Kultur, Kebiasaan dan Tata Kerja Sekolah Mandiri Ciri Sekolah Mandiri

18 pendidikan pada setiap satuan pendidikan. Jika satuan-satuan pendidikan sudah mencapai Tahap Transisional selanjutnya dapat dinaikan kelasnya ke tahap perkembangan berikutnya yaitu Tahap Otonom Meaning. Tahap Otonomi yaitu satuan-satuan pendidikan yang sudah mencapai tahap perkembangan ini dapat dikatagorikan sebagai tahap penyelesaian capacity building menuju profesionalisasi satuan pendidikan menuju pelayanan pendidikan yang bermutu. Jika sudah mencapai Tahap Otonom, setiap satuan pendidikan sudah mampu memberikan pelayanan di atas SPM sekolah yaitu Standar Kompetensi Minimum dan akan bertanggung jawab terhadap klien serta stakeholder pendidikan lainnya.

1. Kultur, Kebiasaan dan Tata Kerja Sekolah Mandiri

Sekolah mandiri tidak berarti bahwa lembaga tersebut dapat berjalan tanpa kendali, tetapi mandiri dalam konteks sistem pendidikan nasional. Sekolah memiliki kemandirian dalam melaksanakan rekayasa untuk menjabarkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara nasional, dengan tidak meninggalkan latar belakang dan karakteristik budaya setempat. Untuk mewujudkan hal tersebut, sekolah mandiri harus memiliki kultur, kebiasaan-kebiasaan dan cara kerja baru yang berbeda dengan kebiasaan dan tata cara kerja sekolah sebelum melakukan reformasi. Kultur, kebiasaan-kebiasaan dan tata cara kerja baru tersebut diharapkan akan mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah seperti kepala sekolah, guru, karyawan administrasi siswa dan para orang tua siswa. Kultur, kebiasaan dan tata kerja baru yang akan terwujud dari sekolah mandiri tersebut antara lain : a setiap sekolah memiliki visi dan misi, b sekolah memiliki program yang mendasarkan pada data kuantitas, c sekolah merupakan sistim organik, d sekolah memiliki kepemimpinan mandiri, e sekolah memiliki program pemberdayaan bagi seluruh komponen sekolah, f sekolah merupakan kegiatan pelayanan jasa dengan tujuan utama memberikan kepuasan maksimal bagi siswa, orang tua siswa dan masyarakat selaku konsumen dan g sekolah mengembangkan kepercayaan sebagai 19 landasan interaksi internal maupun eksternal seluruh warga sekolah Zamroni : 2003, 168.

2. Ciri Sekolah Mandiri

Sekolah mandiri tidak hanya diartikan dengan membentuk suatu lembaga di sekolah dengan wewenang tertentu seperti anggaran dan kurikulum yang secara bebas dapat ditentukan sendiri oleh lembaga tersebut, tetapi suatu sekolah dapat dikatakan mandiri apabila para pengelolanya sudah memahami tanggung jawab dan perannya dalam mengelola sekolah, serta mampu mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu sekolah. Teori transisional menekankan pada kemandirian individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi, ide-ide perencanaan di evaluasi secara hati-hati dan perlahan dikalangan personalia pendidikan, karena perencanaan sepenuhnya tergantung kebutuhan individu-individu pendidikan di sekolah. Sekolahlah yang paling tahu apa yang paling baik di sekolahnya menuju kemandirian sekolah. Sekolah mandiri seperti dikatakan oleh Indrajati Sidik 2001:6 sebagai berikut : sekolah mandiri pada dasarnya, sekolah yang mampu memberikan bekal pada anak didik dalam bertindak, belajar dan mengatur masa depannya sendiri secara aktif dan kreatif, merespon perubahan dan arus teknologi, terutama teknologi informasi. Disamping itu kelengkapan manajemen sekolah dan sarana prasarana sekolah idealnya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa. Peningkatan kualifikasi, kopetensi dan profesionalisme guru menjadi tujuan dari upaya kemandirian sekolah. Untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan maka sekolah mengadakan inservice training, inservice training tidak hanya pada wilayah prinsip-prinsip pendidikan, melainkan juga pada wilayah teknis pramatis, metode dan aktivitas pengajaran sehari-hari. Implementasi sekolah mandiri memerlukan suatu bentuk kesadaran baru dalam menjalankan roda organisasi sekolah. Kepala 20 sekolah beserta guru harus memiliki otonomi dan otoritas yang memadai, dan instruksi serta petunjuk dari kantor pendidikan harus dikurangi. Sejalan dengan itu, berbagai sumber daya perlu disebar luaskan sampai pada dimensi sekolah, seperti informasi prestasi siswa, kepuasan orang tua siswa dan masyarakat sekolah, sehingga sekolah memiliki pertimbangan yang jelas dalam menentukan kegiatan Zamroni, 2000 : 168.

3. Visi dan Misi