Sikap Ilmiah Tinjauan Pustaka

Keterampilan proses sains menurut Harlen 1999 meliputi mengobservasi, menjelaskan, memprediksi, mengajukan pertanyaan, merencanakan dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains dalam silabus yang diterapkan di Malaysia meliputi mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan angka, menghubungkan waktu dan ruang, menginferensi, memprediksi, mengkomunikasikan, mengendalikan variabel, menginterpretasikan data, memberikan definisi secara oprasional, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan eksperimen Mohd 2004. Keterampilan proses sains menurut Wilke 2005 secara umum meliputi, mengamati observasi, mengklasifikasikan, membuat pola design, menggambar, menulis, mengukur, memprediksi, berpendapat, membuat kesimpulan, menganalisis, menerapkan, membuat ringkasan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, mengumpulkan data dan memecahkan masalah. Dasar keterampilan proses sains menurut Monhardt 2006 meliputi mengamati observasi, mengkomunikasi, berpendapat, mengklasifikasikan, mengukur dan memprediksi. Proses- proses sains telah diidentifikasi oleh “The American Association for The Advancement of Science ” AAAS dalam Hartinawati 2009”, yaitu ada 15 keterampilan proses yang meliputi: mengobservasi, menggunakan ruang atau waktu, mengklasifikasi, mengelompokkan dan mengorganisasi, menggunakan bilangan, mengkuantifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksikan, mengendalikan dan mengidentifikasikan variabel, menginterpretasikan data, merumuskan hipotesis, memberikan definisi secara operasional, melaksanakan eksperimen.

4. Sikap Ilmiah

Sikap mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar siswa karena sikap membantu siswa dalam merasakan dan memberikan pedoman kepada perilaku yang dapat membantu dalam menjelaskan dunianya. Sikap menurut pendapat Karhami 2005 merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak tendency to behave. Wilayah sikap mencakup juga wilayah kognitif, dimana anak dapat membatasi atau mempermudah untuk menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan yang dikuasainya White 1988. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kondisi internal seseorang yang berpengaruh dalam melakukan perbuatan atau tindakan dengan adanya perubahan tingkah laku. Kata ilmiah memiliki arti “berisikan ilmu, secara ilmu pengetahuan, mememuhi syarat hukum ilmu pengetahuan” Poerwadarminto 2002. Sikap ilmiah menurut Mulyono yang dikutip oleh Suyitno 1997 adalah perbuatan yang berdasarkan pada pendirian pendapat keyakinan. Sikap ilmiah diartikan suatu kecenderungan, kesiapan dan kesediaan seseorang untuk memberikan respon, tanggapan atau tingkah laku secara ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat hukum ilmu pengetahuan yang telah diakui integritas kebenarannya. Sikap ilmiah yang muncul dari individu disebabkan adanya rangsangan berupa suatu objek. Komponen-komponen sikap ilmiah menurut Roosmini 1989, meliputi: 1 mencintai kebenaran yang objektif dan bersikap adil, 2 menyadari kebenaran ilmu tidak absolute, 3 tidak percaya pada takhayul atau astrologi, 4 ingin tahu lebih banyak, 5 tidak berpikir secara prasangka, 6 tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti, serta 7 optimisme, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan ilmiahnya benar. Sikap imiah dapat didefinisikan sebagai sikap yang dimiliki seorang ilmuwan untuk mempelajari gejala-gejala alam melalui observasi, eksperimentasi dan analisis yang rasional dengan menggunakan sikap-sikap tertentu Scientific attitudes. Ciri-ciri sikap ilmiah menurut Jasin 1989, antara lain. a Jujur; melaporkan hasil pengamatan atau penelitian secara objektif. b Terbuka; mempunyai pandangan luas, terbuka dan bebas dari praduga, tidak akan meremehkan suatu gagasan baru, menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum menerima atau menolaknya dan terbuka akan pendapat orang lain. c Toleran; tidak merasa paling hebat, mengakui bahwa orang lain mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih luas, bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain serta tidak memaksakan suatu pendapat kepada orang lain. d Kritis; mencari kebenaran akan bersikap hati-hati dan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. e Optimis; kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi serta selalu berpengharapan baik. f Pemberani; mencari kebenaran harus berani melawan semua kesalahan, penipuan dan keragu-raguan yang akan menghambat kemajuan. g Kreatif; selalu kreatif agar terlihat lebih menarik. Seorang yang kreatif adalah seseorang yang mampu mengumpulkan data, berimajinasi dalam aksinya juga membuat evaluasi. Sikap ilmiah yang cenderung dikembangkan di berbagai sekolah menurut Karhami 2005, adalah. a Curiosity sikap ingin tahu; sikap ini ditandai dengan tingginya minat siswa untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru dan sering diawali dengan pengajuan pertanyaan. b Flekxibility sikap luwes; sikap anak dalam memahami konsep baru, pengalaman baru, sesuai dengan kemampuannya tanpa ada kesulitan yang berlangsung secara bertahap. c Critical reflektion sikap kritis; kebiasaan anak untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang sudah dilakukan. d Sikap jujur; kejujuran siswa kepada diri sendiri dan orang lain dalam menyelesaikan atau mencoba pengalaman yang baru. Sikap ilmiah harus dikembangkan oleh siswa maupun guru dalam proses pembelajaran agar terbentuk karakter yang dapat meningkatkan pengetahuan dalam menghadapi masalah-masalah di masyarakat. Siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berfikir sehingga termotivasi dan memiliki komitmen kuat untuk selalu berprestasi.

B. Hipotesis