FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

FACTORS ASSOCIATED WITH BLOOD PRESSURE CONTROL IN PATIENT WITH HYPERTENSION AT KEDATON PUBLIC HEALTH

CENTRE IN BANDAR LAMPUNG

By

INTAN SITI HULAIMA

Background: Hypertension is the most cause of morbidity and death in the world. National Basic Health Research data in 2013 showed that 26.5% of indonesian suffer from hypertension. There have been many attempts and actions taken, but the management of hypertension has not been successful. According to the WHO, only 1.56% of patient with hypertension reach the therapeutic targets blood pressure. The aim of this study was to determine factors associated with blood pressure control in patient with hypertension at Kedaton Public Health Centre in Bandar Lampung.

Methods: This study is a quantitative observational type with cross sectional approach. Samples was 116 subjects taken using consecutive sampling technique. The data has been processed using analysis test with 0.05 confidence level.

Results: 62.9% subjects had controlled blood pressure, 37.9% were PROLANIS member, 66.4% adherent to take medication, 67.2% with obessity, 86.2% had moderate activity, and 13.8% were smoker. This study showed an association between PROLANIS membership (p = 0.021; 95% CI: 1.107 to 3.674), smoking behavior (p = 0.011; 95% CI: 1.388 to 3.325); there was no association between medication adherence (p = 0.216; 95% CI: 0.891 to 2.269), nutritional status (p = 0.879; 95% CI: 0.597 to 1.644) and physical activity (p = 0.076; 95% CI: 0.178 to 4.523) with blood pressure control in patient with hypertension. This study also showed smoking behavioural was the most associated factor with blood pressure control (p = 0.043; 95% CI: 0.088 to 0.961; [OR]: 0.291).

Conclusion: PROLANIS and history of smoking are associated with the blood pressure control in patient with hypertension at Kedaton Public Health Centre in Bandar Lampung.


(2)

4 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

INTAN SITI HULAIMA

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi di dunia. Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa 26.5% orang Indonesia menderita hipertensi. Sudah banyak upaya dan tindakan yang dilakukan namun tatalaksana hipertensi belum berhasil. Menurut WHO, hanya 1.56% pasien hipertensi yang mencapai tekanan darah target terapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan jenis pendekatan potong lintang. Sampel sebanyak 116 subjek diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Data diolah menggunakan uji analisis dengan tingkat kepercayaan 0,05.

Hasil: 62,9% subjek memiliki tekanan darah terkontrol, 37,9% merupakan peserta PROLANIS, 66,4% patuh mengonsumsi obat, 67,2% memiliki status gizi lebih, 86,2% memiliki aktivitas fisik sedang, 13,8% merupakan perokok. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepesertaan PROLANIS (p = 0,021; IK 95%: 1,107-3,674), perilaku merokok (p = 0,011; IK 95%: 1,388-3,325); tidak terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat (p = 0,216; IK 95%: 0,891-2,269), status gizi (p = 0,879; IK 95%: 0,597-1,644), dan aktivitas fisik (p = 0,076; IK 95%: 0,178-4,523) dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi. Analisis multivariat menunjukkan perilaku merokok merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kontrol tekanan darah (p = 0,043; IK 95%: 0,088-0,961; [OR]: 0,291). Simpulan: Kepesertaan PROLANIS dan perilaku merokok berhubungan dengan kotrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.


(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh


(4)

2

2 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL

TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

INTAN SITI HULAIMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

ABSTRACT

FACTORS ASSOCIATED WITH BLOOD PRESSURE CONTROL IN PATIENT WITH HYPERTENSION AT KEDATON PUBLIC HEALTH

CENTRE IN BANDAR LAMPUNG

By

INTAN SITI HULAIMA

Background: Hypertension is the most cause of morbidity and death in the world. National Basic Health Research data in 2013 showed that 26.5% of indonesian suffer from hypertension. There have been many attempts and actions taken, but the management of hypertension has not been successful. According to the WHO, only 1.56% of patient with hypertension reach the therapeutic targets blood pressure. The aim of this study was to determine factors associated with blood pressure control in patient with hypertension at Kedaton Public Health Centre in Bandar Lampung.

Methods: This study is a quantitative observational type with cross sectional approach. Samples was 116 subjects taken using consecutive sampling technique. The data has been processed using analysis test with 0.05 confidence level.

Results: 62.9% subjects had controlled blood pressure, 37.9% were PROLANIS member, 66.4% adherent to take medication, 67.2% with obessity, 86.2% had moderate activity, and 13.8% were smoker. This study showed an association between PROLANIS membership (p = 0.021; 95% CI: 1.107 to 3.674), smoking behavior (p = 0.011; 95% CI: 1.388 to 3.325); there was no association between medication adherence (p = 0.216; 95% CI: 0.891 to 2.269), nutritional status (p = 0.879; 95% CI: 0.597 to 1.644) and physical activity (p = 0.076; 95% CI: 0.178 to 4.523) with blood pressure control in patient with hypertension. This study also showed smoking behavioural was the most associated factor with blood pressure control (p = 0.043; 95% CI: 0.088 to 0.961; [OR]: 0.291).

Conclusion: PROLANIS and history of smoking are associated with the blood pressure control in patient with hypertension at Kedaton Public Health Centre in Bandar Lampung.


(6)

4 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS

KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

INTAN SITI HULAIMA

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi di dunia. Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa 26.5% orang Indonesia menderita hipertensi. Sudah banyak upaya dan tindakan yang dilakukan namun tatalaksana hipertensi belum berhasil. Menurut WHO, hanya 1.56% pasien hipertensi yang mencapai tekanan darah target terapi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan jenis pendekatan potong lintang. Sampel sebanyak 116 subjek diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Data diolah menggunakan uji analisis dengan tingkat kepercayaan 0,05.

Hasil: 62,9% subjek memiliki tekanan darah terkontrol, 37,9% merupakan peserta PROLANIS, 66,4% patuh mengonsumsi obat, 67,2% memiliki status gizi lebih, 86,2% memiliki aktivitas fisik sedang, 13,8% merupakan perokok. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepesertaan PROLANIS (p = 0,021; IK 95%: 1,107-3,674), perilaku merokok (p = 0,011; IK 95%: 1,388-3,325); tidak terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat (p = 0,216; IK 95%: 0,891-2,269), status gizi (p = 0,879; IK 95%: 0,597-1,644), dan aktivitas fisik (p = 0,076; IK 95%: 0,178-4,523) dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi. Analisis multivariat menunjukkan perilaku merokok merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kontrol tekanan darah (p = 0,043; IK 95%: 0,088-0,961; [OR]: 0,291). Simpulan: Kepesertaan PROLANIS dan perilaku merokok berhubungan dengan kotrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.


(7)

(8)

(9)

(10)

8

8 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Batam pada tanggal 11 Mei 1995, sebagai anak ketiga dari Bapak H. Suparno dan Ibu Hj. Safriah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 001 Tanjung Riau pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 3 Batam pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1 Batam pada tahun 2013.

Tahun 2013, terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten Clinical Skills Laboratory (CSL) dan aktif pada organisasi Forum Studi Islam (FSI) Ibnu Sina dan Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis Rescue Team.


(11)

PERSEMBAHAN SEDERHANA

UNTUK KELUARGA TERCINTA

َل هَلك رْمأا َنإ

SESUNGGUHNYA SEGALA URUSAN ITU DI TANGAN ALLAH

(QS. ALI IMRAN 3:154)

SAAT MELIBATKAN ALLAH DALAM SETIAP IMPIANKU

AKU PERCAYA TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN


(12)

ii

ii SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar

Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah beperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Bandar Lampung: Universitas Lampung.

3. dr. Diana Mayasari, S.Ked., M.K.K. selaku pembimbing pertama atas kesediaannya untuk memberikan bantuan, bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M selaku pembimbing kedua atas kesediaannya untuk memberikan bantuan, bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. dr. TA Larasati, S.Ked., M. Kes selaku pembahas atas kesediaannya untuk ilmu, saran-saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(13)

6. Bu Soraya Rahmanisa, S.Si., M. Sc selaku pembimbing akademik atas semua bimbingan, saran dan nasehat selama perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak (H. Suparno R.) dan Ibu (Hj. Safriah) tercinta yang selalu mencintai, menyayangi, mengasihi, mendukung, membantu, membimbing, mendoakan dan memotivasi saya untuk menjadi lebih baik.

8. Kakak (Prio Sudarmo, Retno Tri Utami, Era Junra Buana Damanik, Tri Maryanti) dan keponakan (M. Imbalo Amanullah Damanik, Faiha Anisa Rifdah, M. Komarul Arifin, Khairina Aida Damia, Latifa Aqila Azzahra) tercinta yang juga telah menghibur, membantu, mendoakan dan memotivasi hingga saat ini. 9. Seluruh staf Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu dan motivasi dalam menjalani pendidikan kedokteran.

10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah membantu dalam penyelenggaraan seminar proposal hingga ujian skripsi. 11. Sahabat-sahabat penelitian skripsi yang telah membantu dalam proses penelitian

dan seminar serta terus menyemangati dan mendoakan: Ade Oktariatas Kesuma Yuda, kak Nico Aldrin Avesina, kak Abdul Rois, Analia, Putri Adelina Shazari, Victoria Hawarima, kak Agus Fathul Muin Farid

12. Sahabat-sahabat “genk jomblo” yang telah memberikan semangat, dukungan dan canda tawa selama menjalani masa-masa preklinik: Analia Refsi, Anita Rahayu, Fitri Wijayanti, Rosi Indah Pratama, Sutria Nirda Syati

13. Sahabat-sahabat “watcom” yang tak henti-hentinya menyemangati untuk segera menyelesaikan skripsi dan wisuda: Agfiana Berliani, Anggita Wulansari, Della


(14)

iv

iv Mustika Putri, Firda Saufika, Fitria Dewi Lestari, Mutiara Yulanda Adha, Nimas Disri Putri, Rahayu, dan Rosyita Alifia.

14. Sahabat-sahabat lainnya yang telah memberikan bantuan, semangat dan doa selama perkuliahan: Vermitia, Diah Ayu Larasati, Nada Ismalia, M. Azzaky Bimandama, kak Annisa Ratya, kak Sheba Denisica, kak Suci Widya Prima, Meti Destryana, Eka Endah Lestari, Rika Partika, Nuzulutfiana, Siti Masruroh, mbak Ria Arisandi

15. Teman-teman angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah berjuang bersama dan memotivasi satu sama lain dari awal mulai masuk kedokteran hingga sekarang dan seterusnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Bandarlampung, Januari 2017 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hipertensi ... 6

2.1.1. Definisi Hipertensi ... 6

2.1.2. Etiologi ... 6

2.1.3. Patofisiologi Hipertensi... 7

2.1.4. Klasifikasi Hipertensi ... 9

2.1.5. Kontrol Tekanan Darah ... 10

2.1.6. Diagnosis Hipertensi ... 10

2.1.7. Komplikasi Hipertensi ... 12

2.1.8. Penatalaksanaan Hipertensi... 12

2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Hipertensi .... 20

2.2. PROLANIS ... 22

2.2.1. Definisi ... 22

2.2.2. Tujuan ... 22


(16)

vi

vi

2.2.4. Bentuk Pelaksanaan ... 23

2.2.5. Penanggungjawab ... 23

2.2.6. Langkah Pelaksanaan ... 23

2.3. Kerangka Teori ... 30

2.4. Kerangka Konsep ... 31

2.5. Hipotesis ... 31

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 33

3.2. Populasi dan Sampel ... 33

3.2.1. Populasi Penelitian ... 33

3.2.2. Sampel Penelitian ... 33

3.3. Pengumpulan Data ... 35

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian ... 35

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36

3.6. Instrumen Penelitian ... 38

3.6.1. Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) ... 38

3.6.2. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) ... 38

3.6.3. Glover Nilsson-Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ)... 40

3.6.4. Alcohol Use Disorder Identification Test (AUDIT) ... 41

3.7. Prosedur dan Cara Penelitian ... 41

3.8. Analisis Data dan Pengolahan Data ... 43

3.8.1. Analisis Data ... 43

3.8.2. Pengolahan Data ... 45

3.9. Etika Penelitian ... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 47


(17)

4.1.2. Analisis Univariat ... 48

4.1.3. Analisis Bivariat ... 52

4.1.4. Analisis Multivariat... 57

4.2. Pembahasan ... 59

4.2.1. Gambaran Umum Responden ... 59

4.2.2. Analisis Univariat ... 60

4.2.3. Analisis Bivariat ... 64

4.2.4. Analisis Multivariat... 75

4.2.5. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN


(18)

viii

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan WHO. ... 10

2. Kekuatan Rekomendasi Berdasarkan Grade (James et al, 2013) ... 18

3. Evidence-Based Dosing for Antihypertensive Drugs (James et al, 2013) ... 18

4. Definisi Operasional Variabel ... 36

5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin dan Usia ... 48

6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kontrol Tekanan Darah ... 48

8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat ... 49

9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi ... 50

10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik ... 51

11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok ... 51

12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Mengonsumsi Alkohol ... 52

13. Hubungan Kepesertaan PROLANIS dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton ... 53

14. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton ... 54

15. Hubungan Status Gizi dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton ... 55

16. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton ... 55

17. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kontrol Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kedaton ... 56


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian 89

2. Surat Persetujuan Etik Penelitian 90

3. Kuesioner Penelitian 91

4. Hasil Analisis Data Penelitian 98


(20)

x

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Hipertensi ... 7

2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kontrol Tekanan Darah. ... 9

3. Algoritma Diagnosis Hipertensi ... 11

4. Algoritma Pedoman Manajemen Hipertensi 2014 ... 14


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab angka kesakitan dan kematian tertinggi di dunia dan penyebab terbanyak kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan primer pada tahun 2006, yakni sejumlah 13,1% (Peltzer, 2013). Data hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 66.812.982 dari 252.124.458 orang Indonesia menderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di Provinsi Lampung adalah 24,0% pada 2013 (National Institute for Health Research & Development, 2013). Menurut Laporan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung sejak Januari hingga Agustus 2016, 19.327 kasus hipertensi menempati peringkat pertama dari 36.166 kasus (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2016).

Selain tatalaksana farmakologis, tatalaksana nonfarmakologis seperti menurunkan berat badan bagi pasien yang obesitas, olahraga, berhenti mengonsumsi alkohol, dan berhenti merokok, terbukti dapat menurunkan tekanan darah (PERKI, 2015; Arif et al, 2013). Laju kontrol tekanan darah pasien hipertensi yang tidak obesitas lebih cepat dibandingkan dengan yang obesitas dan pasien yang tidak merokok memiliki kecenderungan untuk terkontrol 8.1 kali lebih besar dibandingkan dengan yang merokok (Hadiyah et al, 2006). Aktifitas fisik aerobik reguler dapat menurunkan 4-9 mmHg tekanan


(22)

2

2 darah. Berhenti mengonsumsi alkohol dapat menurunkan 2-4 mmHg tekanan darah (Departemen Kesehatan, 2006).

Telah banyak upaya dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi hipertensi antara lain kerjasama pemerintah dengan Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dan pembentukan Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Dewi, 2013). Namun tatalaksana hipertensi masih belum berhasil. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari 50% pasien hipertensi yang terdeteksi, hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% bisa diobati dengan baik (Muhammadun, 2010; Hiroh, 2012).

Keberhasilan terapi penyakit kronis ditentukan oleh kepatuhan pasien. Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang di negara berkembang kurang dari 50% (WHO, 2003b). Keikutsertaan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) turut mempengaruhi kepatuhan berobat pasien hipertensi (Mutmainah et al, 2010). Pasien yang tidak mengikuti Program JKN meningkatkan risiko kegagalan kontrol tekanan darah sebesar 1,23-2,89 kali dibandingkan dengan pasien yang mengikuti Program JKN (Sari & Listya, 2016). Namun demikian, masih ditemukan pasien hipertensi yang berobat dengan biaya mandiri (Niska, 2011). Hanya 172.174.401 dari 255.461.686 jiwa penduduk Indonesia yang telah terdaftar sebagai peserta BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2016).

Pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk JKN melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan


(23)

Sosial (BPJS). Implementasinya dimulai pada 1 Januari 2014 (Kemenkes RI, 2013). Dalam meningkatkan kualitas dan memudahkan akses pelayanan kesehatan, BPJS melakukan optimalisasi implementasi Program Rujuk Balik dengan mengadakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) (BPJS Kesehatan, 2015a). PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif dilaksanakan secara terintegrasi melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam pemeliharaan kesehatan peserta BPJS yang menderita hipertensi dan diabetes melitus untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2015b).

Puskesmas Kedaton merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mitra BPJS penyelenggara PROLANIS dengan 2.004 kasus hipertensi yang tertinggi dan 4.585 kunjungan yang juga tertinggi di Kota Bandar Lampung dari Januari hingga Agustus 2016. Untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang dapat dirumuskan adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung?


(24)

4

4 1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung. 1.3.2.Tujuan Khusus

1.3.2.1.Mengetahui hubungan kepesertaan PROLANIS dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton. 1.3.2.2.Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat dengan kontrol

tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton. 1.3.2.3.Mengetahui hubungan status gizi dengan kontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.4.Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.5.Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.6.Mengetahui hubungan perilaku mengonsumsi alkohol dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

1.3.2.7.Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton


(25)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1.4.1 Manfaat bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi serta menambah pengetahuan, wawasan dan pengaplikasiannya dalam pengembangan ilmu kesehatan. 1.4.2 Manfaat bagi tenaga kesehatan instansi terkait

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan kepada para tenaga kesehatan dalam penyusunan program maupun kebijakan dalam penanggulangan penyakit hipertensi.

1.4.3 Manfaat bagi masyarakat

Dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kontrol tekanan darah pasien hipertensi.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti lain


(26)

6

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Hipertensi

2.1.1.Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas 90 mmHg (Black dan Hawks, 2013). Hipertensi merupakan kondisi yang dapat ditemukan pada fasilitas pelayanan kesehatan primer dan berkembang menjadi infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak didiagnosis dan diterapi dengan tepat (James et al, 2013; Price dan Wilson, 2002).

2.1.2.Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder. Pada pasien dengan hipertensi primer (esensial) penyebabnya tidak diketahui sedangkan pasien dengan hipertensi sekunder mempunyai penyebab khusus baik endogen maupun eksogen (Departemen Kesehatan, 2006).

Faktor genetik memegang peranan penting pada patofisiologi hipertensi primer (esensial) dikarenakan hipertensi ini memiliki kecenderungan terjadi secara turun temurun. Ditemukan gambaran bentuk disregulasi monogenik dan poligenik. Banyak dari gen-gen ini yang mempengaruhi


(27)

keseimbangan natrium, tetapi juga ditemukan mutasi-mutasi genetik yang mengubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitrit oksida, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen. Hipertensi sekunder dapat disebabkan penyakit komorbid seperti disfungsi renal akibat gagal ginjal kronis atau penyakit renovaskular dan juga dapat disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti kortikosteroid, estrogen, OAINS, dan lain-lain (Departemen Kesehatan, 2006).

AME = apparent mineralocorticoid excess; CNS = central nervous system; GRA = glucocorticoid-remediable aldosteronism.

Gambar 1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Hipertensi (Departemen Kesehatan, 2006)

2.1.3.Patofisiologi Hipertensi

Terdapat tiga sistem yang sangat berperan dalam peningkatan tekanan darah yakni sistem saraf simpatis, sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron


(28)

8

8 (RAA), dan keseimbangan antara natrium dan cairan tubuh terkait hormon aldosteron. Hal lain yang terlibat dalam peningkatan tekanan darah ialah resistensi insulin disebabkan peningkatan produksi angiotensinogen oleh jaringan adiposa viseral yang resisten terhadap insulin, penurunan kadar nitrit oksida (NO) karena resistensi insulin yang dapat menyebabkan disfungsi endotel, peningkatan reseptor antitrombin-1 (AT-antitrombin-1) dan ekspresi endotelin-antitrombin-1, peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus proksimal, serta peningkatan aktivitas simpatik (Tedjasukmana, 2012).

Beberapa faktor yang mendukung peningkatan hipertensi diantaranya gangguan saraf, reseptor adrenergik atau baroreseptor, abnormalitas ginjal, abnormalitas humoral, defisiensi sintesis substansi vasodilator pada endotelium vaskuler seperti prostasiklin, bradikinin, dan nitrit oksida, atau peningkatan produksi substansi vasokontriktor seperti angiotensin II dan endotelin-1 (Tyashapsari dan Zulkarnain, 2012)

Beberapa faktor yang mendorong timbulnya hipertensi biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi secara bersama-sama sesuai dengan teori mozaik pada hipertensi esensial (Nuraini, 2015).


(29)

Preload

Gambar 2. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Kontrol Tekanan Darah (Yogiantoro, 2009)

2.1.4.Klasifikasi Hipertensi

Menurut World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH) klasifikasi tekanan darah tinggi terbagi menjadi kelompok optimal, normal, normal tinggi, hipertensi derajat 1 (ringan), hipertensi derajat 2 (sedang), hipertensi derajat 3 (berat), dan hipertensi

Asupan garam berlebih Jumlah nefron berkura ng

Stres Perubahan genetis

Obesitas Bahan-bahan yang berasal dari endotel Retensi natrium ginjal Penurunan permukaan filtrasi Aktivitas berlebih saraf simpatis Renin angiotensin berlebih Perubahan membran sel Hiperinsulin-emia Kontriksi vena Volume cairan Hipertrofi struktural Konstriksi Fungsional Kontraktilitas


(30)

10

10 sistolik yang terisolasi (WHO, 2003a). Pembagian derajat keparahan hipertensi menurut WHO/ISH dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan WHO

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Normal 120 - 129 dan/atau 80 - 84 Normal tinggi 130 - 139 dan/atau 84 - 89 Hipertensi derajat 1 140 - 159 dan/atau 90 - 99 Subgrup: Borderline 140 - 159 dan/atau 90 - 94 Hipertensi derajat 2 160 - 179 dan/atau 100 - 109 Hipertensi derajat 3 ≥180 dan/atau ≥110 Hipertensi terisolasi ≥140 dan <90

Subgrup: Borderline 140 - 149 dan <90

2.1.5.Kontrol Tekanan Darah

Faktor-faktor yang mendorong timbulnya hipertensi adalah (Yogiantoro, 2009; Anggara dan Prayitno, 2013; Kementerian Kesehatan RI, 2014) : 1. Faktor risiko, seperti umur, jenis kelamin, diet dan asupan garam,

konsumsi lemak jenuh, kurang aktifitas fisik, stres, ras, obesitas, merokok, penggunaan estrogen serta genetis.

2. Sistem saraf simpatis yaitu tonus simpatis dan variasi diurnal. 3. Keseimbangan antara modulator vasodilator dan vasokontriktor. 4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem

Renin-Angiotenasi-Aldosteron (RAA).

2.1.6.Diagnosis Hipertensi

Dalam menegakkan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Algoritma diagnosis ini diadaptasi dari


(31)

Canadian Hypertension Education Program The Canadian Recommendation for The Management of Hypertension 2014 (Dasgupta

et al, 2014; PERKI, 2015).

HBPM : Home Blood Pressure Monitoring ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring

Gambar 3. Algoritma Diagnosis Hipertensi (Dasgupta et al, 2014; PERKI, 2015)


(32)

12

12 2.1.7.Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah (Kumar et al, 2007; Sherwood, 2010):

1. Jantung

a. Hipertrofi Ventrikel Kiri

b. Angina atau Infark Miokardium c. Gagal Jantung

2. Otak

a. Stroke atau Transient Ischemic Attack

3. Penyakit Ginjal Kronis 4. Penyakit Arteri Perifer 5. Retinopati

Selain mempengaruhi kesehatan fisik, hipertensi juga mempengaruhi kesehatan mental. Pengaruh pada kesehatan mental terlihat pada stadium lanjut (Mollaoğlu et al, 2015).

2.1.8.Penatalaksanaan Hipertensi

Pengobatan hipertensi bersifat individualistis dan sepanjang masa dengan tetap memperhatikan gaya hidup. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologi dan farmakologi. Target dari terapi hipertensi adalah menjaga hipertensi tetap terkontrol seumur hidup pasien


(33)

Ketika hipertensi terdeteksi, intervensi terapetik dapat mengurangi perjalanan dan keparahan penyakit ini. Pengaturan diet, termasuk penurunan berat badan, disertai berbagai obat yang memanipulasi penanganan air dan garam atau aktivitas otonom pada sistem kardiovaskular dapat digunakan untuk mengobati hipertensi. Selain itu, olahraga secara teratur dapat dilakukan untuk membantu mengurangi tekanan darah tinggi (Sherwood, 2010; PERKI, 2015; Weber et al, 2010).

2.1.8.1. Tatalaksana Farmakologi

Terapi farmakologi dimulai pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan setelah >6 bulan menjalani

pola hidup sehat dan pada pasien hipertensi derajat ≥2. Salah

satu prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping adalah dengan melakukan pemantauan efek samping obat secara teratur (PERKI, 2015). Pada tahun 2013, Joint National Committee (JNC) 8 mengeluarkan guideline terbaru mengenai tatalaksana hipertensi. Secara umum, JNC memberikan 9 rekomendasi terkait target tekanan darah dan rekomendasi golongan obat hipertensi (James et al, 2013).


(34)

14

14 Gambar 4. Algoritma Pedoman Manajemen Hipertensi (James et al, 2013)


(35)

Rekomendasi 1. Pada populasi yang secara umum berusia ≥60 tahun, terapi farmakologi inisiasi dimulai untuk menurunkan

tekanan darah pada saat sistolik ≥150 mmHg atau diastolik ≥90

mmHg menjadi sistolik <150 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Strong recommendation-Grade A).

Corollary Recommendation. Pada populasi yang umumnya berusia ≥60 tahun, jika terapi farmakologi untuk tekanan darah tinggi mencapai sistolik yang lebih rendah (missal <140 mmHg) dan terapi masih ditoleransi dengan baik dan tanpa efek samping terhadap kesehatan dan kaulitas hidup, terapi tidak perlu disesuaikan (Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 2. Rekomendasi kedua dari JNC 8 adalah pada populasi umum berusia ≤60 tahun, terapi farmakologi

dimulai ketika diastoliknya ≥90 mmHg untuk untuk

menurunkan tekanan darah diastolik <90 mmHg. (Untuk pasien berusia 30-59 tahun, Strong recommendation-Grade A; Untuk pasien berusia 18-29 tahun, Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 3. Pada populasi <60 tahun, terapi farmakologi

inisiasi dimulai saat sistolik ≥140 mmHg untuk mencapai

sistolik <140 mmHg (Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 4. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan Gagal Ginjal Kronis (GGK), terapi farmakologi inisiasi untuk


(36)

16

16

menurunkan tekanan darah dari sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mm Hd menjadi sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 5. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologi inisiasi untuk menurunkan tekanan

darah dari sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg

menjadi sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Expert opinion-Grade E).

Rekomendasi 6. Pada populasi umum non kulit hitam (negro), termasuk pasien dengan diabetes, terapi antihipertensi inisial sebaiknya menyertakan diuretic tipe tiazid, Calcium Channel Blocker (CCB), Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

(Moderate recommendation-Grade B).

Rekomendasi 7. Pada populasi kulit hitam, termasuk mereka dengan diabetes, terapi inisial hipertensi sebaiknya menggunakan diuretik tipe tiazid atau CCB. (Rekomendasi untuk populasi kulit hitam secara umum: Moderate recommendation-Grade B; sedangkan populasi kulit hitam dengan diabetes: Weak recommendation-Grade C).

Rekomendasi 8. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan GGK, ACEI atau ARB sebaiknya digunakan dalam terapi inisial atau


(37)

terapi tambahan untuk meningkatkan outcome pada ginjal. Hal ini berlaku pada semua pasien GGK dalam semua ras maupun status diabetes (Moderate recommendation-Grade B).

Rekomendasi 9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan target tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan, meningkatkan dosis obat awal atau menambahkan obat kedua dari satu kelas direkomendasi sesuai rekomendasi 6. Seorang klinisi harus terus mengontrol tekanan darah dan menyesuaikan rejimen pengobatan sampai target tekanan darah tercapai. Jika target tekanan darah tidak dapat tercapai dengan 2 obat, menambah dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia diperbolehkan. Jika target tekanan darah tidak tercapai karena pasien memiliki kontraindikasi terhadap obat yang sesuai rekomendasi 6, obat antihipertensi dari kelas lain dapat dipergunakan. Rujukan ke spesialis diindikasikan untuk pasien yang tidak dapat mencapai target tekanan darah dengan strategi di atas atau untuk manajemen pasien yang rumit dan memerlukan konsultasi tambahan (Expert opinion-Grade E).


(38)

18

18 Tabel 2. Kekuatan Rekomendasi Berdasarkan Grade (James et al, 2013)

Grade Kekuatan Rekomendasi

A Strong recommendation. Terdapat tingkat keyakinan yang tinggi berbasis bukti bahwa hal yang direkomendasikan tersebut memberikan manfaat atau keuntungan yang substansial.

B Moderate recommendation. Terdapat keyakinan tingkat menengah berbasis bukti bahwa rekomendasi yang diberikan dapat memberikan manfaat secara moderat. C Weak recommendation. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat moderat berbasis

bukti bahwa hal yang direkomendasikan memberikan manfaat meskipun hanya sedikit.

D Recommendation against. Terdapat setidaknya keyakinan tingkat moderat bahwa tidak ada manfaat atau bahkan terdapat risiko atau bahaya yang lebih tinggi dibandingkan manfaat yang bisa didapat.

E Expert opinion. Bukti-butki belum dianggap cukup atau masih belum jelas atau terdapat konflik (misal karena berbagai perbedaan hasil), tetapi direkomendasikan oleh komite karena dirasakan penting untuk dimasukan dalam guideline.

N No recommendation for or against. Tidak ada manfaat yang jelas terbukti. Keseimbangan antara manfaat dan bahaya tidak dapat ditentukan karena tidak ada bukti-bukti yang jelas tersebut.

Tabel 3. Evidence-Based Dosing for Antihypertensive Drugs (James et al, 2013)

Antihypertensive Medications

Initial Daily Dose (mg)

Target Dose in RCTs Reviewed (mg)

No. of Doses per Day

ACE inhibitor

Captopril 50 150-200 2

Enalapril 5 20 1-2

Lisinopril 10 40 1

Angiotensin receptor blockers

Eprosartan 400 600-800 1-2

Candesartan 4 12-32 1

Losartan 50 100 1-2

Valsartan 40-80 160-320 1

Irbesartan 75 300 1

Β-Blockers

Atenolol 25-50 100 1

Metoprolol 50 100-200 1-2

Calcium Channel Blockers

Amlodipine 2.5 10 1

Diltiazem extended release

120-180 360 1

Nitrendipine 10 20 1-2

Thiazide-type diuretics

Bendroflumethiazide 5 10 1

Chlorthalidone 12.5 12.5-25 1

Hydrochlorthiazide 12.5-25 25-100a 1-2

Indapamide 1.25 1.25-2.5 1


(39)

2.1.8.2. Tatalaksana Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya (Yogiantoro, 2009; Hadiyah dan Setiawan, 2006). Terapi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan menjalani pola hidup sehat diantaranya dengan :

a. Menurunkan berat badan dapat dilakukan dengan mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan sayur dan buah (PERKI, 2015).

b. Mengurangi asupan garam dengan menghindari makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Dianjurkan asupan garam tidak melebihi 2 gram per hari (PERKI, 2015; Hikmaharidha, 2011).

c. Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit per hari minimal 3 hari per minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah. Bila pasien tidak dapat melakukan olahraga secara khusus, dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktivitas rutin sehari-hari (PERKI, 2015).

d. Mengurangi konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah (PERKI, 2015).


(40)

20

20 e. Merokok merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular, pasien hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress (PERKI, 2015; Kementerian Kesehatan RI, 2014a).

2.1.9.Faktor yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Hipertensi a. Sikap

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan upaya pengendalian hipertensi. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap manusia antara lain pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang penting yang dimaksud adalah petugas kesehatan yang memberikan informasi tentang pentingnya pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit hipertensi. Pembentukan sikap juga dapat dipengaruhi oleh faktor emosional pasien (Dalyoko, 2010).

b. Pengawasan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengawasan keluarga dengan upaya pengendalian hipertensi. Adanya pengawasan keluarga dalam pengendalian hipertensi merupakan bentuk dukungan keluarga agar responden tetap dalam kondisi yang sehat. Bentuk dukungan tersebut dapat berupa anjuran asupan makanan yang baik seperti masakan yang tidak banyak garam, anjuran berolahraga seperti jalan sehat ataupun senam, anjuran minum obat secara teratur (Dalyoko, 2010).


(41)

c. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pengendalian hipertensi. Pengetahuan berperan penting dalam membentuk perilaku atau tindakan seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh baik dari diri pasien sendiri berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari dan dari orang lain (Dalyoko, 2010).

d. Faktor fisiologis dan psikologis.

Faktor fisiologis yaitu pemakaian obat jangka panjang yang dapat menyebabkan timbulnya efek samping hingga kerusakan organ. Faktor psikologis yaitu pemakaian obat jangka panjang membuat pasien hipertensi merasa tertekan. Hal ini dikarenakan pasien diwajibkan untuk mengonsumsi obat setiap hari dan adanya efek samping yang ditimbulkan dari obat yang dikonsumsi. Masalah-masalah ini menyebabkan pasien hipertensi cenderung banyak yang tidak mematuhi proses pengobatan seusai anjuran (Evadewi dan Sukmayanti, 2013).

e. Kepatuhan minum obat.

Kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh faktor pasien, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan dan faktor sosial ekonomi (Asti, 2006). Faktor sistem kesehatan meliputi sikap tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, mudah tidaknya mendapatkan obat yang diresepkan di apotek, informasi yang diberikan kepada pasien, kepemilikan asuransi kesehatan, distribusi obat, dan hubungan yang terjalin antara pasien dan dokter (Amartiwi, 2012).


(42)

22

22 Selain kepatuhan minum obat, diagnosa yang tepat, pemilihan obat, pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan juga sangat mempengaruhi terkontrolnya tekanan darah pasien (Mutmainah dan Rahmawati, 2010; Asti, 2006; WHO, 2003). Banyak obat-obat untuk hipertensi yang harganya cukup mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat (Budisetio, 2007). Selain itu kemampuan pasien untuk mengikuti perawatan secara optimal, sering terganggu oleh beberapa penghalang diantaranya: faktor sosial ekonomi, sistem perawatan kesehatan, karakteristik penyakit, terapi penyakit dan faktor yang terkait dengan pasien (Mutmainah dan Damayanti, 2014).

2.2.PROLANIS 2.2.1.Definisi

PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.2.Tujuan

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke

Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada


(43)

dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.3.Sasaran

Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi) (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.4.Bentuk Pelaksanaan

Aktifitas dalam PROLANIS meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi,

home visit, reminder, aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.5.Penanggungjawab

Penanggungjawab adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer (BPJS Kesehatan, 2015b).

2.2.6.Langkah Pelaksanaan

2.2.6.1. Persiapan Pelaksanaan PROLANIS

Persiapan dalam pelaksanaan PROLANIS antara lain (BPJS Kesehatan, 2015b) :

1. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan: a) Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau

b) Hasil Diagnosa DM Tipe 2 dan Hipertensi (pada Faskes Tingkat Pertama maupun RS)


(44)

24

24 3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas

berdasarkan distribusi target sasaran peserta

4. Menyelenggarakan sosialisasi PROLANIS kepada Faskes Pengelola

5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek, Laboratorium)

6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani peserta PROLANIS

7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta (instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan lain-lain) 8. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang DM

Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam PROLANIS 9. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta PROLANIS

10. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada peserta terdaftar PROLANIS

11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar

12. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta PROLANIS

13. Melakukan distribusi data peserta PROLANIS sesuai Faskes Pengelola

14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan status kesehatan peserta, meliputi


(45)

pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah, IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan pemeriksaan

15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal peserta per Faskes Pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-Care)

16. Melakukan Monitoring aktifitas PROLANIS pada masing-masing Faskes Pengelola:

a) Menerima laporan aktifitas PROLANIS dari Faskes Pengelola

b) Menganalisa data

17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS 18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor

Pusat.

2.2.6.2. Aktivitas PROLANIS

Adapun aktifitas PROLANIS antara lain (BPJS Kesehatan, 2015b) :

1. Konsultasi Medis Peserta PROLANIS: jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan Faskes Pengelola 2. Edukasi Kelompok Peserta PROLANIS

Edukasi Klub Risti (Klub PROLANIS) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta


(46)

26

26 PROLANIS. Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan Peserta dan kebutuhan edukasi. Langkah – langkah : a) Mendorong Faskes Pengelola melakukan identifikasi

peserta terdaftar sesuai tingkat severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi yang disandang.

b) Memfasilitasi koordinasi antara Faskes Pengelola dengan Organisasi Profesi/Dokter Spesialis diwilayahnya.

c) Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam Klub. d) Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta PROLANIS

yang berasal dari peserta. Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator dalam kelompok PROLANIS (membantu Faskes Pengelola melakukan proses edukasi bagi anggota Klub).

e) Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana aktifitas klub minimal 3 bulan pertama.

f) Melakukan monitoring aktifitas edukasi pada masing-masing Faskes Pengelola: menerima laporan aktifitas edukasi dari Faskes Pengelola dan menganalisis data. g) Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS.


(47)

h) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat dengan tembusan kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya.

3. Reminder melalui SMS Gateway

Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut. Tersampaikannya reminder jadwal konsultasi peserta ke masing-masing Faskes Pengelola. Langkah-langkah:

a. Melakukan rekapitulasi nomor handphone peserta PROLANIS/Keluarga peserta per masing-masing Faskes Pengelola.

b. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi SMS

Gateway.

c. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per peserta per Faskes Pengelola.

d. Entri data jadwal kunjungan per peserta per Faskes Pengelola.

e. Melakukan monitoring aktifitas reminder (melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat

reminder).

f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang mendapat reminder dengan jumlah kunjungan.


(48)

28

28 g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi

Regional/Kantor Pusat. 4. Home Visit

HomeVisit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta PROLANIS untuk pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga.

Kriteria sasaran peserta PROLANIS : a. Peserta baru terdaftar.

b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan berturut-turut. c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan

berturut-turut (PPDM).

d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT).

e. Peserta pasca opname.

Langkah-langkah :

a. Melakukan identifikasi sasaran peserta yang perlu dilakukan home visit.

b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk menetapkan waktu kunjungan.

c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan pelaksanaan


(49)

d. Melakukan administrasi home visit kepada Faskes Pengelola dengan berkas formulir home visit yang mendapat tanda tangan Peserta/Keluarga peserta yang dikunjungi dan lembar tindak lanjut dari home visit/lembar anjuran Faskes Pengelola.

e. Melakukan monitoring aktifitas home visit (melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang telah mendapat home visit). f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang

mendapat home visit dengan jumlah peningkatan angka kunjungan dan status kesehatan peserta.

g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/Kantor Pusat.


(50)

30

30 2.3.Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Penatalaksanaan hipertensi (PERKI, 2015; Weber et al, 2010; James et al, 2013; Kementerian Kesehatan RI, 2014) dan Tujuan PROLANIS (BPJS Kesehatan, 2015b)


(51)

2.4.Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus.

Variabel Independen Variabel Dependen

2.5.Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar dan salah, dapat diterima atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho :

1. Tidak terdapat hubungan kepesertaan PROLANIS dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

Kepesertaan PROLANIS

Kepatuhan Minum Obat

Status Gizi Kontrol Tekanan

Darah Aktivitas Fisik

Perilaku Merokok Perilaku Mengonsumsi


(52)

32

32 2. Tidak terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan kontrol tekanan

darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

3. Tidak terdapat hubungan status gizi dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

4. Tidak terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

5. Tidak terdapat hubungan perilaku merokok dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

6. Tidak terdapat hubungan perilaku mengonsumsi alkohol dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

Ha :

1. Terdapat hubungan kepesertaan PROLANIS dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

2. Terdapat hubungan kepatuhan minum obat dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

3. Terdapat hubungan status gizi dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

4. Terdapat hubungan aktivitas fisik dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

5. Terdapat hubungan perilaku merokok dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

6. Terdapat hubungan perilaku mengonsumsi alkohol dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.


(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan jenis pendekatan potong lintang.

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1.Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien hipertensi. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien hipertensi di Puskesmas Kedaton.

3.2.2.Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang dipilih dan dianggap mewakili semua populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel diambil menggunakan teknik

consecutive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah pasien yang diperlukan terpenuhi (Nasution, 2003).

Untuk menentukan besarnya jumlah responden atau sampel pada penelitian ini, dengan α sebesar 0.05 dan Zα sebesar 1,960, proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari menurut data prevalensi


(54)

34

34 hipertensi di Kota Bandar Lampung pada tahun 2013 sebesar 8,2% (p=0.082) (Oemiati, 2013) dan tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan peneliti) sebesar 0.05, maka dari hasil perhitungan didapatkan sebagai berikut :

n =

��22

n =

. 2 . . 2− .

n =

. � .. � .

n =

..

n =

115.67

Maka dari hasil perhitungan sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 116 sampel.

Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteri inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.

Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah :

a. Memiliki data rekam medik yang mencantumkan identitas pasien dan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien hipertensi selama 3 bulan berturut-turut di Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung.


(55)

Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah : a. Pasien hipertensi yang merupakan perokok pasif.

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data mengacu dari sumber penelitian, yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepesertaan PROLANIS, status gizi, kepatuhan minum obat, aktivitas fisik, perilaku mengonsumsi alkohol, dan perilaku merokok. Data sekunder berupa data yang diambil dari dokumen atau rekam medik yang tercatat dalam buku register tentang identitas dan hasil pemeriksaan tekanan darah.

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan untuk suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu: a. Variabel bebas (independen) adalah kepesertaan PROLANIS, kepatuhan

minum obat, status gizi, aktivitas fisik, perilaku merokok, perilaku mengonsumsi alkohol.

b. Variabel terikat (dependen) adalah kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.


(56)

36

36 3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional mendefinisikan variabel-variabel secara operasional berlandaskan karakteristik yang diamati. Definisi operasional dalam penelitian ini :

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel

Bebas

Kepesertaan PROLANIS

Pasien hipertensi yang mengisi form kesediaan untuk bergabung dalam PROLANIS

Wawancara Kuesioner 0 = bukan peserta PROLANIS 1 = peserta PROLANIS

Kategorik Nominal Kepatuhan

Minum Obat

Tingkat perhatian pasien dalam melaksanakan instruksi pengobatan berdasarkan

Morisky Medication Adherence Scale

(MMAS)

Wawancara Kuesioner MMAS

0 = tidak patuh (skor <6) 1 = patuh (skor 6-8)

(Morisky et al, 2009)

Kategorik Nominal

Status Gizi Kondisi gizi yang diukur berdasarkan indeks antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan.

Pengukuran langsung berat badan dan tinggi badan.

Timbangan injak ketelitian 0.1 kg

terkalibrasi dan meteran sepanjang 2 m ketelitian 0.1 cm terkalibrasi

0 = Gizi Kurang (IMT = <18.4 kg/m2)

1 = Gizi Normal (IMT = 18.5-23 kg/m2)

2 = Gizi Lebih (IMT = >23 kg/m2)

(Harahap et al, 2005)

Kategorik Ordinal

Aktivitas fisik Setiap pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot skeletal yang mengakibatkan pengeluaran energi untuk meningkatkan kemampuan kardiorespi.

Wawancara Kuesioner GPAQ

0. Rendah : tidak memenuhi kriteria sedang dan tinggi. 1. Sedang : melakukan aktivitas kuat minimal 20 menit/hari selama ≥3 hari atau melakukan aktivitas sedang ≥5 hari atau berjalan paling sedikit 30

Kategorik Ordinal


(57)

menit/hari atau melakukan kombinasi aktivitas fisik yang berat, sedang, berjalan dalam ≥5 hari dengan intensitas minimal 600

MET-menit/minggu. 2. Tinggi : melakukan aktivitas yang berat minimal 3 hari dengan intensitas minimal 1500 MET-menit/minggu atau melakukan kombinasi aktivitas fisik yang berat, sedang, dan berjalan dalam 7 hari dengan internsitas minimal 3000 Met-menit/minggu (World Health Organization, 2010) Perilaku Merokok Perilaku/kebiasaan seseorang untuk menghisap rokok sehari-hari

Wawancara Kuesioner GN-SBQ

0 = Bukan Perokok 1 = Perokok (Glover et al, 2005) Kategorik Nominal Perilaku mengonsumsi alkohol Perilaku/kebiasaan mengonsumsi minuman alkohol baik bermerk seperti bir, whiskey, vodka, anggur/ wine, dll maupun minuman tradisional seperti tuak, poteng.

Wawancara Kuesioner

Alcohol Use Disorders Identification Test

0 = Bukan Pengonsumsi Alkohol

1 = Pengonsumsi Alkohol

(Babor et al, 2001) Kategorik Nominal Variabel Terikat Kontrol Tekanan Darah

Tekanan darah pasien hipertensi sesuai target yang direkomendasikan oleh JNC VIII selama 3 bulan berturut-turut.

Observasi Rekam Medis

0 = Tidak Terkontrol 1 = Terkontrol

Kategorik Nominal


(58)

38

38 3.6. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data mengenai kepesertaan PROLANIS adalah lembar identitas yang yang tersedia dalam formulir kuesioner, status gizi diukur menggunakan timbangan injak ketelitian 0.1 kg terkalibrasi dan meteran sepanjang 2 m ketelitian 0.1 cm terkalibrasi, serta data kontrol tekanan darah dilihat melalui rekam medis.

3.6.1.Morisky Medication Adherence Scale (MMAS)

Kepatuhan minum obat diukur menggunakan kuesioner baku Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) yang terdiri dari 8 pertanyaan yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa indonesia. Penentuan jawaban kuesioner menggunakan skala Guttman, yaitu jawaban responden hanya terbatas pada dua jawaban, ya atau tidak. Variabel kepatuhan mengadopsi dari interpretasi kuesioner asli oleh Morisky, dimana kategori penilaian dibagi menjadi 2 cut of point, yaitu patuh dan tidak patuh (Morisky et al, 2009)

3.6.2.Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) merupakan instrumen untuk mengukur aktivitas fisik yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) untuk kepentingan pengawasan aktivitas fisik di negara berkembang. GPAQ terdiri dari 16 pertanyaan yang mengumpulkan data dari partisipasi dalam aktivitas fisik pada tiga ranah yaitu aktivitas fisik saat bekerja, aktivitas perjalanan dari tempat ke tempat, dan aktivitas yang bersifat rekreasi atau waktu luang. GPAQ


(59)

mengukur aktivitas fisik dengan mengklasifikasikan berdasarkan

Metabolic Equivalent (MET) (World Health Organization, 2010).

MET adalah rasio laju metabolisme saat kerja dengan laju metabolisme saat istirahat yang digambarkan dengan satuan kkal/kg/jam. Satu MET didefinisikan sebagai energi yang dikeluarkan saat duduk tenang. Perbandingan aktivitas dalam kategori sedang yaitu 4 kali lebih besar dibandingkan dengan aktivitas duduk tenang, sehingga perhitungan pada aktivitas kategori sedang dikalikan 4 MET. Aktivitas dalam kategori berat mempunyai perbandingan 8 kali lebih besar dari duduk tenang, sehingga perhitungan pada aktivitas dalam kategori berat dikalikan 8 MET (Singh & Purohit, 2011).

GPAQ telah tervalidasi untuk mengukur aktivitas fisik pada rentang usia 16-84 tahun dengan nilai reliabilitas kuat (Kappa 0,67 sampai 0,73) dan hasil validitasnya baik (α=0.65). Hasil ini menunjukkan bahwa GPAQ adalah instrumen yang sesuai dan dapat diterima untuk memantau aktivitas fisik dalam sistem surveilans kesehatan penduduk (Bull et al, 2009).

Dalam perbaikan kualitas data yang diperoleh, GPAQ telah mengalami pengembangan dengan adanya GPAQ versi 2. Rumus yang digunakan untuk menghitung total volume aktivitas fisik dalam satuan MET-menit/minggu adalah [(P2 x P3 x 8) + (P5 x P6 x 4) + (P8 x P9 x 4) + (P11 x P12 x 8) + (P14 x P15 x 4)]. Menurut analysis guide yang


(60)

40

40 terlampir pada GPAQ versi 2 WHO (2010), tingkat dari total aktivitas fisik akan dikategorikan menjadi tiga kategori sebagai berikut:

a. Tinggi

1) Melakukan aktivitas berat minimal 3 hari dengan intensitas minimal 1500 MET-menit/minggu, atau atau

2) Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan dalam 7 hari dengan intensitas minimal 3000 MET-menit/minggu b. Sedang

1) Intensitas aktivitas kuat minimal 20 menit/hari selama 3 hari atau lebih, atau

2) Melakukan aktivitas sedang selama 5 hari atau lebih atau berjalan minimal 30 menit/hari, atau

3) Melakukan kombinasi aktivitas fisik berat, sedang, dan berjalan dalam 5 hari atau lebih dengan intensitas minimal 600 MET-menit/minggu

c. Rendah

1) Tidak memenuhi kriteria aktivitas tinggi atau aktivitas sedang.

3.6.3.Glover Nilsson-Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ) Perilaku merokok diukur dengan menggunakan Glover Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire (GN-SBQ) untuk melihat kegiatan atau aktivitas merokok yang dimulai dari membakar, menghisap sampai menghembuskannya keluar sehingga menimbulkan asap rokok yang diukur melalui persepsi dan aktivitas responden terhadap merokok. Kuesioner ini bersifat unidimensional yang terdiri dari dua kategori.


(61)

Kategori pertama terdiri dari dua pertanyaan yang mencerminkan sikap merokok individu. Kemudian kategori kedua terdiri dari sembilan pertanyaan yang mencerminkan seberapa sering responden berperilaku untuk merokok. Total pertanyaan dalam kuesioner ini adalah 11 pertanyaan. Dalam pengisian kuesioner ini menggunakan skala Likert

dengan rentangan empat poin, yaitu mulai dari satu (sangat tidak setuju-sangat jarang) sampai empat (setuju-sangat setuju-setuju-sangat sering) (Glover et al, 2005). Validitasnya diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Hasil validitas dari GN-SBQ sangat baik (α = 0,8). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengukur dengan menggunakan GN-SBQ memiliki konsistensi internal yang memadai (Rath et al, 2013).

3.6.4.Alcohol Use Disorder Identification Test (AUDIT)

AUDIT merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai perilaku konsumsi alkohol dan masalah kesehatan terkait konsumsi alkohol. AUDIT dikembangkan oleh WHO dan terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari dua versi, yakni versi wawancara dan self-report. AUDIT telah divalidasi untuk kedua jenis kelamin dan dalam berbagai kelompok ras/etnis. Sehingga AUDIT cocok untuk digunakan dalam fasilitas pelayanan kesehatan primer (Babor et al, 2001).

3.7. Prosedur dan Cara Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pasien hipertensi yang sebelumnya sudah pernah berkunjung dan terdiagnosis hipertensi di Puskesmas Kedaton. Pengambilan data pada responden dilakukan dengan mengukur berat badan


(62)

42

42 dan tinggi badan serta menanyakan kepatuhan minum obat antihipertensi, aktivitas fisik, perilaku mengonsumsi alkohol, dan perilaku merokok secara langsung. Data tentang identitas, hasil pemeriksaan tekanan darah dan obat antihipertensi yang dikonsumsi diambil melalui rekam medis pasien.

Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti meminta izin kepada pasien hipertensi apakah mereka bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Setelah pasien hipertensi bersedia, peneliti mengisi identitas dan melanjutkan dengan mengajukan pertanyaan terkait data-data pasien yang dibutuhkan dalam penelitian.


(63)

Gambar 5. Alur Penelitian

3.8. Analisis Data dan Pengolahan Data 3.8.1.Analisis Data

3.8.1.1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh

1. Tahap Persiapan

Membuat surat izin penelitian di Fakultas Kedokteran Unila untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kedaton, Bandar

Lampung

Mendapatkan izin penelitian di Puskesmas Kedaton, Bandar Lampung

2. Tahap Pelaksanaan

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan pengisian lembar informed consent kepada calon responden di Puskesmas

Kedaton, Bandar Lampung

Setelah pasien hipertensi bersedia menjadi responden dalam penelitian, maka dilakukan pengambilan data melalui

wawancara rekam medis pasien

3. Tahap Pengolahan Data

Melakukan input dan pengolahan data

Analisis dengan program komputer


(64)

44

44 gambaran setiap variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel yang diteliti baik variabel dependen maupun variabel independen.

3.8.1.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen kepesertaan PROLANIS, kepatuhan minum obat, status gizi, aktivitas fisik, perilaku merokok, dan perilaku mengonsumsi alkohol dengan variabel dependen kontrol tekanan darah pasien hipertensi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square untuk tabel 2x2 dan uji

Kruskal-Wallis untuk tabel BxK (Dahlan, 2014).

Kemaknaan perhitungan statistika digunakan batas 0,05 terhadap hipotesis. Jika p value≤0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika p value >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang diuji.

3.8.1.3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistic.


(65)

3.8.2.Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data, selanjutnya diteliti ulang dan diperiksa kesesuaian jawaban serta kelengkapannya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Editing Data

Editing adalah proses pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Pada proses ini dipastikan semua pertanyaan kuesioner sudah terjawab, jawaban relevan dengan pertanyaan, dan jawaban konsisten dengan jawaban pertanyaan lain.

2. Coding

Pemberian kode (mengubah data yang berbentuk huruf atau kalimat menjadi data angka) pada atribut lembar observasi penelitian memudahkan untuk dalam entri dan analisis data.

3. Data Entry atau Processing

Tahap ini dilakukan dengan memproses data agar dapat dianalisis dan dilakukan dengan cara mengentri data dari lembar observasi melalui program komputer.

4. Cleaning

Setelah semua data dimasukkan ke dalam program komputer, proses selanjutnya adalah pembersihan data (data cleaning) yaitu pengoreksian data sehingga tidak ada kesalahan kode atau ketidaklengkapan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Amartiwi HA 2012. Evaluasi tingkat kepatuhan penggunaan obat pada pasien hipertensi di instalasi rawat jalan. [tesis]. Surakarta: Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anggraini AD, Waren S, Situmorang E, Asputra H, Siahaan SS. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas bangkinang periode januari sampai juni 2008. [skripsi]. Pekanbaru: Universitas Riau.

Arif D, Rusnoto, Hartinah D. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di pusling desa kumplit upt puskesmas gribig kabupaten kudus. JIKK. 4(2):18–34.

Asti TI. 2006. Kepatuhan pasien: faktor penting dalam keberhasilan terapi. InfoPOM. 7(5):1–12.

Babor T, Higgins-Biddle JC, Saunders JB, Monteiro MG. 2001. The alcohol use disorders identification test: guidelines for use in primary care. World Health Organization:1–40.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2015a. Panduan praktis program rujuk balik bagi peserta jkn.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2015b. Panduan praktis prolanis (program pengelolaan penyakit kronis).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 2016. Peserta program jkn. Informasi Publik [diunduh 6 Jnauari 2017]. Tersedia dari: https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/jumlahPeserta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Data sensus [diunduh 6 Januari 2017]. Tersedia dari: http://lampung.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/217. Black JM, Hawks J. 2013. Medical surgical nursing : clinical management for

positive outcomes. Edisi ke-8. USA: Elsevier Saunders.

Bobrow K, Farmer AJ, Springer D, Shanyinde M, Yu LM, et al. 2016. Mobile phone text messages to support treatment adherence in adults with high blood pressure (star): a single-blind, randomized trial. Circulation, 133(6):592–600. Bowman TS, Gaziano JM, Buring JE, Sesso HD. 2007. A prospective study of cigarette smoking and risk of incident hypertension in women. J Am Coll cardiol. 50(21):2085–2092.


(2)

dewasa. Yrs. 2(2):101–107.

Bull FC, Maslin TS, Armstrong T. 2009. Global physical activity questionnaire (gpaq): nine country reliability and validity study. J Phys Act Health. 6(6):790–804.

Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-6. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Dalyoko DAP. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas mojosongo boyolali. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Damayanti F. 2014. Hubungan tingkat kepatuhan penggunaan obat terhadap keberhasilan terapi pada pasien hipertensi di rumah sakit x surakarta bulan mei-juni 2014. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dasgupta K, Quinn RR, Zarnke KB, Rabi DM, Ravani P, et al. 2014. The 2014

canadian hypertension education program recommendations for blood pressure measurement, diagnosis, assessment of risk, prevention, and treatment of hypertension. Can J Cardiol, 30(5):485–501.

Dewi M. 2014. Evaluasi pengaruh konseling farmasis terhadap kepatuhan dan hasil terapi pasien hipertensi anggota program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) pada dokter keluarga di kabupaten kendal. [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Dewi TK. 2013. Gambaran pengetahuan warga tentang hipertensi di rw 02 sukarasa kecamatan sukasari. [skripsi]. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Epri S. 2015. Hubungan status gizi dan asupan makan terhadap tekanan darah lansia

di uptd pelayanan sosial lanjut usia tresna werdha kecamatan natar kabupaten lampung selatan. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Evadewi PKR, Sukmayanti S. 2013. Kepatuhan mengonsumsi obat pasien hipertensi di denpasar ditinjau dari kepribadian tipe a dan tipe b. JPU. 1(1):32– 42.

Febrina A, Alfian R, Rachmawati. 2014. Hubungan kepatuhan minum obat dengan tekanan darah pada pasien hipertensi rawat jalan di poliklinik penyakit dalam rsud ulin banjarmasin. [skripsi]. Banjarmasin: Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin.

Glover ED, Nilsson F, Westin A, Glover PN, Laflin MT, Persson B. 2005. Developmental history of the glover-nilsson smoking behavioral questionnaire. Am J Health Behav. 29(5):443–455.

Hadiyah DN, Setiawan. 2006. Analisis survival faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan hidup penderita hipertensi dengan terapi tablet captopril. [skripsi]. Surabaya: Institut Negeri Sepuluh Nopember.

Hamzah PK. 2015. Hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi, kualitas tidur dengan tekanan darah pada penderita hipertensi esensial di kota salatiga tahun 2015. [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.


(3)

Harahap H, Widodo Y, Mulyati S. 2005. Penggunaan berbagai cut-off indeks massa tubuh sebagai indikator obesitas terkait penyakit degeneratif di indonesia. Gizi Indon. 31(1):1–12.

Hernandez-Vila E. 2015. A review of the jnc 8 blood pressure guideline. Tex Heart Inst J. 42(3):226–8.

Hikmaharidha I. 2011. Pengaruh senam tai chi terhadap tekanan darah wanita berusia 50 tahun ke atas. [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro. Hiroh A. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada

pasien rawat jalan di rsud kabupaten karanganyar. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Irza S. 2009. Analisis faktor risiko hipertensi pada masyarakat nagari bungo tanjung, sumatera barat. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Dennison-himmelfarb C, et al. 2013.

2014 evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults report from the panel members appointed to the eighth joint national committee (jnc 8). JAMA. 311(17):1809.

Jeanne B. 2016. Prevalensi konsumsi rokok pria usia 18 - 64 tahun dengan hipertensi di desa susut, kabupaten bangli bali tahun 2014. DOAJ. 6(1):16–22. Kaplan NM. 1985. Non-drug treatment of hypertension. Ann Intern Med.

102(3):359–373.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. Jakarta.

Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Robbins basic pathology. Edisi ke-8. New York: W. B. Saunders Company.

Leone A. 2012. How and why chemicals from tobacco smoke can induce a rise in blood pressure. World J Pharmacol. 1(1):10–20.

Leone A. 2015. Smoking and Hypertension. J Cardiol Curr Res. 2(2):1–7.

Lumempouw DO, Wungouw HIS, Polii H. 2016. Pengaruh senam prolanis terhadap penyandang hipertensi. Jurnal eBm. 4(1):1-14.

Lumoindong A, Umboh A, Masloman N. 2013. Hubungan obesitas dengan profil tekanan darah pada anak usia 10-12 tahun di kota manado 1. Jurnal e-Biomedik. 1(1):147–153.

Mahan L, Escott S, Stump S. 2004. Krause’s food nutrition and diet therapy. Edisi ke-11. Philadelphia: Saunders.

Mayasari NF, Rosalina, Irawati H. 2015. Hubungan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di kelurahan banyumanik kota semarang. Jurnal NWU. 35:1–8.

Mollaoglu M, Solmaz G. 2015. Adherence to therapy and quality of life in hypertensive patients. Acta Clinica Croatica. 54(4):438–444.


(4)

Morisky DE, Krousel-Wood M, Islam T, Webber LS, Re RN, Muntner P. 2009. New medication adherence scale versus pharmacy fill rates in seniors with hypertension. Am J Manag Care. 15(1):59–66.

Mustamin. 2010. Asupan natrium, status gizi dan tekanan darah usia lanjut di puskesmas bojo baru. MGP. 9(1):20–26.

Mutmainah N, Rahmawati M. 2010. Hubungan antara kepatuhan penggunaan obat dan keberhasilan terapi pada pasien hipertensi di rumah sakit daerah surakarta tahun 2010. Pharmacon. 11(2):51–56.

National Institute for Health Research & Development. 2013. Riset kesehatan dasar 2013.

Neunteufl T, Heher S, et al. 2002. Contribution of nicotine to acute endothelial dysfunction in long-term smokers. J Am Coll Cardiol. 39(2):251–256. Niska RW. 2011. Blood pressure measurements at emergency department visits by

adults: united states, 2007-2008. NCHS Data Brief. (72):1–8. Notoatmodjo S. 2010. Metodologi penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Novianingsih E, Kartini A. 2012. Hubungan antara beberapa indikator status gizi dengan tekanan darah pada remaja. JNC. 1(1):169–175.

Novitaningtyas T. 2014. Hubungan karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan makamhaji kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nuraini B. 2015. Risk factors of hypertension. Juke Unila. 4(5):10–19. Oemiati R. 2013. Riskesdas dalam angka provinsi lampung. Jakarta.

Palmer, WJ. 2007. Introduce to food service. Edisi ke-11. New Jersey: Prentice Hall.

Pandiangan CPP. 2016. Hubungan drug related problems (drps) kategori dosis obat anti hipertensi dengan kondisi tekanan darah di poliklinik rawat jalan penyakit dalam rsud jendral ahmad yani metro 2014. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Peltzer K. 2013. Hypertension and associated factors in older adults in south africa. Cardiovasc J Afr. 24(3):66–72.

Pertiwi VG. 2010. Pengaruh edukasi terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di rsup h. adam malik medan. [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Praddono J, Sari P, Hapsari D, Suriani O, Lubis A, et al. 2004. Survei kesehatan

nasional 2004 skrt sudut pandang masyarakat mengenai status, cakupan, ketanggapan, dan sistem pelayanan kesehatan. Jakarta.

Price SA, Wilson LM. 2002. Pathophysiology: clinical concepts of disease processes. Edisi ke-6. New York: Elsevier Science Health Science.


(5)

Primahuda A. 2016. Hubungan antara kepatuhan mengikuti program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) bpjs dengan stabilitas gula darah pada penderita diabetes melitus di puskesmas babat kabupaten lamongan. [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Puspita E. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalani pengobatan. [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Putri RA. 2012. Analisis efektivitas pemberian konseling dan pemasangan poster terhadap tingkat kepatuhan dan nilai tekanan darah pada pasien hipertensi di puskesmas bakti jaya kota depok. [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. Rath JM, Sharma E, Beck KH. 2013. Reliability and validity of the glover-nilsson

smoking behavioral questionnaire. Am J Health Behav. 37(3):310–317. Rismayanthi C. 2011. Penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi melalui

senam aerobik low impact. Medikora. 7(1):13–26.

Sari AN. 2014. Efektivitas pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) dalam penanganan diabetes melitus tipe 2 oleh dokter keluarga di kecamatan turi, kabupaten sleman. [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sari DP, Listya MT. 2016. Pengaruh keikutsertaan pasien pada program jaminan kesehatan terhadap keberhasilan kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. eJKI. 4(2):125–129.

Shaqina I. 2016. Hubungan keikutsertaan program jaminan kesehatan nasional (jkn) dengan kepatuhan berobat penderita diabetes melitus tipe 2 di puskesmas simpur bandar lampung. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung. Sherwood L. 2010. Human physiology from cells to systems. Edisi ke-7. Singapore:

Cengage Learning.

Sigarlaki H. 2006. Karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi di desa bocor, kecamatan bulus pesantren, kabupaten kebumen, jawa tengan, tahun 2006. Makara Kesehatan. 10(2):78–88.

Singh A, Purohit B. 2011. Evaluation of global physical activity questionnaire (gpaq) among healthy and obese health professionals in central india. Balt J Health Phys Act. 3(1):34–43.

Soenarta AA, Erwinanto, Mumpuni ASS, Barack R, Lukito AA, et al. 2015. Pedoman tatalaksana hipertensi pada penyakit kardiovaskular.

Stewart MW. 2010. Diabetic Retinopathy. Diabetic Retinopathy: Evidence-Based Management. 5(1):1–30.

Sudoyo AW. 2009. Hipertensi esensial. Dalam: M. Yogiantoro. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI: 610–614.

Tawbariyah L. 2014. Hubungan konsumsi rokok dengan perubahan tekanan darah pada masyarakat di pulau pasaran kelurahan kota karang kecamatan teluk


(6)

betung timur bandar lampung. [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tedjasukmana P. 2012. Tatalaksana hipertensi. CDK. 39(4):251–255.

Tyashapsari MWE, Zulkarnain AK. 2012. Penguunaan obat pada pasien hipertensi di instalasi rawat inap rumah sakit umum pusat dr. Kariadi semarang. Majalah Farmaseutik. 8(2):145–151.

Utami PAS, Sahar J, Widyastuti. 2013. Pengendalian faktor risiko hipertensi pada agregat lansia melalui kunjungan rumah. JKI. 16(1):11–17.

Wahyuni, Eksanoto D. 2013. Hubungan tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di kelurahan jagalan di wilayah kerja puskesmas pucang sawit surakarta. JIKI. 1(1):79–85.

Wasilin ZI, Pramantara ID. 2011. Pengaruh konseling farmasis terhadap pencapaian target terapi pada pasien hipertensi rawat jalan di rsud saras husada purworejo wasilin. JMPF. 1(4):211–215.

Wati MR, Mustofa, Puspitasari I. 2015. Pengaruh konseling apoteker komunitas terhadap pasien hipertensi. JMPF. 5(1):14–21. .

Weber MA, Schiffri E, White WB, Mann S, Lindholm LH, et al. 2010. A statement by the american society of hypertension and the international society of hypertension. J Clin Hypertens. 131(1):53–63.

Widyaningrum T. 2014. Hubungan asupan natrium, kalium, magnesium dan status gizi dengan tekanan darah pada lansia di kelurahan makamhaji kartasura. [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

World Health Organization. 2003. 2003 world health organization (who)/international society of hypertension (ish) statement on management of hypertension. J Hypertens. 21(11):1983–1992.

World Health Organization. 2003. Adherence to long-term therapies.

World Health Organization. 2010. Global physical activity questionnaire. Ncd. 380(9838):282–293.


Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERAJAT KECACATAN PASIEN MORBUS HANSEN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

1 4 67

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONTROL HIPERTENSI PADA LANSIA DI POS PELAYANAN TERPADU WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOJOSONGO BOYOLALI

1 4 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda Di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta.

0 4 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda Di Wilayah Puskesmas Sibela Surakarta.

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsud Kabupate N Karanganyar.

0 3 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsud Kabupate N Karanganyar.

0 2 19

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN VITAL EXHAUSTION PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER | Karya Tulis Ilmiah

0 0 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS I WANGON

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA PASIEN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS I WANGON

0 0 16