Definisi Operasional Variabel Penelitian

39 mengukur aktivitas fisik dengan mengklasifikasikan berdasarkan Metabolic Equivalent MET World Health Organization, 2010. MET adalah rasio laju metabolisme saat kerja dengan laju metabolisme saat istirahat yang digambarkan dengan satuan kkalkgjam. Satu MET didefinisikan sebagai energi yang dikeluarkan saat duduk tenang. Perbandingan aktivitas dalam kategori sedang yaitu 4 kali lebih besar dibandingkan dengan aktivitas duduk tenang, sehingga perhitungan pada aktivitas kategori sedang dikalikan 4 MET. Aktivitas dalam kategori berat mempunyai perbandingan 8 kali lebih besar dari duduk tenang, sehingga perhitungan pada aktivitas dalam kategori berat dikalikan 8 MET Singh Purohit, 2011. GPAQ telah tervalidasi untuk mengukur aktivitas fisik pada rentang usia 16-84 tahun dengan nilai reliabilitas kuat Kappa 0,67 sampai 0,73 dan hasil validitasnya baik α=0.65. Hasil ini menunjukkan bahwa GPAQ adalah instrumen yang sesuai dan dapat diterima untuk memantau aktivitas fisik dalam sistem surveilans kesehatan penduduk Bull et al, 2009. Dalam perbaikan kualitas data yang diperoleh, GPAQ telah mengalami pengembangan dengan adanya GPAQ versi 2. Rumus yang digunakan untuk menghitung total volume aktivitas fisik dalam satuan MET- menitminggu adalah [P2 x P3 x 8 + P5 x P6 x 4 + P8 x P9 x 4 + P11 x P12 x 8 + P14 x P15 x 4]. Menurut analysis guide yang 40 terlampir pada GPAQ versi 2 WHO 2010, tingkat dari total aktivitas fisik akan dikategorikan menjadi tiga kategori sebagai berikut: a. Tinggi 1 Melakukan aktivitas berat minimal 3 hari dengan intensitas minimal 1500 MET-menitminggu, atau atau 2 Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan dalam 7 hari dengan intensitas minimal 3000 MET-menitminggu b. Sedang 1 Intensitas aktivitas kuat minimal 20 menithari selama 3 hari atau lebih, atau 2 Melakukan aktivitas sedang selama 5 hari atau lebih atau berjalan minimal 30 menithari, atau 3 Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan dalam 5 hari atau lebih dengan intensitas minimal 600 MET- menitminggu c. Rendah 1 Tidak memenuhi kriteria aktivitas tinggi atau aktivitas sedang.

3.6.3. Glover Nilsson-Smoking Behavioural Questionnaire GN-SBQ

Perilaku merokok diukur dengan menggunakan Glover Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire GN-SBQ untuk melihat kegiatan atau aktivitas merokok yang dimulai dari membakar, menghisap sampai menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap rokok yang diukur melalui persepsi dan aktivitas responden terhadap merokok. Kuesioner ini bersifat unidimensional yang terdiri dari dua kategori. 41 Kategori pertama terdiri dari dua pertanyaan yang mencerminkan sikap merokok individu. Kemudian kategori kedua terdiri dari sembilan pertanyaan yang mencerminkan seberapa sering responden berperilaku untuk merokok. Total pertanyaan dalam kuesioner ini adalah 11 pertanyaan. Dalam pengisian kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan rentangan empat poin, yaitu mulai dari satu sangat tidak setuju- sangat jarang sampai empat sangat setuju-sangat sering Glover et al, 2005. Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ sangat baik α = 0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ memiliki konsistensi internal yang memadai Rath et al, 2013.

3.6.4. Alcohol Use Disorder Identification Test AUDIT

AUDIT merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai perilaku konsumsi alkohol dan masalah kesehatan terkait konsumsi alkohol. AUDIT dikembangkan oleh WHO dan terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari dua versi, yakni versi wawancara dan self-report. AUDIT telah divalidasi untuk kedua jenis kelamin dan dalam berbagai kelompok rasetnis. Sehingga AUDIT cocok untuk digunakan dalam fasilitas pelayanan kesehatan primer Babor et al, 2001.

3.7. Prosedur dan Cara Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pasien hipertensi yang sebelumnya sudah pernah berkunjung dan terdiagnosis hipertensi di Puskesmas Kedaton. Pengambilan data pada responden dilakukan dengan mengukur berat badan

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERAJAT KECACATAN PASIEN MORBUS HANSEN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

1 4 67

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA DI POS PELAYANAN TERPADU WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOJOSONGO BOYOLALI

1 4 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda Di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta.

0 4 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda Di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta.

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsud Kabupate N Karanganyar.

0 3 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsud Kabupate N Karanganyar.

0 2 19

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAL EXHAUSTION PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER | Karya Tulis Ilmiah

0 0 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS I WANGON

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS I WANGON

0 0 16