KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT BERVISI SETS PADA PEMBELAJARAN IPA YANG MENGINTEGRASIKAN MATERI KEBENCANAAN

(1)

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN

TEAM GAMES TOURNAMENT BERVISI SETS PADA

PEMBELAJARAN IPA YANG MENGINTEGRASIKAN

MATERI KEBENCANAAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Edining Puspitawati 4201409006

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Team Games

Tournament Bervisi SETS pada Pembelajaran IPA yang Mengintegrasikan Materi

Kebencanaan” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang ujian skripsi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

Semarang, 15 Agustus 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Dr. Agus Yulianto, M.Si. NIP. 19601219 198503 2 002 NIP. 19660705 199003 1 002


(3)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Keefektifan Model Pembelajaran Team Games Tournament Bervisi SETS

pada Pembelajaran IPA yang Mengintegrasikan Materi Kebencanaan disusun oleh

Edining Puspitawati 4201409006

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 21 Agustus 2013.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002 Ketua Penguji

Dr. Khumaedi, M.Si.

NIP. 19630610 198901 1 002

Anggota Penguji / Anggota Penguji /

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. Dr. Agus Yulianto, M.Si. NIP. 19601219 198503 2 002 NIP. 19660705 199003 1 002


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagaian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 15 Agustus 2013

Edining Puspitawati NIM 4201409006


(5)

PERSEMBAHAN

♥ Untuk Allah SWT.

♥ Untuk kedua orang tuaku tercinta Sunarto dan Sri Hartati yang tiada letihnya memberikan do’a dan semangat di setiap langkahku

♥ Untuk Alm. Nenek dan Kakekku atas kasih sayang kalian, doa’ku selalu menyertai kalian

♥ Untuk kedua adikku tercinta Edita Pusparatri dan Osadha Bungsu Putra atas doa dan dukungannya

♥ Untuk teman-teman Kos Az-Zahra (Ana, Reny, Nunik, Septi, Vaya, Nurul, Erni, Windah, Mita, dll) sebagai teman berbagi suka maupun duka

♥ Untuk Reny, Ratna, Nunik, Santika, Amel, Nurul, Pras, Dimas, Lutfia, Riza dan teman-teman rombel 1 atas bantuan dan dukungannya selama ini

♥ Untuk teman-teman senasib dan seperjuangan Pendidikan Fisika angkatan 2009


(6)

MOTTO

[ Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen dan keyakinan bersama untuk menyelesaikan

[ Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan( TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)

[ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna ( Albert Einstein)


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya yang senantiasa tercurah sehingga tersusun skripsi berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Team Games Tournament Bervisi SETS pada Pembelajaran IPA yang Mengintegrasikan Materi Kebencanaan”.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., sebagai Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Putut Marwoto, M.Si., selaku dosen wali.

5. Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd., selaku dosen pembimbingan utama yang telah dengan sabar dan penuh tanggung jawab memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Agus Yulianto, M.Si., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu dan penuh tanggung jawab memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Ibu dosen Universitas Negeri Semarang atas ilmu dan pelajaran yang diberikan selama kuliah.


(8)

8. H. Purwanto, S.Pd., MM., selaku Kepala SMP Negeri 1 Gabus yang telah memberikan ijin penelitian dan kemudahan saat melaksanaan penelitian. 9. Dyah Ernawati, S.Pd., selaku guru IPA SMP Negeri 1 Gabus, atas bantuan

dan kerjasamanya dalam penelitian.

10. Sri Sadini, S.Pd., selaku guru IPA SMP Negeri 1 Gabus, atas bantuan dalam penelitian.

11. Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gabus yang telah membantu proses penelitian.

12. Ayahanda Sunarto dan Ibunda Sri Hartati yang tak pernah letih memberikan nasehat, semangat, do’a, pengorbanan dan kasih sayang kepada penulis. 13. Dek Edita Pusparatri dan dek Osadha Bungsu Putra yang memberikan

semangat dan do’a.

14. Teman-teman Kos Az-Zahra, atas dukungan dan do’a.

15. Teman-teman Pendidikan Fisika 2009 yang telah berjuang bersama, memberikan motivasi dan do’a.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, tidak menutup kemungkinan bahwa ada saran dan kritik yang diberikan kepada penulis untuk menyempurnakan skrisi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca.

Semarang, 15 Agustus 2013 Penulis


(9)

ABSTRAK

Puspitawati, Edining. 2013. Keefektifan Model Pembelajaran Team Games Tournament Bervisi SETS pada Pembelajaran IPA yang Mengintegrasikan Materi

Kebencanaan. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, Pembimbing Pendamping: Dr. Agus Yulianto, M.Si.

Kata Kunci : Model pembelajaran Team Games Tournament, SETS, Kebencanaan, Hasil Belajar, Karakter

Bencana alam yang sering terjadi menuntut adanya karakter kepedulian lingkungan yang diperoleh siswa melalui pendidikan di sekolah. Berdasarkan observasi dan wawancara di SMP Negeri 1 Gabus, para siswanya dinilai memiliki karakter kedisiplinan, kerjasama dan tanggung jawab yang minim. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi menyebabkan siswa jenuh, pasif dan memperoleh nilai kurang. Salah satu model pembelajaran yang mendukung keberhasilan pembelajaran dan pembentukan karakter adalah model pembelajaran

Team Games Tournament bervisi SETS.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS pada pembelajaran IPA yang mengintegrasikan materi kebencanaan terhadap hasil belajar dan karakter siswa dibanding dengan model pembelajaran diskusi bervisi SETS. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain Posttest-Only Control Design. Instrumen penelitian berupa lembar observasi dan tes tertulis. Analisis yang digunakan adalah uji kesamaan dua proporsi dan uji perbedaan dua rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) siswa yang tuntas belajar kelas eksperimen lebih dari siswa yang tuntas belajar pada kelas kontrol yang ditunjukkan dengan > . pada tiap ranah belajar, (2) rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih dari hasil belajar kelas kontrol ditunjukkan dengan < , (3) karakter pada kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol ditunjukkan dengan pada aspek karakter < .

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model pembelajaran Team

Games Tournament bervisi SETS pada kelas eksperimen memperoleh hasil belajar

dan karakter yang lebih baik, sehingga disimpulkan bahwa pengajaran melalui model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS lebih efektif terhadap hasil belajar dan karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gabus pada pembelajaran IPA materi tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran diskusi bervisi SETS.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Penegasan Istilah ... 9


(11)

2. LANDASAN TEORI ... 14

2.1 Definisi Belajar ... 14

2.2 Pembelajaran ... 15

2.3 Pembelajaran IPA ... 16

2.4 Hasil Belajar ... 17

2.4.1 Ranah Kognitif ... 17

2.4.2 Ranah Afektif ... 18

2.4.3 Ranah Psikomotorik ... 18

2.5 Model Pembelajaran Team Games Tournament ... 19

2.6 Pembelajaran Bervisi SETS ... 22

2.7 Kebencanaan ... 24

2.8 Karakter ... 25

2.9 Tinjauan Materi Tekanan ... 27

2.9.1 Tekanan pada Zat Padat ... 27

2.9.2 Tekanan pada Zat Cair ... 27

2.9.2.1 Hukum Archimides ... 28

2.9.2.2 Bejana Berhubungan ... 33

2.9.2.3 Hukum Pascal ... 35

2.9.3 Tekanan Udara ... 36

2.9.3.1 Hukum Boyle ... 37

2.10 Keterkaitan Materi, Unsur SETS, dan Kebencanaan ... 37


(12)

2.10.2 Konsep Tekanan pada Zat Cair ... 38

2.10.3 Konsep Tekanan pada Zat Gas ... 38

2.11 Kerangka Berfikir ... 39

2.12 Hipotesis ... 42

3. METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Populasi dan Sampel ... 43

3.2 Variabel Penelitian ... 44

3.2.1 Variabel Bebas ... 44

3.2.2 Variabel Terikat ... 44

3.2.2 Variabel Kontrol ... 44

3.3 Data dan Metode Pengumpulan Data ... 44

3.3.1 Data ... 45

3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.3.2.1 Metode Dokumentasi ... 45

3.3.2.2 Metode Observasi ... 45

3.3.2.3 Teknik Tes ... 45

3.4 Desain Penelitian ... 46

3.5 Instrumen Penelitian ... 47

3.5.1 Penyusunan Instrumen ... 48

3.5.1.1 Penyusunan Tes ... 48

3.5.2 Analisis Instrumen ... 48

3.5.2.1 Validitas Isi ... 49


(13)

3.5.2.3 Tingkat Kesukaran ... 50

3.5.2.4 Reliabilitas ... 51

3.6 Analisis Data ... 54

3.6.1 Analisis Data Tahap Awal ... 54

3.6.1.1 Uji Homogenitas Varians Populasi ... 54

3.6.1.2 Uji Normalitas ... 56

3.6.1.3 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 57

3.6.2 Analisis Data Tahap Akhir ... 59

3.6.2.1 Uji Kesamaan Dua Varians ... 59

3.6.2.2 Uji Normalitas ... 60

3.6.2.3 Uji Kesamaan Dua Proporsi ... 61

3.6.2.4 Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 62

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ... 65

4.1.1.1 Proses pemebelajaran pada kelas eksperimen ... 66

4.1.1.2 Proses pemebelajaran pada kelas kontrol ... 67

4.1.2 Analisis Tahap Akhir ... 67

4.1.2.1 Uji Kesamaan Dua Varians ... 68

4.1.2.2 Uji Normalitas ... 69

4.1.2.3 Uji Kesamaan Dua Proporsi ... 70

4.1.2.4 Uji Perbedaan Rata-rata ... 70


(14)

4.2 Pembahasan ... 73

5. PENUTUP ... 82

5.1 Simpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbandingan Nilai antara model TGT dan konvensional ... 22

3.1 Rincian Populasi Penelitian ... 43

3.2 Desain penelitian ... 46

3.3 Klasifikasi daya pembeda ... 50

3.4 Klasifikasi tingkat kesukaran ... 51

3.5 Rekapitulasi hasil uji coba instrumen ... 53

3.6 Hasil uji normalitas data awal ... 57

4.1 Hasil uji homogenitas hasil belajar ... 68

4.2 Hasil uji normalitas nilai posttest ... 69

4.3 Hasil uji kesamaan dua proporsi hasil belajar ... 70

4.4 Hasil uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar ... 71

4.5 Hasil analisis tiap aspek karakter pada kelas eksperimen ... 72


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Bagan deskripsi komponen TGT ... 10

2.1 Keterkaitan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat ... 24

2.2 Benda tercelup dalam air ... 27

2.3 Pengukuran berat benda di udara dan di air ... 29

2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada kubus yang tercelup dalam air ... 29

2.5 Gaya-gaya yang bekerja pada benda tenggelam ... 31

2.6 Gaya-gaya yang bekerja pada benda melayang ... 32

2.7 Gaya-gaya yang bekerja pada benda terapung ... 33

2.8 Permukaan zat cair dalam bejana berhubungan... 34

2.9 Pipa U yang diisi air dan minyak goreng ... 34

2.10 Skema alat sederhana aplikasi hukum Pascal ... 35

2.11 Bagan kerangka berpikir pembelajaran model pembelajaran TGT bervisi SETS dan model diskusi bervisi SETS ... 41


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Nilai Populasi Kelas VIII B, VIII C, VIII D ... 87

2. Uji Homogenitas ... 88

3. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ... 89

4. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 90

5. Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen ... 91

6. Uji Normalitas Sampel Kelas Kontrol ... 92

7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 93

8. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ... 94

9. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 95

10. Soal Uji Coba ... 99

11. Jawaban Soal Uji Coba ... 108

12. Tabel Analisis Butir Soal Uji Coba ... 109

13. Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 115

14. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 116

15. Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba ... 117

16. Silabus Pembelajaran ... 118

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 121

18. Lembar Kegiatan Siswa ... 143

19. Soal Turnamen ... 159 20. Lembar Pembagian Tim dalam pembelajaran Team Games Tournament 161


(18)

21. Lembar Pembagian Tim dalam Pembelajaran TGT kelas Eksperimen .. 162

22. Lembar Rangkuman Tim ... 163

23. Lembar Penempatan Meja Turnamen ... 166

24. Aspek Penilaian Afektif Siswa ... 167

25. Aspek Penilaian Psikomotorik Siswa ... 168

26. Soal Posttest Materi Tekanan ... 170

27. Jawaban Soal Posttest ... 176

28. Data Hasil Test Kognitif ... 177

29. Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Belajar Kognitif ... 178

30. Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ... 179

31. Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol ... 180

32. Uji Kesamaan Dua Proporsi Hasil Belajar Kognitif ... 181

33. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Belajar Kognitif ... 182

34. Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen... 183

35. Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol ... 185

36. Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Belajar Afektif ... 187

37. Uji Normalitas Hasil Belajar Afektif Kelas Eksperimen ... 188

38. Uji Normalitas Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol ... 189

39. Uji Kesamaan Dua proporsi Hasil Belajar Afektif ... 190

40. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Belajar Afektif ... 191

41. Hasil Belajar Psikomotik Kelas Eksperimen ... 192

42. Hasil Belajar Psikomotorik Kelas Kontrol ... 194


(19)

44. Uji Normalitas Belajar Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 197

45. Uji Normalitas Belajar Psikomotorik Kelas Kontrol ... 198

46. Uji Kesamaan Dua Proporsi Hasil Belajar Psikomotorik ... 199

47. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Belajar Psikomotorik ... 200

48. Foto Penelitian ... 201

49. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing ... 203

50. Surat Ijin Penelitian ... 204


(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang rawan bencana alam. Berbagai bencana sering terjadi, misalnya dari banjir, kekeringan, tanah longsor, angin puting beliung, gempa, serta tsunami. Hampir seluruh wilayah Indonesia tergolong rawan bencana dengan potensi yang berbeda-beda tergantung kondisi wilayahnya.

Kondisi Indonesia sebagai wilayah rawan bencana disebabkan oleh posisi geografisnya. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, mempunyai lebih dari 128 gunung berapi aktif, dan memiliki sekitar 150 sungai, baik besar maupun kecil, yang melintasi wilayah padat penduduk (sumber : BNPB). Hal tersebut menuntut warga di semua wilayah di Indonesia harus siaga dan tanggap terhadap bencana alam.

Sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat mahasiswa kependidikan fisika perlu memberikan pemahaman kebencanaan kepada masyarakat melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melalui pembelajaran di sekolah. Materi kebencanaan tidak harus dijadikan mata pelajaran tersendiri, cukup diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, salah satunya yaitu dalam mata pelajaran IPA (Rusilowati et al., 2012).


(21)

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik (Slameto, 2010:1). Keberhasilan pengajaran ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran maka makin berhasil kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran di sekolah menengah banyak digunakan model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu dari ilmu pengetahuan alam (Sains) dasar yang banyak digunakan sebagai dasar bagi ilmu-ilmu yang lain adalah Fisika. Mata pelajaran Fisika mempelajari gejala alam yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Fisika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan terlalu banyak rumus, sehingga banyak siswa yang kurang tertarik dan sering tidak tuntas dalam mata pelajaran ini.

Dewasa ini banyak bermunculan kasus-kasus sosial yang melibatkan kaum remaja, baik secara individu maupun kelompok. Dapat dilihat seperti kasus gang, tawuran antar remaja, sering bolos, berkata kasar dan tidak sopan, merusak lingkungan dan kegiatan negatif lainnya. Selain para remaja sebagai pelakunya, para pejabat pun ikut andil dalam kasus sosial tersebut, yaitu maraknya kegiatan korupsi yang dilakukan pejabat di Indonesia. Kegelisahan muncul di kalangan orang tua, masyarakat, tokoh masyarakat, pemuka agama dan tentunya para


(22)

pendidik. Untuk itu perlu di terapkannya pendidikan karakter sejak usia dini. Sebagai tenaga pendidik, dalam mewujudkan pembentukan karakter tersebut perlu diselipkannya pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah.

Dalam mendukung keberhasilan pembelajaran dan pembentukan karakter siswa perlu diterapkan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang digunakan tidak hanya membantu siswa untuk memahami konsep-konsep pelajaran yang sulit, tetapi juga dapat membentuk karakter siswa, yaitu karakter disiplin, bekerjasama, tanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar (Santyasa, 2007).

Model pembelajaran Team Games Tournament merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa perbedaan status, melibatkan teman sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan. Charlton et al. (2005) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan

games dapat membuat siswa lebih aktif dan merasa senang untuk belajar.

Pembelajaran tersebut terlihat menarik ketika penjelasan guru dikombinasikan dengan games sehingga penyampaian materi menjadi lebih cepat tersampaikan. Dengan menggunakan model tersebut diharapkan siswa saling bekerjasama dalam memahami materi pembelajaran dan tidak merasa tegang dalam mengikuti pelajaran karena ada unsur permainannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati (2011) tentang penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament bahwa dengan


(23)

menggunakan model kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Melalui TGT siswa dilatih untuk bersaing secara sehat dan sekaligus bekerjasama untuk mencapai prestasi terbaik mereka. Siswa juga belajar bahwa setiap orang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok, sekecil apapun dengan potensi yang mereka milik secara individual.

Dalam pemberian pemahaman kebencanaan kepada siswa SMP diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan yang sesuai untuk pemberian pemahaman kebencanan adalah pendekatan SETS (Science, Enviroment, Technology and

Society) (Amaliya et al., 2011:1). Sesuai dengan Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah untuk tingkat SMP/MTS diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Model pembelajaran bervisi SETS, menuntun peserta didik untuk mengaitkan konsep sains dengan unsur lain dalam SETS. Cara ini memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan ataupun kekurangannya.

SMP Negeri 1 Gabus merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang terletak di Kabupaten Grobogan. Di wilayah Kabupaten Grobogan sendiri sering terjadi bencana alam dan sosial. Beberapa data laporan bencana


(24)

berdasarkan data yang diunduh dari kesbanglinmas.grobogan.go.id adalah sebagai berikut:

a. Bencana tanah longsor yang terjadi pada 21 Februari 2009 di Dusun Mojoroto dan Dusun Gadon Kecamatan Kradenan. Sebanyak 19 kepala keluarga (KK) terkena dampak hal tersebut dikarenakan derasnya hujan yang mengguyur sehingga tanah menjadi longsor.

b. Bencana banjir karena tanggul sungai Jajar jebol pada 18 Februari 2010 di Desa Anggaswangi Kecamatan Godong. Sebanyak 50 rumah tergenang, area persawahan yang tergenang seluas 200 Ha.

c. Bencana angin puting beliung pada tanggal 26 September 2010 di Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus. Satu rumah warga roboh akibat tertimpa pohon besar yang tumbang akibat angin ribut.

Berdasarkan wawancara singkat dengan ibu Erna guru mata pelajaran IPA Fisika di SMP N 1 Gabus, proses pembelajaran di SMP tersebut masih sering menggunakan metode ceramah dilanjutkan diskusi kelas dengan tanya jawab. Ketika guru ceramah, beberapa siswa asyik bermain dan bicara tidak memperhatikan guru. Dalam diskusi kelas tidak semua siswa terlibat aktif. Ketika ditanya apakah sudah paham siswa serentak menjawab sudah paham, hal ini bertolak belakang dengan ketika ulangan nilainya kurang memuaskan. Terbukti pada nilai UAS semester gasal nilai rata-rata mata pelajaran IPA kelas VIII adalah 6,50 dan sebagian besar siswa masih memiliki nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Berdasarkan observasi juga diperoleh data bahwa siswa di SMP N 1 Gabus karakternya kurang, misalnya dalam aspek kepedulian


(25)

lingkungan siswa kurang, terbukti kondisi ruang kelas yang kotor, pada aspek disiplin masih banyak siswa yang terlambat masuk kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hasil belajar IPA, pemahaman kebencanaan, dan karakter siswa pada materi Tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan yang ditunjukkan pada penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament

bervisi SETS bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gabus. Penelitian ini terangkum dalam judul “Keefektifan Model pembelajaran Team Games Tournament

Bervisi SETS pada Pembelajaran IPA yang Mengintegrasikan Materi

Kebencanaan”.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah ketuntasan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team

Games Tournamnet bervisi SETS lebih baik dari ketuntasan hasil belajar

siswa melalui model pembelajaran diskusi bervisi SETS?

b. Apakah rata-rata hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team

Games Tournament bervisi SETS lebih baik dari rata-rata hasil belajar melalui

model pembelajaran diskusi bervisi SETS?

c. Apakah karakter siswa melalui model pembelajaran Team Games

Tournament bervisi SETS lebih baik daripada melalui model pembelajaran


(26)

1.3.

Pembatasan Masalah

Masalah-masalah dalam penelitian ini terfokus pada efektifitas model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS terhadap hasil belajar materi tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan, dan karakter (disiplin, tanggung jawab, peduli lingkungan dan kerjasama) siswa. Adapun materi yang diteliti adalah materi Tekanan dan materi kebencanaan yang diberikan pada peserta didik SMP Negeri 1 Gabus kelas VIII semester II tahun ajaran 2012/2013. Hasil belajar dalam penelitian ini dilihat dari aspek kognitif yang didukung oleh aspek afektif (aspek karakter) dan aspek psikomotorik.

1.4.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

Team Games Tournamnet bervisi SETS lebih baik dari ketuntasan hasil

belajar siswa melalui model pembelajaran diskusi bervisi SETS.

b. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

Team Games Tournament bervisi SETS lebih baik dari rata-rata hasil belajar

melalui model pembelajaran diskusi bervisi SETS.

c. Untuk mengetahui karakter siswa melalui model pembelajaran Team Games

Tournament bervisi SETS lebih baik daripada melalui model pembelajaran


(27)

1.5.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.5.1. Bagi Siswa

a. Hasil belajar IPA pokok bahasan Tekanan lebih baik.

b. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.

c. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. d. Memberikan pemahan kepada siswa tentang bahaya, pencegahan, dan

penanganan ketika terjadi bencana alam. e. Membentuk karakter siswa.

1.5.2. Bagi Guru

a. Dapat digunakan sebagai rujukan dalam melaksanakan pembelajaran pada pokok bahasan Tekanan.

b. Sebagai masukan dalam memilih model pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan terbaik bagi siswa.

1.5.3. Bagi Peneliti

Mendapat bekal tambahan sebagai mahasiswa dan calon guru IPA sehingga siap melaksanakan tugas di lapangan.


(28)

1.6.

Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam penafsiran judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah penting yang digunakan dalam penelitian ini:

1.6.1. Keefektifan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:207), keefektifan merupakan keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha atau tindakan. Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan dalam mencapai tujuan dengan menggunakan model pembelajaran Team Games

Tournament bervisi SETS.

Jadi yang dimaksud dengan efektif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ketuntasan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team Games

Tournamnet bervisi SETS lebih baik dari ketuntasan hasil belajar siswa

melalui model pembelajaran diskusi bervisi SETS, dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 70 untuk semua ranah hasil belajar

b. Rata-rata hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team Games

Tournamet bervisi SETS lebih baik dari rata-rata hasil belajar melalui model

pembelajaran diskusi bervisi SETS

c. Karakter siswa melalui model pembelajaran Team Games Tournamet bervisi


(29)

1.6.2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2007: 1).

1.6.3. TGT ( Team Games Tournament )

Model pembelajaran Team Games Tournament merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Menurut Slavin (2005:163) deskripsi dari komponen-komponen TGT

adalah seperti pada gambar 1.1 sebagai berikut:

1.6.4. Pembelajaran bervisi SETS

Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:1004) visi adalah kemapuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan luas.

SETS (Science, Environment, Technology, and Society) adalah

pembelajaran yang menghubungkan sains dengan unsur lain, yaitu teknologi,


(30)

lingkungan, maupun masyarakat. Jadi pembelajaran bervisi SETS adalah pembelajaran yang memiliki cara pandang untuk menerapkan unsur-unsur SETS

pada setiap elemen pembelajaran.

1.6.5. Integrasi

Mengintegrasikan berasal dari kata dasar integrasi yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:303) berarti pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat, sedangkan mengintegrasikan memiliki arti menggabungkan atau menyatukan.

1.6.6. Materi Kebencanaan

Materi Kebencanaan merupakan materi yang berisi tentang kebencanaan. Dalam penelitian ini difokuskan pada materi kebencanaan alam, yaitu bencana tanah longsor, banjir, dan angin ribut. Pada materi tersebut berisi apa saja yang termasuk bencana alam itu, bagaimana pencegahan, penanganannya ketika bencana terjadi maupun pasca bencana.

1.7.

Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang dapat dirinci sebagai berikut :

1.7.1. Bagian Awal

Berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan, persembahan, motto, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.


(31)

1.7.2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut: Bab 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi.

Bab 2 : Landasan teori

Berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan permasalahan, yang meliputi: Definisi Belajar, Pembelajaran, Pembelajaran IPA, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Team Games

Tournament, Pembelajaran Bervisi SETS, Kebencanaan, Karakter,

Tinjauan Materi Tekanan, Keterkaitan Materi, Unsur SETS, dan Kebencanaan, dan Kerangka Berfikir.

Bab 3 : Metode Penelitian

Berisi Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Data dan Metode Pengumpulan Data, Desain Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Analisis Data.

Bab 4 : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian yang diperoleh meliputi pendeskripsian penerapan model pembelajaran pada materi tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan.


(32)

Bab 5 : Penutup

Berisi tentang simpulan dari analisis data yang telah dibahas pada Bab 4 dan saran yang perlu diberikan dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan.

1.7.3. Bagian Akhir


(33)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.

Definisi Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi anak dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

Menurut Dimyati & Mudjiono (2009:18) belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.

Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), tidak hanya menempatkan peserta didik untuk sekedar menerima pengetahuan dan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan peserta didik untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Peserta didik telah mengalami belajar jika


(34)

peserta didik ikut terlibat secara langsung atau mengalami sendiri proses pembelajaran sehingga dalam diri peserta didik tersebut terjadi perubahan baik dalam hal penambahan pengetahuan, keterampilan maupun terjadi perubahan tingkah laku ataupun sikap.

Dalam melakukan aktivitas belajar terdapat beberapa unsur belajar, antara lain pembelajar, rangsangan, memori, dan respon. Pembelajar menerima rangsangan atau stimulus melalui indranya kemudian menyimpan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperolehnya melalui aktivitas belajar. Hasil dari aktualisasi memori pembelajar berupa tindakan yang diamati pada akhir aktivitas belajar yang disebut perubahan perilaku.

2.2. Pembelajaran

Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Rifa’i & Anni (2009:192) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang untuk memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika aktifitas belajar itu dirancang dengan baik, maka perolehan tujuan belajar itu akan dapat dicapai secara efektif dan efisien.


(35)

Menurut Rifa’i & Anni (2009:193) pembelajaran yang berorientasi bagaimana perilaku pendidik yang efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut:

a. Usaha pendidik membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku peserta didik.

b. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.

c. Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Dalam proses komunikasi itu dapat dilakukan secara verbal (lisan), dan dapat pula secara nonverbal. Komunikasi dalam pembelajaran ditujukan untuk membantu proses belajar.

2.3.

Pembelajaran IPA

Menurut Trianto (2007:99) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran IPA termasuk fisika, lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk


(36)

memperoleh pemahaman yang lebih mendasar tentang alam sekitar. Dengan adanya pembelajaran IPA diharapkan peserta didik dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek untuk pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan semua perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Pemerolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari (Rifa’i & Anni, 2009:85).

Hasil belajar berperan penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Dari informasi tersebut, guru menganalisis kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Benyamin S. Bloom menyampaikan tiga klasifikasi hasil belajar menjadi tiga kategori yang disebut ranah belajar, yaitu :

2.4.1. Ranah kognitif (cognitive domain)

Hasil belajar kognitif siswa pada dasarnya berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif meliputi : pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan penilaian (C6). Sebagai contoh, kemampuan siswa dalam menyebutkan faktor-faktor pada tekanan zat padat, dan kemampuan siswa dalam menentukan besarnya tekanan hidrostatis suatu benda di air pada kedalaman tertentu.


(37)

2.4.2. Ranah afektif (affective domain)

Ranah afektif berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarki yang berentangan dengan pembentukan pola hidup. Tujuan pembelajaran ranah afektif meliputi : penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. Ranah afektif dapat berupa sikap kesadaran siswa akan pentingnya bekerjasama setelah mengikuti pembelajaran, pentingnya disiplin, pentingnya kepedulian terhadap lingkungan agar tidak terjadi bencana.

Dalam penelitian ini, karakter siswa dimasukkan ke dalam penilaian ranah afektif, karena keduanya berhubungan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai.

2.4.3. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi

objek, dan koordinasi syaraf. Ranah psikomotorik sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kogitif dan afektif yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan untuk berperilaku.

Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Simpson sebagaimana dikutip oleh Rifa’i & Anni (2009:89) adalah persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa

(mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian

(adaptation), dan kreativitas (originality).

Ranah psikomotorik dalam pembelajaran dapat berupa keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum, seperti dalam menyusun alat, melakukan


(38)

pengamatan dan pengambilan data, dan menuliskan data hasil percobaan yang dilakukan.

Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang dalam belajar. Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa hasil belajar pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar tentu perlu dikaitkan dengan tujuan pendidikan yang telah dicantumkan dalam garis-garis program pengajaran di sekolah. Oleh sebab itu tujuan pelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut.

2.5.

Model Pembelajaran

Team Games Tournament

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran harus diterapkan dengan tepat, menarik dan tidak meninggalkan keefektifan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.


(39)

Team Games Tournament merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menggunakan turnamen akademik, kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2005: 163).

Model pembelajaran Team Games Tournament merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Berdasarkan hasil penelitian Wyk (2011: 9) tentang model TGT bahwa “that it is important to conduct a study for a longer period of time in order to be able to determine changes in academic performances,retention and attitudes”.

Menurut Slavin (2005:163) deskripsi dari komponen-komponen TGT

adalah sebagai berikut: a. Presentasi Kelas

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

b. Team

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama tim adalah


(40)

memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga atau lima orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

d. Tournament

Tournament adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya

berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari tingkat mereka.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menumbuhkan karakter kerjasama, disiplin, kepedulian dan tanggung jawab siswa. Terbukti berdasarkan penelitian Rohendi et al. (2010) bahwa antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament dengan kelas


(41)

yang menggunakan model konvensional terdapat hasil yang signifikan, seperti pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Perbandingan Nilai antara model TGT dan konvensional

2.6.

Pembelajaran Bervisi

SETS

Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik. Dengan demikian, SETS

dapat dianggap sebagai simpul pertemuan (hub) antar berbagai (ilmu) pengetahuan yang telah dan akan diketahui oleh manusia (Binadja et al., 2008).

Pembelajaran bervisi SETS (Science, Environment, Technology, and

Society) merupakan cara pembelajaran dengan cara mengaitkan hal yang

dipelajari dengan aspek IPA, lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat yang sesuai secara timbal balik sebagai satu bentuk keterkaitan terintegratif. SETS merupakan akronim dari Science, Environment, Tecnology, and Society, bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan IPA, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filosofis yang mencerminkan kesatuan unsur-unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam

Kelas Rata-rata Nilai terbesar

TGT 78,7 90


(42)

susunan akronim tersebut. Karakteristik pembelajaran IPA bervisi SETS adalah: 1) pembelajaran konsep IPA tetap diberikan; 2) peserta didik dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang terkait; 3) peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur IPA yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut; 4) peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep IPA tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi; 5) peserta didik diajak mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang ditimbulkan oleh penerapan IPA ke bentuk teknologi tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat; 6) dalam konteks konstruktivisme, peserta didik diajak berbincang tentang SETS berkaitan dengan konsep IPA yang dibelajarkan, dari berbagai macam arah dan berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik.

Di dalam pembelajaran bervisi SETS siswa diminta menghubungkan antar unsur SETS. Maksudnya adalah siswa menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam


(43)

Hubungan tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.1 berikut :

2.7.

Kebencanaan

Berdasarkan UU No. 24 tahun 2007 bencana didefinisikan sebagai peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam termasuk faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Berdasarkan waktunya bencana dikelompokkan sebagai berikut:

a. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba, misalnya gempa bumi, tsunami, angin topan/badai, letusan gunung api, banjir bandang dam tanah longsor.

Environment

T

echnology

Society

S

cience


(44)

b. Bencana yang terjadi secara perlahan, biasanya disertai munculnya tanda-tanda sehingga bisa melakukan tindakan untuk pencegahan, misalnya banjir, kekeringan dll.

Berdasarkan penyebabnya, menurut Mulyadi et al.(2008:1) bencana dikelompokkan sabagai berikut:

a. Bencana yang disebabkan gejala alam. Pergeseran lapisan bumi menimbulkan ancaman gempa bumi dan tsunami; letusan gunung api menimbulkan gempa vulkanik, letusan, semburan awan panas,hujan abu dll; perubahan iklim menimbulkan perubahan pola musim dan angin topan; sedangkan kemarau bisa menimbulkan kebakaran.

b. Bencana yang disebabkan oleh manusia. Misalnya berhubungan dengan lingkungan seperti penebangan hutan yang mengakibatkan erosi, kelalaian seperti kebocoran nuklir, kebakaran kilang minyak dll.

2.8.

Karakter

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk memebangun karakter bangsa. Sayangnya, pendidikan karakter di Indonesia selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Istilah karakter sering dihubungkan dengan istilah akhlak, etika, moral, atau nilai. Karakter juga sering dikaitkan dengan masalah kepribadian, atau paling tidak ada hubungan yang cukup erat antara karakter dengan kepribadian seseorang.


(45)

Mengacu pada pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari (Samani, 2012:43).

Pengembangan karakter di sekolah menjadi sangat penting mengingat di sinilah peserta didik mulai berkenalan dengan berbagai bidang kajian keilmuan. Pada masa ini pula peserta didik mulai sadar akan jati dirinya sebagai manusia yang mulai beranjak dewasa dengan berbagai problem yang menyertainya. Dengan berbekal nilai-nilai karakter mulia yang diperoleh melalui proses pembelajaran di kelas dan di luar kelas, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang berkarakter sekaligus memiliki ilmu pengetahuan yang siap dikembangkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Marzuki, 2012).

Menurut Pala (2011) terdapat 5 kunci sukses pendidikan karakter, yaitu: 1. Instruction Must be Planed

2. Application 3. Teacher Friendly 4. Supported by All 5. Prepare the Students

Berdasarkan substansi Nilai/Karakter yang ada pada SKL SMP/MTs/SMPLB*/Paket B permendiknas, karakter yang ingin dicapai dalam


(46)

penelitian ini adalah sikap disiplin, tanggung jawab, kerjasama dan peduli terhadap lingkungan.

2.9.

Tinjauan Materi Tekanan

2.9.1. Tekanan pada Zat Padat

Tekanan didefinisikan sebagai gaya persatuan luas (Giancoli 2001:326). Secara matematis, besaran tekanan dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:

A F

P = (2.1)

dengan P: tekanan (Pa) F: gaya (N)

A: luas bidang tekan (m2)

2.9.2. Tekanan pada zat cair

Misal selapis tipis elemen fluida berada pada kedalaman h di bawah permukaan fluida. Tekanan yang disebabkan oleh zat cair pada kedalaman h (tertentu) disebabkan oleh berat zat cair di atasnya, seperti pada Gambar 2.2 berikut:

h  A 


(47)

Dengan demikian besar gaya yang bekerja pada luas daerah A (luas zat cair pada kedalaman h) adalah

F

=

w

=

m

g

=

ρ

A

h

g

dengan Ah adalah volume zat cair di atas elemen, ρ adalah kerapatan zat cair dan g adalah percepatan gravitasi (Giancoli, 2001:327). Jadi tekanan berbanding lurus dengan massa jenis zat cair dan kedalaman di dalam zat cair sehingga diperoleh besarnya tekanan P adalah

A F

P=

A Ahg

P= ρ

gh

P

=

ρ

(2.2)

P merupakan tekanan dalam zat cair (Pa), ρ adalah kerapatan zat cair (kg/m3), g adalah percepatan gravitasi (m/s2) dan h adalah kedalaman zat cair dari permukaannya (m).

2.9.2.1. HukumArchimedes

Benda yang tenggelam di dalam fluida memiliki berat lebih kecil daripada ketika benda tersebut berada di luar fluida. Sebagai contoh, sebuah batu besar yang sulit diangkat dari tanah, dapat dengan mudah diangkat dari dasar sungai. Ketika batu keluar dari permukaan air akan terasa menjadi berat. Banyak benda seperti kayu mengapung pada permukaan air. Pada benda tersebut bekerja gaya berat yang dinyatakan dengan arah ke bawah dan bekerja pula gaya apung ke atas oleh air. Sebuah benda ditimbang di udara, berat yang ditunjukkan neraca adalah berat yang sesungguhnya (w) (Gambar 2.3a).


(48)

Bila benda ditimbang di dalam zat cair, berat yang ditunjukkan neraca adalah berat semu (w’) (Gambar 2.3b). Maka dapat dituliskan secara matematis berat benda di dalam zat cair sebagai berikut:

Berat dalam zat cair = berat di udara – gaya apung

w'= w FA

atau

w w

FA = − ′ (2.3)

Perhatikan sebuah kubus yang tingginya h, luas alasnya A, tercelup seluruhnya di dalam zat cair dengan massa jenis ρf. Zat cair melakukan tekanan

hidrostatis P1= ρf gh pada bagian atas kubus. Gaya yang berhubungan dengan

tekanan ini adalah F1= P1A= ρfgh1A berarah kebawah. Zat cair juga melakukan

tekanan hidrostatis F2= P2A= ρfgh2A dengan arah ke atas, seperti pada Gambar 2.4

berikut:

b a

Gambar 2.3 Pengukuran berat benda di udara dan di air. a. Berat benda di udara ; b. Berat benda didalam

h1

F2 F1

h=h2-h1 h2

A

Gambar 2.4 Gaya-gaya yang bekerja pada kubus yang tercelup dalam air


(49)

Resultan kedua gaya pada Gambar 2.4 adalah gaya apung FA, yang persamaannya dapat diturunkan sebagai berikut

FA=F2-F1karena F2>F1

= ρfgh1A - ρfgh2A

=ρfgA (h2- h1)

=ρfgAh sebab h2- h1=h

FA =ρfgVbf (2.4)

sebab Ah=Vbf adalah volume kubus yang tercelup dalam zat cair

Gaya apung dapat dijelaskan dengan prinsip Archimedes yang berbunyi : “ Gaya apung pada suatu benda yang dicelupkan dalam fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut” (Giancoli, 2001:333). Fluida yang dipindahkan adalah sama dengan volume benda atau bagian benda yang terendam fluida jika benda tersebut mengapung atau terendam. Jika benda diletakkan dalam gelas atau tabung yang berisi fluida penuh, fluida yang tumpah menunjukkan fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut. Dengan demikian diperoleh bahwa

Vb= Vp, dengan Vp adalah volum fluida yang dipindahkan, dan Vb adalah volume

benda yang terendam dalam fluida.

Berdasarkan Hukum Archimedes, sebuah benda yang tercelup dalam zat cair akan mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat (W) dan gaya ke atas (FA) dari zat cair itu. Dalam hal ini ada tiga peristiwa yang berkaitan dengan besarnya kedua gaya tersebut yaitu peristiwa tenggelam, melayang, dan terapung.


(50)

a. Tenggelam

Untuk benda tenggelam, gaya-gaya yang bekerja pada benda adalah gaya normal, gaya apung dan gaya berat. Dalam keadaan diam, resultan gaya pada benda adalah nol.

Sehingga gaya-gaya yang bekerja pada benda dapat dianalisis seperti pada Gambar 2.5 berikut:

∑ F = 0 sehingga

w F

N w F

F w N

A A

A

< − =

− =

w

FA < (2.5)

mzat cair g < m benda g

ρzat cair V dipindahkan < ρbenda V benda

Karena V dipindahkan = V benda, maka syarat tenggelam:

ρzat cair < ρbenda


(51)

b. Melayang

Untuk benda melayang dalam keadaan diam, resultan gaya pada benda adalah nol, sehingga gaya-gaya yang bekerja pada benda dapat dianalisis seperti pada Gambar 2.6 berikut:

∑ F = 0 sehingga

w F

w F

A A

= =

− 0

w

FA = (2.6)

mzat cair g = m benda g

ρzat cair V dipindahkan =ρbenda V benda Karena V dipindahkan = V benda,

maka syarat benda melayang: ρzat cair =ρbenda

c. Terapung

Pada peristiwa ini, hanya sebagian volume benda yang tercelup di dalam zat cair sehingga volume zat cair yang dipindahkan(Vbf) lebih kecil dari volume total benda yang mengapung (Vb).


(52)

Sehingga berlaku:

∑ F = 0 sehingga

w F

w F

A A

= =

− 0

w

FA = (2.7)

mzat cair g = m benda g

ρzat cair V dipindahkan =ρbenda V benda dengan Vb ≠ Vf maka syarat benda terapung: ρzat cair > ρbenda

Peristiwa benda terapung dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.7 berikut :

2.9.2.2. Bejana Berhubungan

Bejana berhubungan adalah dua bejana atau lebih yang bagian atasnya terbuka dan bagian bawahnya saling berhubungan. Hukum bejana berhubungan menyatakan bahwa “Jika dalam bejana berhubungan diisi dengan zat cair yang sejenis dan dalam keadaan diam dan seimbang maka permukaan zat cair terletak pada satu bidang datar”.


(53)

Hukum bejana berhubungan dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.8 berikut:

Jika dalam bejana berhubungan terdapat dua jenis cairan yang berbeda, tinggi permukaan kedua zat tersebut dalam bejana berhubungan tidak akan sama.

Pada Gambar 2.9 terlihat bahwa tinggi permukaan air dan minyak goreng tidak sama. Titik p adalah titik khayal yang terletak di perbatasan antara minyak goreng dan air. Titik q adalah titik khayal pada air di ujung bejana lain. Tinggi titik p dan q sama jika diukur dari dasar bejana. Di titik p dan q, tekanannya adalah sama. Dengan demikian, dapat dituliskan sebagai berikut.

Pp = Pq

2 2

1

g×h =

ρ

×g×h

ρ

2 2 1

h =

ρ

×h

ρ

(2.8)

Gambar 2.8 Permukaan zat cair dalam bejana berhubungan.


(54)

Keterangan :

ρ1= massa jenis zat cair 1

ρ2 = massa jenis zat cair 2

h1= tinggi permukaan zat cair 1

h2= tinggi permukaan zat cair 2

Persamaan 2.8 merupakan formulasi untuk menyelesaikan masalah dalam bejana berhubungan yang berisi dua jenis zat cair. Untuk penerapan prinsip bejana berhubungan dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya cerek.

2.9.2.3. Hukum Pascal

Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair di ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata. Hukum Pascal dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.10 berikut :

Keterangan :

P1(masuk) = tekanan yang bekerja pada pipa kecil A1 = luas penampang pipa kecil

P2(keluar) = tekanan yang bekerja pada pipa besar A2 = luas penampang pipa besar


(55)

Pada Gambar 2.10 dengan mengganggap piston masukan dan keluaran berada pada ketinggian yang sama (mendekati sama) kemudian gaya input luar Fmasuk, dengan prinsip pascal, menambah tekanan dengan sama ke semua bagian pada ketinggian yang sama sehingga

Pkeluar = Pmasuk (2.9)

Dimana besaran-besaran masukan dinyatakan dengan indeks “masuk” dan keluaran dengan “keluar”. Dengan demikian

masuk masuk

keluar keluar

A F A

F

= (2.10)

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan efek gaya yang besar dari gaya yang kecil, maka luas penampangnya harus diperbesar. Konsep tersebut yang digunakan pompa hidrolik serta rem hidrolik pada kendaraan bermotor dan masih banyak lagi alat-alat lain yang menggunakan konsep itu (Giancoli, 2001:330).

2.9.1. Tekanan Udara

Tekanan udara (tekanan atmosfer) disebabkan oleh berat udara yang menekan lapisan atmosfer bagian bawah sampai ke ketinggian tertentu. Semakin rendah permukaan bumi dari permukaan laut, semakin besar tekanan udaranya. Sebaliknya, semakin tinggi permukaan bumi dari permukaan, semakin rendah tekanan udaranya. Untuk setiap kenaikan 100 m suatu tempat maka tekanan udara berkurang sebesar 1 cmHg. Untuk mengetahui besarnya tekanan udara di suatu tempat digunakan barometer. Sedangkan untuk mengetahui tekanan udara di dalam ruang tertutup digunakan manometer.


(56)

2.9.1.1. Hukum Boyle

“Hasil kali tekanan dan volume gas ruang tertutup adalah konstan jika suhu tidak berubah”, pernyataan tersebut dikenal sebagai Hukum Boyle. Hukum Boyle menjelaskan tentang hubungan antara tekanan gas dan volume gas dalam ruang tertutup. Secara matematis hukum Boyle dapat ditulis sebagai berikut:

P× V= konstan

P1 x V1 = P2 x V2 (2.11)

Keterangan:

P1 = tekanan gas mula-mula (Pa) P2 = tekanan gas sekarang (Pa) V1 = volume gas mula-mula (m3) V2 = volume gas sekarang (m3)

2.10.

Keterkaitan Materi, Unsur SETS, dan Kebencanaan

2.10.1. Konsep Tekanan pada Zat Padat

Dari unsur sains tentang tekanan pada zat padat dapat kita lihat konsep tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk teknologi seperti sepatu, paku, dan pisau. Peralatan tersebut bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Selain bermanfaat unsur sains tentang tekanan pada zat padat juga ada dampak negatifnya pada lingkungan, misalnya bencana amblesnya tanah dan penurunan tanah. Bencana tersebut terjadi karena adanya tekanan yang berat dari pembangunan rumah atau gedung yang tidak memperhatikan kondisi tanah. Selain pembangunan gedung, tanah longsor juga bisa terjadi karena derasnya hujan yang


(57)

mengguyur tanah, dan bisa terjadi karena penggalian pegunungan kapur yang terus menerus mengingat wilayah Grobogan sebagai daerah pegunungan kapur.

2.10.2. Konsep Tekanan pada Zat Cair

Dari unsur sains tentang tekanan pada zat cair dapat kita lihat konsep tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk teknologi seperti dongkrak hidrolik, kapal selam, water pass. Peralatan tersebut bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Selain bermanfaat unsur sains tentang tekanan pada zat cair juga ada dampak negatifnya, misalnya bencana banjir yang terjadi akibat jebolnya bendungan atau tanggul. Tekanan zat cair di bawah lebih besar sehingga jika tanggul tidak dibuat sedemikian rupa air akan mencoba menekan tanggul dan maengakibatkan banjir.

2.10.3. Konsep Tekanan pada Zat Gas

Dari unsur sains tentang tekanan pada zat gas dapat kita lihat konsep tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk teknologi seperti barometer dan manometer. Peralatan tersebut bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Selain bermanfaat unsur sains tentang tekanan pada zat gas juga ada dampak negatifnya, misalnya bencana angin ribut. Gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan bertekanan rendah. Angin memberikan banyak manfaat, misalnya membantu penyerbukan tanaman dan sebagai sumber energi. Namun ketika kekuatanya besar, angin dapat mengakibatkan bencana.


(58)

2.11.

Kerangka Berfikir

Indonesia merupakan negara yang rawan akan bencana. Kabupaten Grobogan adalah salah satu dari wilayah yang sering dilanda bencana alam maupun sosial. Karakter kepedulian lingkungan dan pengetahuan tentang kebencanaan sangat penting diberikan sejak dini mengingat bencana yang sering terjadi belakangan ini. Materi kebencanaan tidak perlu dijadikan mata pelajaran tersendiri melainkan dapat diintregasikan ke dalam mata pelajaran, misalnya mata pelajaran IPA. Dalam penelitian ini terfokuskan pada bencana alam yang sering terjadi di wilayah Kabupaten Grobogan, yaitu bencana tanah longsor, bencana banjir, dan bencana angin ribut.

Belakangan terdengar kabar banyaknya kasus sosial yang melibatkan para pelajar. Misalnya tawuran, merusak lingkungan, dan bolos sekolah. Hal ini menimbulkan kegelisahan di kalangan orang tua dan para pendidik tentunya. Untuk itu perlu di terapkannya pendidikan karakter sejak usia dini. Sebagai tenaga pendidik, dalam mewujudkan pembentukan karakter tersebut perlu menyelipkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah.

SMP Negeri 1 Gabus merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang terletak di Kabupaten Grobogan. Di SMP Negeri 1 Gabus para siswanya kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA khususnya Fisika. Para Guru masih sering menggunakan metode ceramah dilanjutkan diskusi kelas dengan tanya jawab, dalam diskusi kelas tidak semua siswa terlibat aktif. Ketika guru ceramah, beberapa siswa asyik bermain dan bicara tidak memperhatikan guru di depan, jika ditanya apakah sudah paham siswa serentak menjawab sudah paham, hal ini


(59)

bertolak belakang dengan ketika ulangan nilainya kurang memuaskan. Selain itu pada beberapa aspek karakter siswa dirasa kurang, yaitu pada aspek disiplin, peduli lingkungan, tanggung jawab dan kerjasama.

Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan menjadi sebab utama nilai dan karakter siswa kurang. Faktor yang berperan dalam tercapainya tujuan pembelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan haruslah sesuai dengan situasi dan kondisi siswa saat ini, yang bisa membuat siswa aktif dan nyaman dalam belajar. Pada tingkatan usia mereka yang dalam masa peralihan dari anak-anak menuju remaja, mereka masih senang dalam bermain-main. Dalam pemberian materi pelajaran dan kebencanaan kepada siswa SMP diperlukan suatu pendekatan. Dengan adanya pendekatan siswa mudah dalam menerima materi yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti akan mengadakan penelitian tentang keefektifan model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS

terhadap hasil belajar dan karakter siswa pada pokok bahasan Tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan. Dalam penelitian ini, akan diterapkan model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS pada kelas eksperimen, sedangkan model pembelajaran diskusi bervisi SETS diterapkan pada kelas kontrol.

Dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, diharapkan hasil belajar materi tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan dan karakter siswa lebih baik melalui model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS.


(60)

Secara ringkas, gambaran penelitian disajikan pada Gambar 2.11 berikut :

Gambar 2.11 : Bagan kerangka berpikir pembelajaran model pembelajaran TGT

bervisi SETS dan model diskusi bervisi SETS

Pembentukan karakter optimal

Hasil belajar lebih baik Pemahaman materi tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan lebih baik

a. Terjadinya bencana alam hampir di seluruh wilayah Grobogan

b. Tidak disisplin, kepedulian lingkungan, tanggung jawab dan kerjasama kurang

c. Siswa jenuh, pasif, nilai kurang

Penerapan Model

Pembelajaran TGT bervisi

SETS

Penerapan Model Pembelajaran diskusi bervisi SETS

Fakta

a. Letak geografis Indonesia yang rawan akan bencana alam b. Karakter siswa yang minim c. Penggunaan model

pembelajaran yang kurang bervariasi

Pemahaman materi tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan kurang

Pembentukan karakter tidak optimal


(61)

2.12.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :

a. Ketuntasan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team Games

Tournamnet bervisi SETS lebih baik dari ketuntasan hasil belajar siswa

melalui model pembelajaran diskusi bervisi SETS.

b. Rata-rata hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Team Games

Tournament bervisi SETS lebih baik dari rata-rata hasil belajar melalui model

pembelajaran diskusi bervisi SETS.

c. Karakter siswa melalui model pembelajaran Team Games Tournament bervisi


(62)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah sebagai keseluruhan subyek penelitian, semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2010:130). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Gabus Kabupaten Grobogan tahun Ajaran 2012/2013. Jumlah anggota populasi dalam penelitian ini 111 siswa yang terdiri atas 3 kelas dengan rincian seperti disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rincian Populasi Penelitian

Kelas Jumlah siswa

VIII B 37

VIII C 37

VIII D 37

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu mengambil dua kelompok secara acak dari populasi dengan syarat populasi harus bersifat homogen. Salah satu kelas bertindak sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lainnya menjadi kelas kontrol. Setelah dilakukan pemilihan dan beberapa pertimbangan diantaranya adalah kondisi anggota kelas, jadwal penelitian, dan lain-lain diperoleh kelas VIII C sebagai kelas eksperimen yang


(63)

mendapat perlakuan dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan.

3.2.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2007:3).

3.2.1. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament bervisi SETS dan penggunaan model diskusi biasa bervisi SETS .

3.2.2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar materi pokok Tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan, dan karakter siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol semester 2 siswa SMP Negeri 1 Gabus.

3.2.3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu kurikulum, guru, materi dan jumlah jam pelajaran.

3.3.

Data dan Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Dengan pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang relevan, akurat dan dapat dipercaya terhadap apa yang diteliti.


(64)

3.3.1. Data

Sumber data penelitian siswa yang diambil antara lain adalah :

1) Nilai ulangan harian siswa pada materi mata pelajaran IPA Fisika sebelumnya.

2) Nilai akhir siswa.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

3.3.2.1. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data data awal siswa berupa daftar nama siswa dan nilai ulangan harian mata pelajaran IPA Fisika pada materi sebelum materi penelitian kelas VIII SMP Negeri 1 Gabus tahun ajaran 2012/2013 yang akan digunakan untuk perhitungan homogenitas.

3.3.2.2. Metode Observasi

Observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung pada saat kegiatan pembelajaran untuk mengungkap aktivitas dan sikap siswa selama pelaksanaan pembelajaran di kelas. Aktivitas dan sikap siswa tersebut yang menggambarkan pembentukan karakter mereka.

3.3.2.3. Teknik Tes

Teknik ini digunakan untuk menilai hasil belajar kognitif yang dicapai oleh siswa pada materi Tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan. Tes yang disusun dalam bentuk tes obyektif dengan empat pilihan jawaban.


(65)

3.4.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan menggunakan jenis True Experimental

Design yaitu Posttest-Only Control Design. Dalam penelitian ini terdapat dua

kelas yang dipilih secara simple random sampling , kelas pertama diberi perlakuan dan kelas kedua tidak diberi perlakuan. Kelas yang diberi perlakuan disebut kelas eksperimen, sedangkan kelas yang tidak diberi perlakuan disebut kelas kontrol (Sugiyono, 2009:76).

Desain penelitian dapat dijabarkan seperti pada Tabel 3.2 berikut : Tabel 3.2 Desain penelitian

Kelompok X Posttest

A

Kelas Eksperimen

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Team

Games Tournament bervisi

SETS

Tt

B Kelas Kontrol

Pembelajaran menggunakan model diskusi bervisi SETS

Tt

Keterangan :

X : Perlakuan.

Tt : Tes hasil belajar kelompok A/B setelah diberi perlakuan.

Sebelum melakukan penelitian pada kedua kelas tersebut dilakukan analisis awal untuk mengetahui kedua kelas dimulai dari keadaan yang sama atau ada perbedaan. Analisis menggunakan uji homogenitas, uji normalitas, dan uji kesamaan dua rata-rata (uji t).


(66)

Dalam penelitian ini, antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan posttest. Nilai posttest dapat memberikan kesimpulan mengenai permasalahan pada penelitian. Untuk melihat adanya keefektifan model pembelajaran yang digunakan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan akan dianalisis dengan uji proporsi dan uji t.

3.5.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen evaluasi.

(a) Instrumen Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 2. Lembar Kerja Siswa.

3. Lembar Diskusi Siswa. 4. Kartu Soal TGT. (b)Instrumen Evaluasi

1. Lembar observasi. 2. Test.

Sebelum instrumen evaluasi data yang berupa tes objektif digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui apakah memenuhi syarat sebagai alat pengambilan data.

Instrumen dalam penelitian ini meliputi penyusunan instrumen dan analisis instrumen.


(67)

3.5.1. Penyusunan Instrumen

3.5.1.1. Penyusunan tes

Langkah-langkah dalam penyusunan tes adalah. 1) Menetapkan materi (Tekanan dan Kebencanaan). 2) Membuat indikator pembelajaran.

3) Membuat kisi-kisi soal.

4) Menentukan alokasi waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal tes (75 menit).

5) Menentukan bentuk tes, berupa pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. 6) Menentukan jumlah butir soal sebanyak 40 butir terdiri dari soal materi

tekanan yang mengintegrasikan materi kebencanaan. 7) Membuat soal tes sesuai dengan kisi-kisi.

Sebelum perangkat soal tes dipakai dalam mengambil data, diuji cobakan terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel. Uji dilakukan di siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Gabus yang berjumlah 36 siswa. Kelas tersebut sudah pernah menerima materi yang akan digunakan pada kelas penelitian.

3.5.2. Analisis Instrumen

Analisis instrumen diperlukan untuk mengetahui instrumen tes memenuhi syarat atau tidak jika digunakan sebagai alat pengambilan data. Analisis instrumen terdiri atas analisis validitas isi, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas.


(68)

3.5.2.1. Validitas Isi

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen atau soal tes dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2007:348).

Dalam penelitian ini digunakan validitas isi. Untuk instrumen berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan mata pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi instrumen. Dalam kisi-kisi terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau petanyaan yang telah dijabarkan dalam indikator. Dengan kisi-kisi validitas instrumen dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

3.5.2.2. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan antara peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi.

Rumus yang dipakai adalah:

Keterangan:

DP = daya pembeda soal

JA = banyaknya peserta kelas atas JB = banyaknya peserta kelas bawah


(69)

BA = banyaknya kelas atas yang menjawab benar BB = banyaknya kelas bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2002:218) dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3. Klasifikasi daya pembeda Interval Daya Pembeda Kriteria

0,00≤ DP ≤ 0,20 0,21 ≤ DP ≤ 0,40 0,41≤ DP ≤ 0,70 0,71≤ DP ≤ 1,00

Negatif

Jelek Cukup

Baik Baik sekali Sangat jelek

Setelah dilakukan perhitungan analisis uji coba soal. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13.

3.5.2.3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah persentase jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar. Untuk menghitung besarnya tingkat

kesukaran digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P = tingkat kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab benar JS = banyaknya peserta tes


(70)

Klasifikasi tingkat kesukaran menurut Arikunto (2002:210) dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi tingkat kesukaran Interval P Kriteria 0,00 ≤ P ≤ 0,30

0,31 ≤ P ≤ 0,70 0,71 ≤ P ≤ 1,00

Sukar Sedang Mudah

Setelah dilakukan perhitungan analisis uji coba soal. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.

3.5.2.4. Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap sehingga pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes atau seandainya hasil berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang ajeg (Sugiyono, 2007:348).

Reliabilitas instumen dalam penelitian ini menggunakan KR-21, dengan rumus sebagai berikut:


(71)

dengan :

ri = reliabilitas tes secara keseluruhan

k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan

M = mean atau rerata skor soal

= varians total yaitu varians skor total

Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu setelah didapatkan harga ri ,kemudian dibandingkan dengan r product moment pada tabel, jikarhitung > rtabel, maka item yang diujikan tersebut dianggap reliabel.

Hasil analisis uji coba instrumen penelitian meliputi uji validitas isi, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas. Soal yang digunakan dalam uji coba berjumlah 40 soal pilihan ganda. Berdasarkan hasil analisi uji coba soal diperoleh 26 soal yang memenuhi kriteria dan 14 soal tidak memenuhi kriteria. Dari 26 soal yang memenuhi kriteria tersebut, soal yang dipakai 25 soal dan 15 soal lainnya tidak dipakai. Hasil analisis uji coba soal secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 15.


(72)

Rekapitulasi hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut: Tabel 3.5. Rekapitulasi hasil uji coba instrumen

No Aspek soal Hasil uji coba soal

Nomor soal Keterangan 1. Daya

pembeda

Baik: 3 Cukup: 23

Jelek: 14

35, 37, 39

2, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 26, 30, 31, 33, 36, 38, 40 1, 6, 8, 10, 12 , 14, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 32, 34

Dipakai Dipakai kecuali no 2

Tidak dipakai 2. Tingkat kesukaran Mudah: 25 Sedang: 10 Sukar: 5

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, 29, 31, 32, 38, 40

5, 13, 14, 17, 22, 30, 33, 35, 37, 39

15, 25, 28, 34, 36

Dipakai

kecuali no 1, 6, 8, 10, 12, 23, 24, 27, 29, 32

Dipakai kecuali no 14 Tidak dipakai kecuali no 15 dan 36

3. Reliabilitas rhitung = 0,58 rtabel = 0,329

rhitung >rtabel , maka

instrument yang dipakai reliabel


(73)

3.6.

Analisis Data

Analisa data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah mengadakan penelitian, sehingga akan didapat suatu kesimpulan tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti.

3.6.1. Analisis Data Tahap Awal

Analisis tahap awal di uji menggunakan uji homogenitas, uji normalitas, dan uji kesamaan rata-rata. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berasal dari keadaan awal yang sama atau tidak dan selanjutnya untuk memilih sampel dengan teknik random sampling atau teknik lainnya. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil memiliki data yang ternormalisasi atau tidak, sedangkan uji kesamaan rata-rata dilakukan guna mengetahui rata-rata sampel berbeda secara signifikan atau tidak. Data yang digunakan untuk analisis awal ini adalah nilai ulangan harian mata pelajaran IPA Fisika kelas VIII B, VIII C, VIII D semester II tahun pelajaran 2012/2013.

3.6.1.1. Uji Homogenitas Varians Populasi

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dengan menggunakan nilai ulangan harian IPA Fisika sebelum materi penelitian pada semester 2 kelas VIII B, VIII C, dan VIII D. Setelah data homogen, sampel diambil dengan teknik random sampling. Jumlah kelas yang diuji ada dua. Untuk menguji kesamaan varians dari k buah kelas (k≥2) populasi digunakan uji Bartlett.


(74)

Langkah-langkah perhitungan uji Bartlett menurut Sudjana (2002: 263) sebagai berikut:

1) Menghitung S2 dari masing-masing kelas.

2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus dengan rumus:

∑ ∑

Menghitung harga satuan B dengan rumus:

log

3) Menghitung nilai statistik Chi-Kuadrad dengan rumus:

ln ∑ log

Kriteria pengujian dengan taraf nyata α = 5%. Tolak hipotesis Ho jika

χ α dengan ≥ α diperoleh dari distribusi Chi-Kuadrad dengan peluang (1-α) dan dk= k-1.

Pada uji homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan uji Chi-Kuadrad. Kriteria populasi dalam keadaan homogen jika χ2hitung untuk setiap data lebih kecil dari χ2tabel. Berdasarkan hasil perhitungan dengan taraf nyata α = 5% dan dk = 2, diperoleh nilai χ2hitung = 3,3973 dan diperoleh nilai χ2tabel = 5,99. Nilai

χ2

hitung < χ2tabel dengan demikian dapat disimpulkan bahwa populasi mempunyai varians yang sama (homogen).

2 χ


(75)

3.6.1.2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Penggunaan statistik parametris, bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel penelitian yang akan dianalisis terdistribusi normal. Untuk data yang tidak terdistribusi normal, maka dapat menggunakan teknik statistik nonparametris.

Suatu data dikatakan terdistribusi normal jika data di atas dan di bawah memiliki rata-rata yang sama, demikian juga simpangan (Sugiyono, 2007:79). Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan melakukan uji Chi-Kuadrad ( ).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Menentukan jumlah kelas interval.

2) Menentukan panjang kelas interval.

3) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk menghitung hitung. 4) Menghitung fh, frekuensi harapan.

5) Menghitung dengan rumus:

χ

f

f

f

Keterangan :

f0 =Frekuensi/jumlah data hasil observasi fh = Jumlah/Frekuensi yang diharapkan f0-fh = Selisih data f0 dengan fh


(1)

UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA

HASIL BELAJAR PSIKOMOTRIK

Hipotesis :

Ho : µ1 µ2 (rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak lebih baik

atau sama dengan kelas kontrol)

Ha : µ1 > µ2 (rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik

dibanding kelas kontrol)

Pengujian Hipotesis:

Karena data kedua sampel homogen, dari jumlah yang sama dan terdistribusi normal, maka digunakan rumus :

Keterangan :

: rata-rata posttest pada kelas eksperimen : rata-rata posttest pada kelas kontrol : jumlah siswa kelas eksperimen : jumlah siswa kelas kontrol : varians kelompok eksperimen : varians kelompok kontrol

Kriteria

Jika t hitung t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.

t =

t = 78,26 - 75,81 = 2,45 = 1,808

?  1,84 1,35

Dengan dk = n1+n2-2 = 37+37-2 = 72 dan α= 5 % maka harga t tabel adalah 1,996

Karena t hitung < t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak

Ini berarti bahwa hasil belajar psikomotorik materi tekanan yang dikaitkan dengan kebencanaan pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S x x t + − = 1 n 2 n 2 1 S 2 2 S 1 x 2 x 37 88 , 42 37 05 , 25 81 , 75 26 , 78 + − ≤


(2)

Lampiran 48

FOTO PENELITIAN

Peneliti memberikan presentasi materi di depan kelas


(3)

Siswa berdiskusi dalam kelompoknya dan siswa yang sudah paham

materi menjadi tutor sebaya teman sekelompoknya


(4)

(5)

(6)