkan negara dan masyarakat. Akibatnya, satu-satunya HAM adalah yang didasarkan pada harmonisasi kepentingan-kepentingan individu dan kolektif dalam masyarakat sosialis, dengan kata lain, hak ekonomi, sosial dan budaya sudah dengan sendirinya dipahami. Oleh karena itu, tugas negara adalah menjamin hak-hak atas pekerjaan, jaminan sosial, pangan, perumahan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya melalui pemberian manfaat- manfaat yang positif. Generasi ketiga dari hak kolektif masyarakat dari kelompok selatan mencoba menambahkan dimensi ketiga pada HAM, yang mendekat pada konsep universalisme. Mengingat kerapuhan HAM di Selatan, dan di Afrika khususnya, yang sebagian penyebabnya adalah berabad-abad sejarah kolonialisme dan imperialisme, mengemukakan bahwa hak-hak individu pada tataran nasional tidak akan memecahkan masalah. Perlindungan HAM internasional, daripada dibatasi pada pemantauan internasional oleh negara-negara pengamat HAM, harus dapat menjamin bahwa bangsa- bangsa di Selatan diberikan hak-hak solidaritas kolektif seperti bangsa-bangsa di utara. Pasal 28 dari Deklarasi Universal HAM pada tahun 1948 memberikan landasan untuk konsep generasi ketiga ini, menyatakan bahwa setiap orang berhak atas ketertiban sosial dan internasional di mana hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang dikemukakan dalam Deklarasi ini dapat diwujudkan sepenuhnya’. Hak-hak pokok dari generasi ketiga adalah hak untuk menentukan nasib sendiri, yang pada pokoknya ditafsirkan sebagai hak-hak terjajah atas kemerdekaan politik dari kekuasaan-kekuasaan kolonial Eropa dan kebebasan mengatur sumber daya alam, serta hak atas pembangunan yang ditentukan sendiri, yang sangat erat berhubungan dengan hak-hak yang disebutkan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Konsep tiga generasi ini mendapatkan rumusan normatifnya dalam Kovenan Internasional PBB tahun 1966 Kovenan tentang Hak Sipil dan Politik serta Kovenan tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, termasuk didalamnya hak untuk menentukan nasib sendiri seperti tertuang dalam ayat satu dari kedua Piagam tersebut, dan dalam Piagam Afrika tentang Hak-hak Manusia dan Bangsa,1981 9 Pada masa-masa awal diasumsikan, sesuai dengan ‘teori status’ dari Georg Jellinek status negativus = hak-hak liberal untuk tidak dicampuri-tangani, status activus = hak-hak partisipasi demokrasi, status positivus = hak-hak social yang . Subyek hukum hak asasi manusia internasional adalah sebuah entitas seorang individu secara fisik, sekelompok orang, sebuah perusahaan atau organisasi yang memiliki hak dan kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada prinsipnya, suatu subjek hukum internasional dapat menerapkan haknya atau mengajukan perkara ke hadapan pengadilan internasional, ia juga dapat mengikatkan dirinya dengan subyek hukum lainnya melalui perjanjian, dan subyek hukum lainnya dapat melakukan kontrol dalam konteks dan tingkatan tertentu terhadap bagaimana sebuah subyek hukum melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya. Negara merupakan fokus utama hukum internasional. Organisasi internasional seperti PBB dan juga individu dapat menjadi subjek hukum internasional. Peraturan yang sama juga berlaku bagi hukum hak asasi manusia internasional, karena dasar dari hukum hak asasi manusia internasional adalah hukum internasional. 9 Ibid, hlm 26. Universitas Sumatera Utara menuntut aksi positif dari negara dan teori tiga generasi HAM bahwa berkaitan dengan hak-hak sipil negara berkewajiban untuk tidak melakukan intervensi, sedangkan berkaitan dengan hak-hak ekonomi dan sosial negara berkewajiban memberikan layanan-layanan positif saja. Sejak ketakterpisahan dan saling bergantung HAM telah dibuat menjadi sangat jelas maka secara bertahap dapat diterima bahwa pada prinsipnya negara berkewajiban untuk menghormati, memenuhi dan melindungi seluruh HAM. Kewajiban untuk menghormati HAM mengacu pada kewajiban untuk menghindari tindakan intervensi oleh negara, mempersyaratkan bahwa yang disebutkan terakhir tadi tidak dapat diterima berdasarkan klausul-klausul tentang keterbatasan dan kondisi hokum yang relevan. Intervensi-intervensi yang tidak dapat dijustifikasi dianggap sebagai pelanggaran terhadap HAM terkait. Oleh karena itu hak untuk hidup berkorespondensi dengan kewajiban negara untuk tidak melakukan pembunuha; hak atas integritas fisik dan mental berkorespondensi dengan kewajiban negara untuk tidak melakukan penyiksaan; hak untuk memilih berkorespondensi kewajiban negara untuk tidak menyingkirkan orang dari pemilihan umum demokratis secara sewenang-wenang; sementara hak untuk mendapatkan pekerjaan, kesehatan dan pendidikan berkorespondensi dengan kewajiban negara untuk tidak menyingkirkan orang secara sewenang-wenang dari sistem pasar tenaga kerja, layanan kesehatan dan pendidikan. Universitas Sumatera Utara Kewajiban untuk memenuhi HAM mengacu pada kewajiban negara untuk mengambil tindakan-tindakan legislatif, administratif, peradilan dan praktis yang diperlukan untuk memastikan bahwa hak-hak yang diperhatikan dilaksanakan sebesar mungkin. Tekanan khusus dalam konteks ini ditempatkan pada konsep pencegahan. Kewajiban untuk melindungi HAM juga menuntut aksi negara yang positif, namun berbeda dari kewajiban-kewajiban untuk memenuhi yang disebutkan diatas tadi yang ditujukan untuk menghindari pelanggaran HAM oleh orang sebagai pribadi. Meskipun pada prinsipnya diakui, cakupan sesungguhnya dari perlindungan negara terhadap orang-orang sebagai pribadi sangatlah controversial dan tidak jelas baik dalam teori maupun praktiknya.

D. Perjanjian-perjanjian Internasional yang mengatur tentang hak-hak asasi manusia