Pengawasan Peti Telur Penerapan Disinfeksi

26 penyakit yang dibawanya, dan resistensi ayam ternak terhadap penyakit yang dibawa hewan-hewan liar tersebut. Namun, karena ketidakmungkinan setiap hewan yang masuk diperiksa satu per satu, lebih baik dicegah sedini mungkin agar hewan-hewan tersebut tidak memasuki wilayah peternakan Soeroso, komunikasi pribadi, 14 Juli 2007. Jadi sebisa mungkin meminimalisasi paparan mikroorganisme berbahaya dari kandang ayam tersebut Kuney 1999.

1.3 Pengawasan Peti Telur

Belum adanya peraturan tentang keluar-masuknya peti telur pada ketiga peternakan yang diamati menyebabkan peti telur yang berasal dari luar peternakan dapat kembali masuk ke area peternakan. Peti-peti telur ini tidak mendapatkan perlakuan disinfeksi terlebih dahulu ketika akan memasuki area peternakan. Peti- peti telur yang biasa dipakai di peternakan-peternakan ini terbuat dari kayu yang sulit untuk didisinfeksi dan juga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pada dasarnya, peti telur yang berasal dari luar peternakan tidak boleh dan sangat dilarang untuk masuk kembali ke dalam peternakan. Hal ini bertujuan untuk mencegah masuknya agen patogen yang berada di luar masuk ke dalam peternakan melalui peti telur. Peti telur yang telah berpindah berkali-kali dari satu peternakan ke peternakan lain tentu menjadi sumber agen patogen yang penting. Kayu sebagai bahan peti telur memudahkan mikroorganisme bersembunyi dan sulit dibersihkan dan didisinfeksi Gernat 2000. Seperti yang diketahui juga, mikroorganisme satu peternakan dengan peternakan lain beraneka ragam dan bermacam-macam jenis dan tingkat infeksinya. Apalagi probabilitas mikroorganisme tersebut bermutasi menghasilkan mikroorganisme yang lebih resisten terhadap disinfektan menjadi sangat besar Gernat 2000. Hal tersebut menjadikan penularan dengan cara seperti ini menjadi bahaya yang terbesar the greatest risk. Peti telur sebaiknya terbuat dari bahan plastik egg tray karena mudah untuk dibersihkan dan didisinfeksi. Dalam penerapan biosekuriti di peternakan, semua bahanbenda yang memungkinkan membawa masuknya agen patogen harus dikendalikan Soeroso, komunikasi pribadi, 14 Juli 2007. 27

1.4 Penerapan Disinfeksi

Dari ketiga peternakan yang diamati, hanya peternakan A yang melakukan penerapan prosedur disinfeksi pada kendaraan dan pengunjung yang masuk ke dalam area peternakan. Peternakan A memiliki kolam dipping untuk kaki dan kendaraan, serta tempat spraying untuk orang dan juga kendaraan. Bahan aktif yang digunakan adalah benzalkonium klorida. Pada peternakan B dan C tidak terdapat kolam dipping dan tempat spraying. Hal ini disebabkan karena belum adanya aturan biosekuriti yang ketat. Setiap peternakan hendaknya memiliki kolam dipping untuk kendaraan dan orang, serta tempat spraying untuk kendaraan, orang, dan peralatan pada pintu masuk area peternakan. Bahan aktif yang digunakan bersifat tidak iritan terhadap kulit, tidak beracun, dan ampuh dalam membasmi mikroorganisme Stanton 2004. Semua peralatan yang berasal dari luar peternakan hendaknya diisolasikan terlebih dahulu dalam ruangan yang tertutup sempurna selama dua hari. Dalam ruangan ini, benda-benda tersebut difumigasi menggunakan formalin dan KMnO 4 sebelum dapat masuk ke dalam area peternakan. Setelah dilakukan fumigasi, kemudian diuji terhadap kontaminan oleh seorang staf ahli EF 2003. Selanjutnya menurut Soeroso komunikasi pribadi, 14 Juli 2007 tindakan yang paling baik adalah dengan membawa truk barang milik peternakan yang telah didisinfeksi sebelumnya. Penggunaan disinfektan tidak boleh hanya menggunakan satu bahan aktif yang sama terus menerus. Penggunaan disinfektan yang sama secara terus- menerus dapat menimbulkan resistensi mikroorganisme penyakit terhadap disinfektan tersebut. Perubahan secara periodik penggunaan disinfektan sesuai kebutuhan mencegah resistennya mikroorganisme tersebut.

1.5 Penanganan Ayam Sakit dan Mati