Sumber Ayam Penanganan BurungUnggas Liar, Tikus, dan Insekta

HASIL DAN PEMBAHASAN Biosekuriti, higiene, dan sanitasi merupakan hal-hal yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Biosekuriti tidak bisa berjalan dengan baik tanpa ditunjang sanitasi dan higiene yang baik, begitu pula sebaliknya. Dari hasil observasi peternakan petelur, diketahui hal yang paling penting adalah menjaga agar jangan sampai ada agen-agen penyakit yang masuk dari luar ke dalam wilayah peternakan. Jikapun harus sampai masuk, agen-agen penyakit yang seharusnya tidak ada ini harus dicegah agar tidak menyebar sehingga tidak membahayakan bagi populasi ayam tersebut Shulaw dan Bowman 2001. Biosekuriti dapat diibaratkan sebagai suatu lingkaran rantai. Jika ada bagian rantai yang lepasrusak, maka rantai akan terputus sehingga tidak berguna lagi sebagai rantai Gernat 2000. Jadi yang ditekankan pada peternakan adalah bagaimana mencegah penyakit yang sifatnya eksotis dan endemis masuk ke dalam area peternakan Shulaw dan Bowmn 2001. Penyakit-penyakit pada ayam mudah sekali masuk ke dalam lingkungan dalam peternakan, menginfeksi, dan menyebabkan penyakit, yang tergantung dari resistensi dari mikroorganisme itu sendiri, seperti temperatur, kelembaban, dan sinar matahari. Organisme ini juga bisa masuk melewati hewan-hewan lain, misalnya rodensia, burung-burung, dan golongan insekta.

1. Aspek Biosekuriti

1.1 Sumber Ayam

Ayam yang masuk ketiga peternakan yang diobservasi tidak pernah dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan SKKH dan surat jaminan day old chick DOC atau ayam yang baru masuk bebas dari penyakit. Selama ini SKKH pada peternakan ayam komersial memang jarang diterapkan. Peternak hanya diinformasikan bahwa DOC telah diberikan vaksin untuk beberapa macam penyakit salah satunya antara lain Salmonellosis. Namun menurut pengalaman para peternak, tidak jarang DOC atau ayam baru masuk mati dan setelah didiagnosa ternyata terkena Salmonellosis. 24 Setiap ayam yang masuk ke area peternakan hendaknya dilengkapi dengan SKKH yang dikeluarkan oleh Dinas yang membawahi bidang kesehatan hewan Anonymous 1977. Surat ini harus dimiliki oleh pembibit ayam. Menurut Shulaw dan Bowman 2001 setiap hewanbenda yang masuk ke dalam area peternakan harus diisolasikan terlebih dahulu. Isolasi ini harus dilakukan di area tertutup sempurna dari luar. Shulaw dan Bowman 2001 dan Jeffrey 1997 mengatakan meskipun penyakit infeksius bisa terjadi dalam peternakan dengan berbagai cara, membawa hewan baru atau hewan yang diduga berhubungan dengan, atau terpapar dengan hewan lain diluar peternakan biasanya menjadi resiko yang paling besar the greatest risks. Oleh karena itu, periksa surat-surat keterangan status ayam dan segera tolak jika bukan berasal dari sumber yang telah terbukti surat-suratnya atau juga ayam yang menunjukkan gejala klinis penyakit Grimes 2001.

1.2 Penanganan BurungUnggas Liar, Tikus, dan Insekta

Ketiga peternakan yang diamati melakukan usaha-usaha mengendalikan tikus dan insekta. Pengendalian tikus dilakukan dengan menggunakan racun tikus yang diletakkan di tempat tertentu Peternakan A atau memberi upah kepada pegawai kandang untuk membunuh tikus-tikus yang berkeliaran di sekitar dengan kayu atau bambu Peternakan B dan C. Untuk penanggulangan insekta, digunakan insektisida pada periode tertentu. Ketiga peternakan tidak melaksanakan pengendalian terhadap burung atau unggas liar. Pada dasarnya tikus sangat sulit diberantas. Ini disebabkan ukuran tubuh tikus yang kecil dan tikus sangat aktif dalam pergerakannya. Ditunjang lagi habitat tikus di tempat yang gelap. Menurut Soeroso komunikasi pribadi, 14 Juli 2007, pengendalian tikus yang efektif adalah dengan memberi racun tikus yang diletakkan di tempat-tempat khusus yang diawasi atau memasang perangkap tikus dari bambu yang di dalamnya diberi racun tikus. Tikus sebagai reservoir alami Salmonella sp. khususnya Salmonella pullorum. Salmonella pullorum dapat menimbulkan sampai dengan 100 tingkat mortalitas pada ayam layer sehingga biosekuriti, 25 higiene sanitasi perlu mengambil penting dalam penanganan hal ini karena selain berbahaya bagi ayam ternak, ternyata mampu menimbulkan penyakit zoonosis. Penanganan hama insekta dilakukan secara rutin, tidak hanya pada musim hama saja. Penyemprotan dengan bahan aktif pembasmi hama sangat efektif dilakukan, asal bahan aktif tersebut jangan sampai mengenai ayam-ayam atau tidak berbahaya bagi ayam-ayam tersebut. Untuk mengendalikan burung atau unggas liar, perlu dilakukan kerjasama dengan penduduk sekitar peternakan dengan cara menukar burung atau ayam peliharaan penduduk dengan ternak lain seperti kambing atau domba. Merunut pada keadaan populasi penduduk di Indonesia yang padat, sangat cocok bagi burungunggas liar berada di sekitar area peternakan. Ini dikarenakan di daerah peternakan tersedia pakan. Burungunggas liar ini sangat menyukai daerah yang mencukupi kebutuhan untuk bertahan hidup. Populasi penduduk yang padat di sekitar wilayah peternakan juga menyebabkan adanya unggas burung yang dipelihara dan biasanya dilepas begitu saja. Menurut Soeroso komunikasi pribadi, 14 Juli 2007, berdasarkan pemeriksaan selama tahun 2006 diketahui bahwa seluruh ayam liar ayam kampungburung liar di daerah sekitar breeding farm tempat Beliau bekerja, positif terkena Salmonellosis. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemilik ataupun pekerja peternakan EF 2003, yaitu: 1. Tidak diperbolehkan mempunyaimerawat unggas lain, babi, dan juga segala hewan yang bisa menimbulkan risiko penyakit atau bahaya terhadap ayam. 2. Melakukan pencegahan khusus setelah kontak dengan hewan lain sebelum masuk atau kontak dengan unggas. Dalam sistem hazard analysis critical point HACCP, salah satu titik kendali kritis atau critical control point CCP disebutkan bahwa harus ada pemantauan harian terhadap burung liar dan rodensia di sekitar area kandang ayam. Dalam program dan prosedur biosekuriti dilakukan pemisahan dari unggas terhadap jenis unggas lain, spesies bukan unggas, termasuk burung liar, rodensia, dan hewan-hewan lainnya Grimes 2001. Pada dasarnya tidak semua yang disebutkan tadi berbahaya karena juga tergantung spesies hewan tersebut, 26 penyakit yang dibawanya, dan resistensi ayam ternak terhadap penyakit yang dibawa hewan-hewan liar tersebut. Namun, karena ketidakmungkinan setiap hewan yang masuk diperiksa satu per satu, lebih baik dicegah sedini mungkin agar hewan-hewan tersebut tidak memasuki wilayah peternakan Soeroso, komunikasi pribadi, 14 Juli 2007. Jadi sebisa mungkin meminimalisasi paparan mikroorganisme berbahaya dari kandang ayam tersebut Kuney 1999.

1.3 Pengawasan Peti Telur