Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada setiap perlakuan dalam fitoremediasi yang menggunakan tanaman caisim mengalami penurunan kadar
minyak. Penurunan kadar minyak tertinggi dapat dilihat pada perlakuan 1A. Hal yang sama terjadi pada fitoremediasi dengan menggunakan tanaman bunga
matahari. Pada fitoremediasi yang menggunakan tanaman caisim penurunan kadar minyaknya sebesar 4,036 g100 g sedangkan pada bunga matahari adalah
sebesar 0,998 g100 g. Penurunan kandungan minyak pada bunga matahari yang cenderung lebih
kecil dibandingkan dengan penurunan minyak pada caisim kemungkinan besar adalah akibat semakin menipisnya keberadaan sumber nutrien seperti nitrogen,
fosfor dan kalium sebagai bahan makanan mikroorganisme pendegradasi. Hal ini terjadi karena media yang digunakan pada bunga matahari adalah media setelah
digunakan oleh caisim.
4.2.2.1 Pertumbuhan tanaman pada perlakuan K
Kandungan minyak pada perlakuan K mengalami penurunan dari 0,496 g100 g pada awal fitoremediasi menjadi 0,27 g100 g pada fitoremediasi
akhir. Tanaman bunga matahari dapat tumbuh karena kandungan minyak yang rendah di awal fitoremediasi. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 7, Gambar 8
serta Gambar 13. Pada perlakuan ini bunga matahari mengalami daya tumbuh yang paling bagus, karena semua biji yang ditanam tumbuh 100 dengan jumlah
daun dan tinggi tanaman yang paling baik diantara perlakuan lainnya.
Gambar 13 Pertumbuhan tanaman bunga matahari pada perlakuan K Pemberian kompos sebanyak 23 volume menambah indigenous bakteri.
Aktivitas mikroba dalam kompos mengkonversikan bahan-bahan organik yang
terdapat dalam lumpur minyak. Bahan organik yang telah terkompos dengan baik selain kaya akan nutrisi bagi tanaman tetapi juga berperan besar terhadap
perbaikan sifat-sifat tanah. Murbandono 1994 menjelaskan bahwa pada proses pengomposan terjadi perubahan protein melalui amida-amida dan asam amino
menjadi amoniak. Amoniak ini dapat mengalami tiga hal yaitu digunakan oleh mikroba untuk berkembang biak, sebagian hilang melalui penguapan dan sebagian
lagi diubah menjadi nitrat. Pemberian kapur secara in situ juga mempengaruhi lumpur minyak
sehingga lebih optimum untuk pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan proses pendegradasian minyak pada proses mikrobial
remediasi serta fitoremediasi oleh tanaman caisim dan bunga matahari. Menurut Hakim et al. 1986, ketersediaan unsur hara yang cukup dipengaruhi oleh pH.
Beberapa unsur hara tidak tersedia pada pH yang ekstrim, dan beberapa unsur lainnya berada pada tingkat toksik. Pada umumnya, proses mineralisasi dan
nitrifikasi berkaitan erat dengan kegiatan jasad mikro. Pada umumnya, bakteri dan aktinomisetes berfungsi lebih baik pada tanah
mineral ber-pH sedang hingga tinggi. Kegiatan mereka berkurang bila pH turun lebih rendah dari 5,5. Nitrifikasi dan fiksasi N berlangsung cepat pada tanah
mineral ber-pH lebih dari 5,5 Hakim et al. 1986. Ditinjau dari segala segi, tanah ber-pH antara 6 dan 7 merupakan tanah yang baik. Suasana biologi dan
penyediaan hara umumnya berada pada tingkat terbanyak pada kisaran pH tersebut.
4.2.2.2 Pertumbuhan tanaman pada perlakuan 1 A