Pandangan negatif masyarakat tentang sexy dancer

Semarang mengalami perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak club malam yang menyuguhkan sexy dancer. Menurut Yongki selaku manajer Starqueen, kelompok sexy dancer di kota Semarang telah berkembang sejak dulu di tempat-tempat hiburan malam. Namun nama para sexy dancer di Semarang belum begitu terkenal layaknya sexy dancer di kota Yogyakarta seperti Sexy Studio, Black Rose dan grup-grup lain dari Jakarta. Sexy dancer di kota Semarang hanya dianggap sebagai pelengkap hiburan malam dan tidak diakui kemampuannya layaknya sexy dance dari luar kota. Oleh karena itu setiap event-event besar di Kota Semarang selalu memanggil kelompok sexy dancer dari luar kota guna memeriahkan acara, walaupun di kota Semarang banyak pula sexy dancer yang berpotensi dan berkualitas.

4.2.1 Pandangan masyarakat penonton tentang sexy dancer

4.2.1.1 Pandangan negatif masyarakat tentang sexy dancer

Sexy dancer seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena identik dengan pornografi. Pandangan ini muncul dari beberapa kalangan masyarakat yang melihat kostum sexy dancer yang terlalu mini dan terbuka. Gerak dan ekspresi penari semakin menambah kesan erotis karena mengarah pada gerak-gerak yang menonjolkan bagian tubuh tertentu. Kemunculan sexy dancer menjadi pro dan kontra di beberapa kelompok masyarakat. Pakaian merupakan perhiasan tubuh yang dapat langsung dilihat oleh mata. Cara berpakaian seseorang menunjukkan tingkat atau status sosialnya dalam masyarakat. Pakaian atau kostum sexy dancer yang terbuka dan sexy menempatkan mereka pada status sosial rendah karena bersedia memperlihatkan bagian tubuh mereka pada khalayak umum. Pakaian dapat memberikan keindahan, proteksi dari penyakit, kenyamanan, dan lain sebagainya. Tanpa bajupakaian dapat mengakibatkan seseorang dikatakan gila. Pandangan masyarakat umum tentang keberadaan sexy dancer tidak lepas dengan hal negatif. Masyarakat tidak berfikir kesulitan atau alasan yang melatarbelakangi para wanita menjadi sexy dancer. Masyarakat umum hanya berfikir bahwa sexy dancer merupakan pekerjaan paling rendah yang mempertontonkan kemolekan tubuh wanita di depan pria di tempat hiburan malam. Menurut Mulyadi selaku tokoh masyarakat di desa Banaran, masyarakat tidak akan berfikir tentang kesulitan yang harus dipersiapkan oleh sexy dancer sebelum tampil dan berfikir bahwa sexy dancer dapat dilakukan wanita manapun yang bersedia mempertontonkan kemolekan tubuhnya demi uang. Dipandang dari segi agama pekerjaan ini adalah haram karena mengumbar aurat dan mengundang syahwat di muka umum yang bukan muhrimnya. Uang yang didapatkan oleh sexy dancer merupakan uang haram karena tidak sesuai dengan norma dan syariat yang berkembang dimasyarakat.

4.2.1.2 Pandangan positif dari penonton dan pelaku sexy dancer