membangun makna dari berbagai teks. Mereka membaca untuk belajar, untuk berpartisipasi dalam komunitas pembaca dan senagai hobi.
Kemampuan membaca tersebut bergantung pada tingkat keterbacaan masing- masing jenis buku. Keterbacaan dalam bahasa Inggris disebut readability. Menurut
Dale Chall sebagaimana dikutip oleh Sugijanto,dkk 2006: 5, keterbacaan adalah seluruh unsur yang ada dalam teks termasuk di dalamnya interaksi antarteks yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada kecepatan membaca yang optimal.
Menurut Gilliland sebagaimana dikutip oleh Tim Peneliti Kajian Keterbacaan Buku Teks Pelajaran 2006: 5 keterbacaan itu berkaitan dengan tiga
hal, yakni kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. Kemudahan membaca
berhubungan dengan bentuk tulisan, yakni tata huruf topografi seperti besar huruf dan lebar spasi. Kemudahan ini berkaitan dengan kecepatan pengenalan
kata, tingkat kesalahan dan kejelasan tulisan bentuk dan ukuran tulisan. Kemenarikan
berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan,
dan keindahan gaya tulisan. Keterpahaman berhubungan dengan tingkat
pemahaman konsep isi cerita. Dalam penelitian ini, hal ini terpenting yaitu membuat mudah mempelajari konsep IPA dan materi kebencanaan alam
khususnya untuk siswa kelas IV SD.
2.5 Pembentukan Karakter
Menurut Gunawan sebagaimana dikutip oleh Suharjana 2012: 193, kata “karakter” berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharassein”, dan “kharax”
bermakna “tools for making”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Pada abad ke-14,
dalam bahasa Pe rancis disebut “caractere” dan dalam bahasa Inggris diubah
menjadi “character” sehingga dalam bahasa Indonesia disebut “karakter”. Dilanjutkan oleh Mumpuniarti 2012: 252 bahwa karakter adalah sebuah sifat-
sifat yang mencirikan kepribadian seseorang yang membedakan dengan yang lain. Kemendiknas 2011: 3 menyatakan ada 18 nilai-nalai karakter yang harus
dikembangkan bagi anak bangsa antara lain mencakup karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan,
cinta tanah
air, menghargai
prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab. Untuk menerapkan karakter-karakter tersebut diperlukan adanya
pembentukan karakter sejak dini melalui pendidikan. Tujuan adanya pendidikan karakter sebagaimana pada pedoman pelaksanaan pendidikan karakter yang
diterbitkan oleh Kemendiknas 2011: 2 yaitu membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila. Tujuan pendidikan karakter juga diungkapkan Harsubenowati 2006: 30 yaitu untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si
subjek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Pembelajaran dalam pendidikan karakter menurut Kesuma, dkk. 2010:
429 didefinisikan sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan
pemgembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkandirujuk pada suatu nilai. Penguatan adalah upaya untuk melapisi suatu perilaku anak sehingga
berlapis kuat. Pengembangan perilaku adalah proses adaptasi perilaku anak terhadap situasi dan kondisi baru yang dihadapi berdasarkan pengalaman anak.
Pembelajaran yang menekankan pendidikan karakter banyak didapatkan melalui cerita anak. Pada cerita anak sangat berpotensi mengandung pesan moral yang
baik untuk pembentukan karakter anak.
2.6 Tinjauan Materi