Proses Hirarki Analitik TINJAUAN PUSTAKA

berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional www.telkom- indonesia.com, 2005. Manajemen Telkom Bogor menerapkan sertifikasi ISO 9001:2000 pada tahun 2000, dan sampai tahun 2006 telah menjalani audit sebanyak dua kali, hasil pengukuran performasi pelayanan oleh pihak yang independent dengan menggunakan kriteria Malcom Baldridge menunjukkan Customer Satisfaction Index CSI dan Customer Loyality Index CLI yang sangat baik. Telkom Bogor menyediakan berbagai media informasi yang diperlukan masyarakat mengenai produk dan jenis layanan yang diberikan, selalu berupaya untuk terus meningkatkan mutu pelayanan dengan melakukan berbagai terobosan dan penyelesaian penanganan masalah secara efektif dan efisien www.menpan.go.id, 2005.

2.5. Proses Hirarki Analitik

Pengamatan mendasar tentang sifat manusia, pemikiran analitik, dan pengukuran membawa pada pengembangan suatu model yang berguna untuk memecahkan persoalan secara kuantitatif. Proses hirarki analitik PHA merupakan suatu model yang luwes yang mampu memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan- gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Proses ini memungkinkan orang menguji kepekaan hasilnya terhadap perubahan informasi. PHA memasukkan pertimbangan secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk menyusun hirarki suatu masalah pada logika, intuisi, dan pengalaman untuk memberikan pertimbangan. Satu segi lain dari PHA adalah proses ini memberi suatu kerangka bagi partisipasi kelompok dalam pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan. Cara menangani realitas yang tak terstruktur adalah melalui partisipasi, tawar-menawar dan kompromi. Konseptualisasi setiap persoalan dengan PHA menuntut orang untuk menganggap gagasan, pertimbangan serta fakta yang diterima oleh orang lain sebagai aspek esensial dari masalah itu. Partisipasi kelompok dapat berkontribusi pada validitas hasil keseluruhan Ma’arif dan Tanjung, 2005. Menurut Saaty 1993, tahapan dari kerangka kerja PHA yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Fokus dari analisis ini adalah identifikasi permasalahan mutu perusahaan dan kinerja setiap bagian yang ada diperusahaan. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara wawancara kepada responden. Setelah ditentukan fokus analisis, selanjutnya ditentukan komponen-komponen dan pendefinisian masing-masing komponen. 2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Setelah komponen-komponen dari fokus analisis diketahui, lalu dilakukan pembuatan struktur hirarki. Hirarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Pembuatan hirarki bertujuan untuk mengetahui tingkatan-tingkatan analisis. Penyusunan hirarki ini terdiri dari beberapa tingkat, dengan seperangkat peubah, yaitu unsur manajemen mutu. Pada fokus identifikasi permasalahan tersusun beberapa tingkatan seperti tingkat 1 adalah fokus sasaran atau cita-cita utama, tingkat 2 adalah faktor atau kriteria masalah, tingkat 3 adalah aktor atau pelaku, tingkat 4 merupakan obyektif atau tujuan yang ingin dicapai yaitu sesuai dengan sasaran pada tingkat 1 adalah penyebab permasalahan dalam penerapan ISO 9001:2000 di Telkom Bogor dan tingkat 5 adalah skenario atau alternatif kegiatan atau tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan ISO 9001:2000 di Telkom Bogor. Contoh strukur hirarki dari identifikasi permasalahan mutu dapat dilihat pada Gambar 2. Tingkat 1 FokusUltimate Goal Tingkat 2 FaktorKriteria Masalah Tingkat 3 AktorPelaku Tingkat 4 Tujuan Penyebab Masalah Tingkat 5 Skenario Gambar 2. Struktur hirarki identifikasi permasalahan Saaty, 1993 3. Menyusun matriks gabungan. Identifikasi Masalah UG F1 F2 F3 F4 A1 A2 A3 A4 T2 T3 T1 T4 S1 S2 S3 S4 Matriks gabungan berpasangan adalah matriks yang membandingkan bobot unsur dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki atasnya. Matriks ini disusun sesuai dengan tujuan penelitian dan struktur hirarki analisa. Matriks ini dimulai dari puncak hirarki untuk fokus identifikasi permasalahan sebagai dasar untuk melakukan pembandingan berpasangan antar peubah yang terkait dengan di bawahnya. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3. Setelah matriks pembandingan berpasangan antar elemen dibuat, selanjutnya dilakukan pembandingan berpasangan antara setiap elemen pada kolom ke-i dengan setiap elemen pada baris ke-j, yang berhubungan dengan fokus identifikasi permasalahan. Pembandingan berpasangan antar elemen-elemen tersebut dilakukan dengan pertanyaan : “seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi, dipengaruhi, dipenuhi atau diuntungkan oleh fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom ke-j ?” jika elemen-elemen yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah : “seberapa lebih mungkin suatu elemen baris ke-i dibandingkan dengan elemen kolom ke-j, sehubungan dengan fokus ?”. Menurut Saaty 1993, Untuk mengisi matrik banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 2. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. Tabel 2. Nilai skala banding berpasangan Nilai Skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempengaruhi sama kuat pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari yang Pengalaman atau pertimbangan sedikit lainnya menyokong satu elemen atas lainnya 5 Elemen yang satu jelas lebih penting dibanding elemen lainnya Pengalaman atau pertimbangan dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek Lanjutan Tabel 2. Nilai Skala Definisi Penjelasan 7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dibanding elemen lainnya. Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya terlihat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak lebih penting dibanding elemen yang lainnya Sokongan elemen yang satu atas yang lainnya terbukti memiliki tingkat penegasan tertinggi 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara kedua pertimbangan diatas. Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan. Kebalikan nilai-nilai diatas Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka nilai-nilai kebalikan 12, 13, …, 19 digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A. Sumber : Saaty, 1993. 5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 - 9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat G dibandingkan dengan F2, sedangkan F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi identifikasi masalah dibandingkan F2, maka digunakan angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. 6. Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hirarki, berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks pembandingan dalam model PHA dibedakan menjadi : 1 Matriks pendapat individu MPI, 2 Matriks pendapat gabungan MPG. Matriks Pendapat Individu MPI adalah matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a ij , yaitu elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j Gambar 3. G A1 A2 A3 … A n A1 a 11 a 12 a 13 … a 1n A2 a 21 a 22 a 23 … a 2n A3 a 31 a 32 a 33 … a 3n … … … … … … A n a n1 a n2 a n3 … a mn Gambar 3. Matriks pendapat individu Saaty , 1993 Matriks Pendapat Gabungan MPG adalah susunan matriks baru yang elemennya g ij berasal dari rataan geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik Gambar 4. G G1 G2 G3 … G n G1 g 11 g 12 g 13 … g 1n G2 g 21 g 22 g 23 … g 2n G3 g 31 g 32 g 33 … g 3n … … … … … … G n g n1 g n2 g n3 … g mn Gambar 4. Matriks pendapat gabungan Saaty, 1993 Rataan geometrik dapat diperoleh dengan mengggunakan rumus berikut : G ij = m m k k aij ∏ =1 , dimana .......................................................... 1 g ij = elemen MPG baris ke-i, kolom ke-j a ij k = elemen baris ke-i, kolom ke-j dari MPI ke-k k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi persyaratan ∏ = m k k aij 1 = perkalian dari elemen k=1 sampai k=m 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu : 1 pengolahan horizontal dan 2 pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana MPI atau MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi. Pengolahan horizontal dapat dilakukan setelah MPI atau MPG yang akan diolah telah siap dan lengkap dengan elemennya. Pengolahan horizontal terdiri dari tiga bagian, yaitu 1 penentuan vektor eigen atau vektor prioritas, 2 uji konsistensi dan 3 revisi pendapat MPI atau MPG yang memiliki rasio inkonsitensi yang tinggi. Pengolahan vertikal dilakukan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Hasil akhir dari pengolahan vertikal ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat keputusan paling bawah terhadap sasaran utama. 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki. Langkah terakhir adalah mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indek konsistensi dengan prioritas utama kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, pada setiap indeks inkonsistensi acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hirarki harus bernilai kurang dari atau sama dengan 10.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.

Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian mengenai Kajian Penerapan ISO 9001:2000 pada PT. Telkom Bogor ini diawali dengan menganalisis penerapan prinsip-prinsip dasar ISO 9001:2000 pada PT. Telkom Bogor. Prinsip-prinsip dasar ini menjadi landasan dalam penyusunan klausul-klausul ISO 9001:2000 Gapersz, 2005. Analisis ini berkaitan dengan seluruh prinsip dari sertifikasi ISO 9001:2000. Analisis penerapan ISO 9001:2000 dilakukan dengan menggunakan wawancara dan pengamatan secara langsung, serta dokumentasi internal perusahaan. Hasil dari analisis ini akan menginformasikan bagaimana penerapan dasar-dasar ISO 9001:2000 pada PT. Telkom Bogor, yang selanjutnya dilakukan identifikasi masalah penerapan konsep ISO 9001:2000 tersebut. Identifikasi permasalahan dilakukan melalui analisis terhadap penerapan klausul-klausul ISO 9001:2000. Alat analisis yang digunakan dalam identifikasi kendala penerapan ISO 9001:2000 adalah PHA. Hasil analisis penerapan prinsip dasar ISO 9001:2000 yang diikuti dengan identifikasi permasalahan melalui pembobotan masalah penerapan klausul-klausul ISO 9001:2000 dapat digunakan untuk menilai penerapan ISO 9001:2000 di PT. Telkom Bogor. Berdasarkan hal tersebut, peneliti dapat mengajukan saran dan rekomendasi perbaikan yang mungkin dapat dilakukan oleh pihak perusahaan dalam rangka penerapan ISO 9001:2000