Pelanggaran berat Hak Asasi Manusia.

BAB III PERANAN PBB TERHADAP PELANGGARAN HAM BERAT DI DUNIA

A. Pelanggaran berat Hak Asasi Manusia.

Selain ada penggolongan pelanggaran hak-hak sipil dan politik serta pelanggaran hak-hak ekonomi, sosial dan budaya juga terdapat dua kualifikasi pelanggaran manusia yaitu: a pelanggaran hak asasi manusia yang berat gross violation of human rights , serta b bukan pelanggaran berat non-grass. Pelanggaran hak asasi manusia berat adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang fundamental. Hak-hak fundamental ini pada awalnya bersumber pada hak-hak alamiah yaitu hak-hak yang melekat secara alamiah pada setiap manusia. Hak- hak yang dimaksud adalah hak untuk hidup the rights to life. Hak atas keutuhan pribadi the right to personal integrity, hak atas kebebasn the right to unslaved. Hak-hak fundamental tidak boleh dicabut dalam keadaan apa pun baik dalam keadaan perang maupun damai. Setiap negara wajib melindungi dan menjamin pelaksanaan hak-hak tersebut. Pelanggaran hak-hak fundamental inilah yang dikualifikasikan sebagai pelanggaran hak asasi yang berat. Pelanggaran berat HAM menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2000 didefinisikan sebagai pelanggaran HAM yang meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan 18 18 Pasal 7 Undang-Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM . Universitas Sumatera Utara Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebahagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara: a. membunuh anggota kelompok; b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok; c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan fisik baik seluruh ataupun sebahagiannya; d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelopmpok ; atau e. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.” Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa : a. pengusiran; b. pemusnahan; c. perbudakan; d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa; e. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang- wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional; Universitas Sumatera Utara f. penyiksaan; g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara; h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional; i. penghilangan orang secara paksa; j. kejahatan apartheid. Pasal-pasal mengenai kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusian tersebut di atas substansinya merupakan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Statuta Roma. Dalam perkembangan, pelanggaran terhadap sejumlah HAM yang bersifat non- derigable rights ada yang memberikan kualifikasi sebagai suatu pelanggaran berat HAM. Pendapat yang mengatakan penggunaan “berat”: bermaksud untuk menggambarkan tingkat kerusakan, kerugian, atau penderitaan yang sedemikian hebatnya akibat pelanggaran HAM tersebut. Istilah pelanggaran HAM Berat tidak identik dengan suatu pelanggaran HAM, misalnya hak hidup, hak untuk menyampaikan pendapat, hak untuk mendapat pekerjaan, yang sangat berat. Istilah Pelanggaran HAM Berat merupakan terjemahan dari konsep Kejahatan Internasional International Crimes. Dalam doktrin ilmu hukum Universitas Sumatera Utara kejahatan dilihat dari siapa yang menentukan dapat dibagi menjadi dua yaitu Kejahatan Nasional dan Kejahatan Internasional. Kejahatan Nasional merujuk pada kejahatan yang oleh suatu negara ditentukan sebagai perbuatan jahat. Dalam konteks demikian bisa jadi di satu negara suatu perbuatan dianggap suatu kejahatan sementara di negara lain tidak. Sementara kejahatan internasional adalah kejahatan yang ditentukan oleh masyarakat internasional yang terdiri dari negara-negara sebagai suatu perbuatan jahat. Secara tradisional kejahatan internasional adalah perbuatan yang dilakukan oleh bajak laut. Bajak laut dianggap melakukan kejahatan internasional karena perbuatannya merugikan dan berada di laut lepas. Oleh karenanya tidak ada satu negara pun bisa melaksanakan yurisdiksi hukumnya. Pasca Perang Dunia kedua bentuk kejahatan internasional mendapat perluasan pengertian. Ketika itu ada kesulitan untuk mendakwa para penjahat perang di Jerman dan Jepang. Kesulitannya adalah bila mendasarkan pada hukum nasional baik dari negara yang kalah atau menang perang perbuatan yang dilakukan oleh penjahat perang tidak mendapat pengaturan. Di sinilah kemudian dimunculkan konsep kejahatan internasional yaitu perbuatan yang dilakukan oleh para pejabat atau penyelenggara negara terkait dengan perang atau konflik bersenjata yang terjadi. Para pejabat dapat didakwa berdasarkan empat katagori kejahatan internasional yaitu kejahatan genosida crime of genocide, kejahatan terhadap Universitas Sumatera Utara kemanusiaan crimes against humanity, kejahatan perang war crimes dan perang agresi crime of aggression. Pelaku kejahatan internasional dapat dibawa ke peradilan nasional maupun internasional. Hal ini sesuai asas yang dianut bagi kejahatan internasional yaitu asas universal. Adapun contoh peradilan internasional antara lain adalah International Military Tribunal yang dibentuk di Nurmberg dan Tokyo berdasarkan perjanjian internasional diantara negara-negara pemenang perang, International Criminal Tribunal for former Yugoslavia yang dibentuk berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB dan peradilan yang besifat permanen yaitu International Criminal Court ICC.

B. Resolusi PBB dalam usaha perlindungan HAM dan pencegahan pelanggaran HAM