30
D. Kerangka Berpikir
Penelitian mengambil kerangka berfikir sebagai berikut : 1.
Pendapat guru terhadap kemandirian sekolah yang selama ini belum sepenuhnya ada pada sekolah, sebagai akibat besarnya kekuasaan birokrasi
pada tingkat satuan pendidikan. sehingga sejumlah kewenangan yang seharusnya ada ditingkat sekolah lebih banyak dikendalikan oleh birokrasi di
atasnya. Hal ini dapat kita lihat dalam penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah, perekrutan tenaga guru dan kepala sekolah, penetapan sistim
evaluasi melalui sistem ulangan umum bersama yang soalnya dibuat oleh rayon, kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh pusat, penetapan jumlah peserta
didik dimana kepala sekolah dan guru-guru yang seharusnya paling berperan sebagai pengambil keputusan dalam mengatasi berbagai persoalan sehari-hari
di sekolah menjadi pihak yang dikendalikan oleh kekuasaan. Kondisi ini akan menjadikan para kepala sekolah, guru dan seluruh stakeholders menjadi apatis
dan sangat bergantung pada juknis dan juklak atasan. 2.
Penyebaran pada guru SMA di Kabupaten Pemalang yang tidak merata sebagai akibat dari sistim perekrutan tenaga guru yang tidak dilaksanakan
sekolah terutama bagi SMA negeri, menyebabkan penempatan guru-guru yang secara akademik telah memenuhi syarat, namun penugasan mengajar
yang dilakukan kepala sekolah tidak pada mata pelajaran yang sesuai dengan jurusannya. Bahkan disejumlah SMA swasta dengan pertimbangan
pendanaan banyak dijumpai para guru yang ditugasi beberapa mata pelajaran yang tidak sesuai dengan jurusannya. Hal ini masih ditambah
dengan rendahnya pendapatan mereka juga menjadi salah satu sebab rendahnya motivasi kerja para guru di sekolah. Walaupun sebenarnya
mereka memiliki kualifikasi akademik yang memadai, karena umumnya mereka memiliki ijazah S1 kependidikan.
3. Pemahaman para guru tentang kinerja yang merupakan wujud ketrampilan
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi 1 penguasaan landasan pendidikan, 2 penguasaan bahan pelajaran, 3 menyusun
program pengajaran, 4 melaksanakan program pengajaran, 5
31
mengevaluasi, 6 melakukan program bimbingan, 7 melaksanakan administrasi sekolah dan 8 berinteraksi dengan teman sejawat serta
masyarakat. Hal ini menjadikan pelaksanaan kurang maksimal sebagai akibat dari kurangnya kemandirian sekolah dan motivasi kerja guru.
Jika guru dalam mempersepsikan kemandirian dan motivasi positif maka akan mampu menciptakan kinerja yang baik atau sebaliknya. Jika
persepsi guru negatif maka akan menghambat kinerjanya. Dengan demikian ada pengaruh yang positif antara kemandirian sekolah dan motivasi guru
terhadap kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Pemalang. Jika guru dalam mempersepsikan kemampuan kemandirian sekolah dan
motivasi guru positif, maka diharapkan mampu menciptakan kinerja guru yang baik. Jika persepsinya negatif maka akan menghambat kinerja guru. Dengan
demikian ada pengaruh yang positif antara kemandirian sekolah dan motivasi guru secara bersama-sama terhadap kinerja guru SMA Negeri Kabupaten Pemalang.
Dari uraian di atas dapat digambarkan bagan kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 1 : Pengaruh Kemandirian Sekolah dan Motivasi Guru
Terhadap Kinerja
Motivasi Kerja guru : -
Pemenuhan kebutuhan pribadi
- Pemahaman tentang metode
pengajaran -
Hasil belajar siswa
Kemandirian sekolah : -
Kemampuan manajemen sekolah dalam menjabarkan
peraturanperundangan di sekolah
- Pemahaman guru terhadap
visi, misi dan program sekolah
Kinerja : -
Kemampuan melaksanakan program pengajaran
- Kemampuan melaksanakan
hubungan dengan siswa -
Kemampuan melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa
32
E. Hipotesis Penelitian