Sisi positif lain yang muncul dari profesi sexy dancer adalah sikap kemandirian dalam mencari nafkah untuk pribadi atau keluarga sesuai
kemampuan yang dimiliki yaitu menari. Tujuan ekonomi menjadi salah satu tujuan terbesar sexy dancer menjalani profesinya di tengah pandangan negative
masyarakat tentang sexy dancer. Penghasilan yang didapatkan sebagai sexy dancer dikumpulkan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Wanita
yang mampu mencari nafkah sendiri menjadi lebih dihargai oleh pasangannya. Penghargaan ini secara otomatis menghilangkan sikap kesewenang-wenangan
laki-laki pada wanita yang tidak berpenghasilan. Wanita diidentikkan dengan sosok yang lebih lemah daripada laki-laki.
Pembagian kerja secara seksual memposisikan wanita pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak menyita waktu seperti mengajar, karyawati, dan penjual di pasar yang
memiliki batasan waktu bekerja hanya di siang hari. Kemunculan sexy dancer yang bekerja hingga melewati jam kerja di siang hari menjadi nilai tersendiri.
Teori wanita lebih lemah dari laki-laki dipatahkan dengan kenyataan kuatnya tenaga para sexy dancer yang mampu terjaga dan bekerja dari malam hari hingga
menjelang fajar.
4.2.2 Wanita sebagai pelaku sexy dancer
Tempat hiburan malam dilengkapi dengan berbagai sajian sebagai alternative pilihan sebagai penawar kejenuhan setelah beraktivitas. Tidak terbatas
untuk para lelaki saja namun juga bagi para wanita yang mencari hiburan dimalam hari. Bukan hanya sexy dancer wanita yang menggunakan kostum serba mini,
namun sexy dancer laki-laki juga disediakan oleh pengelola hiburan malam. Sexy
dancer laki-laki ini mengenakan celana dalam dan berlenggak lenggok dengan gaya metroseksual di atas panggung. Perkembangan sexy dancer laki-laki tidak
sebanyak sexy dancer wanita di tempat hiburan malam. Kemunculan sexy dancer laki-laki semakin kurang berkembang karena mempertimbangkan sebagian besar
pengunjung tempat hiburan malam adalah para laki-laki juga. Bagi pengunjung laki-laki penampilan sexy dance wanita lebih menarik daripada laki-laki.
Terbatasnya frekuensi penampilan dan kelompok sexy dancer laki-laki membentuk pola pikir masyarakat bahwa sexy dancer adalah seorang wanita dan
mengesampingkan keberadaan sexy dancer laki-laki. Sexy dancer identik dengan wanita, hal ini diperkuat dengan hasil
wawancara dengan Yongki sebagai pengelola hiburan malam Starqueen di Semarang menyampaikan bahwa:
“… Penonton selalu menunggu penampilan para sexy dancer. Sekitar jam 11 malam penonton sudah mulai datang karena tau
jam-jam itulah sexy dancer mulai beraksi. Banyak penonton yang langsung bertanya kepada saya jam berapa saja sexy dancer akan
tampil karena mereka tidak sabar ingin melihat wanita-wanita menari dengan pakaian yang sexy
…” Begitu juga dengan pemikiran masyarakat umum yang tidak pernah pergi
ke tempat hiburan malam sebagian besar berfikir bahwa sexy dancer adalah pasti seorang wanita. Wawancara dengan Muhibi salah satu mahasiswa UNNES pada
tanggal 9 Oktober 2012 menyampaikan bahwa: “…sexy dancer difikiran saya adalah seorang wanita sexy yang
menari dengan hanya menggunakan celana dalam dan bra. Saya tidak tahu kalo ada sexy dancer laki-laki karena saya tidak pernah
melihatnya secara langsung. Kalaupun ada saya tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan laki-laki itu di atas
panggung jadi menurut saya sexy dancer itu ya pasti seorang wanita…”
Pemanfaatan tubuh
perempuan semakin
terlihat dengan
kemunculan sexy dancer sebagai daya tarik tempat hiburan malam. Wanita dipandang lebih menarik dalam menggunakan kostum sexy dan
menggerakkan badan dibandingkan laki-laki. Wanita lebih banyak dimanfaatkan secara seksual dibandingkan laki-laki. Contoh lain bentuk
eksploitasi seksual wanita adalah lebih banyaknya jumlah pekerja seks komersial PSK wanita dibandingkan pekerja seks komersial PSK laki-
laki.
4.3 Eksisistensi Yani Sebagai koreografer sexy dance
4.3.1 Awal mula keterlibatan Yani dalam dunia tari
Yani adalah seorang wanita yang kini berusia 28 tahun. Yani telah berkecimpung di lingkungan tari sejak berusia 10 tahun. Hobi menari yang
dimiliki mengarahkannya untuk masuk di sanggar tari Chicago. Sanggar tari Chicago merupakan salah satu sanggar tari modern yang mampu bertahan hingga
saat ini di kota Semarang. Yani mengikuti jadwal latihan rutin sanggar satu minggu sekali. Kemampuan Yani dalam membawakan modern dance semakin
terasah hingga sering terpilih untuk ikut tampil dalam berbagai event yang diterima oleh sanggar tari modern Chicago. Yani menampilkan kemampuannya
dengan maksimal dan belum menghiraukan penghasilan yang diterima. Tujuan Yani saat itu adalah menyalurkan hobi dan bakat yang ia miliki.