Angket KevalidanKelayakan Buku Cerita IPA Angket Keberterimaan Buku Cerita IPA Lembar Pengamatan Karakter Tes Formatif

3.6 Instrumen Penelitian

3.6.1 Angket KevalidanKelayakan Buku Cerita IPA

Angket kevalidankelayakan ditujukan kepada dosen pembimbing dan guru SD Negeri 2 Pemaron, SD Negeri 3 Pemaron, dan SD Negeri 1 Patemon yang lebih mengetahui buku yang tepat untuk siswa kelas IV. Kevalidan kelayakan ini meliputi aspek materi, bahasa dan tulisan dari buku cerita IPA.

3.6.2 Angket Keberterimaan Buku Cerita IPA

Angket keberterimaan buku cerita IPA diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri 1 Patemon skala terbatas dan SD Negeri 2 Pemaron skala luas untuk mengetahui sejauh mana buku cerita IPA dapat diterima oleh siswa. Mereka dapat membandingkan belajar melalui buku pelajaran biasa dengan buku cerita IPA.

3.6.3 Lembar Pengamatan Karakter

Lembar pengamatan karakter yang terbentuk diisi oleh guru kelas IV SD Negeri 2 Pemaron dan orang tua masing-masing siswa. Guru kelas IV SD mengamati dan menilai karakter siswa yang terbentuk di dalam sekolah. Orang tua siswa mengamati dan menilai karakter siswa yang terbentuk di luar sekolah. Baik pengamatan di dalam sekolah maupun di luar sekolah dilakukan dengan memperhatikan indikator-indikator yang sudah ditentukan peneliti.

3.6.4 Tes Formatif

Tes formatif diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri 2 Pemaron untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi gaya dan kebencanaan alam. Tes ini terdiri dari pre-test dan post-test. Pre-test yaitu tes awal sebelum siswa membaca buku cerita IPA, sedangkan post-test yaitu tes akhir setelah siswa membaca buku cerita IPA. Hasil dari tes formatif ini akan diketahui peningkatan pemahaman materi siswa antara sebelum diberi buku cerita IPA dan sesudah diberi buku cerita IPA. Hal ini berkaitan dengan kemampuan literasi membaca siswa terhadap buku cerita IPA yang mengintegrasikan materi kebencanaan alam. Tes formatif dibuat sama hanya jenis soal yang berbeda antara pre-test dan post-test. Pilihan ganda untuk pre-test dan uraian untuk post-test. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari siswa menghafal jawaban. Sebelum soal ini diberikan, soal dianalisis terlebih dahulu pada skala terbatas. Analisis ini meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Menurut Arikunto 2002: 207 analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.

3.7 Metode Pengumpulan Data