BAB VI PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN
RUMAH SINGGAH
Rumah  singgah  merupakan  lembaga  yang  memfasilitasi  anak  jalanan untuk  dapat  berhubungan  dengan  keluarganya  atau  pihak-pihak  yang  dapat
memberikan manfaat bagi diri mereka. Selain itu rumah singgah berperan sebagai lembaga  pelayanan  sosial  yang  memberikan  proses  pembinaan  yang  bersifat
kekeluargaaan  kepada  anak  jalanan  mengenai  nilai  dan  norma  yang  berlaku  di masyarakat.  Departemen  Sosial  RI  merumuskan  delapan  fungsi  rumah  singgah,
yaitu:  sebagai  tempat  pertemuan  meeting  point  pekerja  sosial  dengan  anak jalanan,  pusat  asesmen  dan  rujukan,  fasilitator,  perlindungan,  pusat  informasi,
kuratif-rehabilitatif, akses terhadap pelayanan dan resosialisasi. Fungsi  rumah  singgah  sebaiknya  dilaksanakan  secara  efektif  agar  tujuan
rumah singgah dapat tercapai, yakni membantu anak jalanan mengatasi masalah- masalahnya  dan  menemukan  alternatif  untuk  pemenuhan  kebutuhan  hidupnya.
Penelitian  ini  mengungkapkan  bagaimana  penilaian  anak  jalanan  terhadap pelayanan  rumah  singgah.  Penilaian  tersebut  didasarkan  pada  kepuasan  yang
dirasakan  oleh  anak  jalanan  dalan  setiap  pelayanan  yang  mereka  terima.  Kotler sebagaimana dikutip Rangkuti 2008 menjelaskan bahwa kepuasan adalah “… a
person’s  feeling  of  pleasure  or  disappointment  resulting  from  the  comparing  a product’s  received  performance  or  outcome  in  relations  to  the  persons’s
expectation”.  Kepuasan  merupakan  perasaan  senang  atau  kekecewa  seseorang
sebagai  hasil  dari  perbandingan  antara  prestasi  atau  produk  yang  dirasakan  dan yang diharapkan.
6.1 Tempat Pertemuan Meeting Point
Rumah  singgah  merupakan  tempat  bertemu  antara  pekerja  sosial  dengan anak  jalanan  untuk  menciptakan  persahabatan  dan  kegiatan.  Rumah  singgah
seharusnya  memiliki  bangunan  yang permanen dan  layak  sehingga  memudahkan anak jalanan untuk tinggal dan melaksanakan kegiatan yang terkait dengan proses
pembelajaran.  Tidak  hanya  anak  jalanan  yang  tinggal  di  rumah  singgah  namun
pembina pun ikut tinggal di rumah singgah. Proses tatap muka yang terjadi setiap hari antara pembina dan anak  binaan  membuat hubungan  mereka  menjadi dekat.
Hubungan  dekat  yang  terjalin  antara  pembina  dan  anak  binaan  memudahkan pembina dalam mendidik anak jalanan.
Berdasarkan gambar di atas, terdapat  43  persen responden  yang puas dan tujuh  persen  responden  yang  merasa  sangat  puas  dengan  fungsi  rumah  singgah
sebagai  tempat  pertemuan.  Artinya  sebagian  dari  responden  memiliki  penilaian yang  positif  terhadap  fungsi  rumah  singgah  tersebut.  Mereka  melaksanakan
berbagai  kegiatan  bersama  pembina  di  RSBAP,  seperti  sholat  berjamaah,  curhat bersama, pengajian, kerja bakti, pelatihan keterampilan dan kegiatan lainnya.
“…  iya  kak  di  sini  kalo  ada  kegiatan  pasti  bareng  sama  kakak pembina.  Kalo  solat  berjamaan,  imamnya  kakak  pembina.  Terus
klo lagi belajat juga yang ngajar kakak pembina. ” JNR 18 tahun.
Terdapat 47 responden yang merasa tidak puas dan tiga persen responden merasa sangat tidak puas dengan fungsi rumah singgah sebagai tempat pertemuan.
Beberapa  responden  menyatakan  bahwa  setiap  hari  mereka  melakukan  interaksi tatap  muka  dengan  para  pembina,  namun  hanya  beberapa  pembina  yang  dekat
dengan  mereka.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  mereka  merasa tidak puas dalam hal menjalin hubungan dekat dengan para pembina.
“Kita  deket  sama  pembina  di  sini  kak,  tapi  ga  semuanya.  Ada pembina yang cuek aja sama kita, sikapnya beda-beda sama anak-
anak, jadi saya suka ngerasa nggak adil ” ADS, 20 tahun.
3
47 43
7
Gambar 7. Penilaian Anak Jalanan Terhadap Fungsi Rumah Singgah Sebagai Tempat Pertemuan
Sangat tidak puas Tidak puas
Puas Sangat puas
Berbeda dengan pernyataan tersebut, para pembina merasa sudah berusaha untuk  memperlakukan  anak  binaan  dengan  adil.  Pendekatan  yang  dilakukan
berbeda-beda  sesuai  dengan  karakteristik  masing-masing  anak  jalanan  karena tidak  semua  anak  binaan  terbuka  dengan  para  pembina  di  RSBAP.  Jika  anak
binaan  melakukan  kesalahan  pasti  akan  ditegur  atau  dimarahi.  Namun,  jika perilaku  anak  binaan  dinilai  baik  maka  pembina  tidak  segan-segan  memberikan
kepercayaan  yang  lebih  kepadanya.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  munculnya kecemburuan diantara anak binaan.
6.2 Pusat Asesmendan Rujukan