Deskripsi Cabai Merah Tinjauan Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Cabai Merah

Cabai Capsicum sp merupakan tanaman perdu dari terong-terongan Solanaceae, memiliki sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat asalnya, Amerika Setiadi, 2005. Ada beberapa jenis cabai yang dibudidayakan di Jawa. Cabai dapat dibedakan menurut bentuk buahnya, yaitu bentuk buah besar, keriting dan bentuk buah kecil. Nama lokal cabai-cabai tersebut adalah cabai besar cabai merah dan cabai hijau, cabai keriting dan cabai rawit. Cabai merah Capsicum annum merupakan tanaman setahun yang ditanam pada ketinggian kurang dari 200 m dari permukaan laut. Cabai merah mempunyai daun berwarna hijau tua, berbentuk bujur telur dan bunga soliter dengan daun bunga putih. Buah biasanya menggantung kadang-kadang tegak dan mempunyai rasa sedang sampai sangat pedas. Bentuk buah panjang dan lurus atau ramping. Warna buah hijau muda sampai hijau tua saat masih muda dan menjadi merah bila telah tua.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Cabai merah merupakan komoditas yang menarik, banyak faktor- faktor yang dapat diteliti dari komoditas ini. Berikut adalah rangkuman dari hasil- hasil penelitian terdahulu mengenai cabai merah. Penelitian yang dilakukan Muslikh 2000 menghasilkan bahwa sistem penentuan harga cabai rawit merah terdiri dari penentuan secara sepihak dan secara tawar- menawar antara dua pihak. Penentuan secara sepihak ini 10 adalah sistem penentuan harga yang sudah ditetapkan oleh pedagang. Sedangkan tawar-menawar dimaksudkan agar penentuan harga dapat ditentukan oleh kedua belah pihak yaitu pedagang dan pembeli. Dalam penentuan harga beli, pedagang pengumpul bertindak sebaga i penerima harga price taker sedangkan pedagang grosir betindak sebagai penentu harga price maker. Lebih khusus lagi Muslikh menyebutkan bahwa penentu harga di tingkat pedagang grosir Pasar Induk Kramat Jati PIKJ dilakukan bersama-sama dengan pedaga ng pengecer melalui proses tawar- menawar. Demikian pula halnya penentuan harga di tingkat pedagang pengecer merupakan hasil dari kekuatan permintaan dan penawaran pasar. Pembentukan harga di tingkat konsumen berbeda dengan pasar produsen, dimana penentua n harga di pasar produsen dikuasai sepenuhnya oleh pedagang grosir. Dalam menentukan harga beli dan harga jual, pedagang grosir melakukan pengamatan terhadap perkembangan harga berdasarkan atas permintaan cabai rawit merah. Hal ini memperlihatkan bahwa pencarian informasi pasar banyak dilakukan oleh para pedagang grosir. Dalam penelitiannya Muslikh hanya memfokuskan pada pembentukan harga cabai merah yang terjadi di PIKJ. Menurut Rozfaulina 2000 cabai merah merupakan komoditas pertanian yang bersifat inelastis untuk jangka pendek, sehingga peningkatan produksi yang melebihi permintaan pada waktu tertentu akan menjatuhkan harga yang cukup besar. Demikian pula sebaliknya, pasokan yang tidak dapat memenuhi permintaan akan meningkatkan harga cabai yang sangat drastis. Sehingga hasil penelitian Rozfaulina adalah perubahan harga cabai merah sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi. 11 Adrianto 2000 menyatakan bahwa perkembangan harga cabai merah yang cenderung fluktuatif lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan. Hal tersebut didasari oleh fenomena yang menunjukkan kecenderungan harga cabai merah selama ini yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada saat menjelang hari besar agama, terutama Idul Fitri. Sugiharta 2002 meneliti tentang pola fluktuasi harga cabai merah dan cabai merah keriting di PIKJ. Hasil yang didapat terlihat bahwa pola harga cabai mengikuti suatu trend yang menurun dan tidak mengikuti suatu pola musiman tertentu. Pola fluktuasi harga cabai merah yang tidak mengikuti pola musiman ini bertentangan dengan asumsi umum harga komoditas pertanian yang mengikuti pola musiman. Hal ini disebabkan karena faktor- faktor yang mempengaruhi pergerakan harga cabai merah di PIKJ sangat kompleks dan melibatkan spekulasi serta instinc para pedagang besar. Di lain pihak, trend menurun pada harga cabai merah sudah sesuai dengan adanya trend meningkat pada jumlah pasokan keseluruhan cabai di PIKJ. Hasil uji korelasi dan uji regresi dengan taraf nyata 5 persen menunjukan bahwa jumlah pasokan keseluruhan cabai mempengaruhi fluktuasi harga cabai merah tetapi belum dapat dikatakan berpengaruh secara sangat kuat. Metode peramalan yang paling sesuai untuk memperkirakan harga cabai merah di masa depan adalah metode time series. Dari 30 metode time series yang diuji, metode Box Jenkins merupakan metode yang paling sesuai untuk meramalkan kedua jenis cabai tersebut. Metode peramalan harga cabai merah di PIKJ, di mana metode ARIMA 2,1,2 paling sesuai untuk harga cabai merah besar dan metode ARIMA 1,1,1 paling sesuai untuk cabai merah keriting. Metode- metode lainnya yang 12 ramalannya cukup akurat adalah Pelicinan Eksponensial Tunggal dan metode Naive. Susanti 2006 melakukan penelitian dengan judul Peramalan Permintaan Cabai Merah Studi Kasus Pasar Ind uk Kramat Jati, DKI Jakarta. Peramalan ini dilakukan untuk melihat pola data permintaan cabai merah dan menentukan metode yang tepat untuk melakukan peramalan. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Susanti adalah pola data permintaan cabai merah mengalami fluktuasi yang besar dan terdapat data periode musiman. Dari hasil uji berbagai metode peramalan time series dan metode peramalan kausal, maka diperoleh bahwa metode peramalan yang dianggap paling akurat adalah metode peramalan time series ARIMA. Metode peramalan ARIMA dianggap paling akurat karena memiliki perhitungan kesalahan error yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan metode peramalan yang lainnya. Model peramalan ARIMA yang didapat adalah SARIMA 1,1,10,1,1 51 . Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada alat analisis yang digunakan dan komoditas yang menjadi bahan penelitian yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Alat analisis menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode time series dan metode kausal. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang terdahulu adalah data harga yang dijadikan sebagai data sekunder didapat dari enam kota besar yang sudah memiliki sistem pencatatan yang baik pada pasar induknya dan diasumsikan dapat mewakili harga cabai merah di Jawa dan Bali. Selain itu penelitian ini akan melihat faktor penentu harga yaitu penawaran. Penelitian ini juga akan melihat sebesar apa faktor- faktor penentu harga 13 tersebut mempengaruhi perubahan harga cabai merah besar maupun cabai merah keriting Penelitian ini juga ingin memperlihatkan implikasi dari hasil peramalan yang akan dilakukan. P e Q e

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN