BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH
7. 1 Faktor Internal
7.1.1 Hubungan Usia dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan
Rumah Singgah
Usia  diduga  memiliki  hubungan  dengan  penilaian  anak  jalanan  dalam pelayanan  rumah  singgah.  Semakin  muda  umur  anak  jalanan  maka  semakin
positif  penilaiannya  terhadap  pelayanan  rumah  singgah.  Hal  ini  disebabkan semakin  dewasa  anak  jalanan  maka  kebutuhannya  semakin  kompleks.  Apabila
kebutuhan  tersebut  tidak  terpenuhi  maka  tingkat  kepuasannya  akan  semakin rendah. Artinya penilaian mereka terhadap pelayanan tersebut negatif.
H :  Tidak  terdapat  hubungan  antara  usia  responden  dengan  penilaian
responden terhadap pelayanan rumah singgah. H
1
:  Terdapat  hubungan  antara  usia  responden  dengan  penilaian  responden terhadap pelayanan rumah singgah.
Tabel 9.   Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Usia  dan  Penilaian Anak  Jalanan  terhadap  Pelayanan  Rumah  Singgah  Bina  Anak  Pertiwi,
2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Usia
Total 15 sampai 18 tahun
19 sampai 22 tahun n
n n
Sangat tidak puas Tidak puas
3 18,8
7 50
10 33,3
Puas 12
75,0 6
42,9 18
60,0 Sangat Puas
1 6,2
1 7,1
2 6,7
Total 16
100 14
100 30
100
Berdasarkan  Tabel  9  diketahui  bahwa  sebagian  besar  anak  jalanan  75 persen  dengan  usia  15  sampai  18  tahun  merasa  puas  dengan  pelayanan  yang
diberikan RSBAP, sedangkan 18,8 persen anak jalanan dengan usia 15 sampai 18 tahun merasa tidak puas akan pelayanan rumah singgah. Terdapat 50 persen anak
jalanan dengan usia 19 sampai 22 tahun yang merasa tidak puas, 42,9 persen yang
merasa  puas  dan  7,1  persen  yang  merasa  sangat  puas  dengan  pelayanan  yang diberikan rumah singgah.
Hasil  penelitian  menunjukkan  penilaian  anak  jalanan  yang  berusia  15 sampai  18  tahun  memiliki  penilaian  yang  lebih  baik  terhadap  pelayanan  rumah
singgah  dibanding  dengan  anak  jalanan  yang  berusia  19  sampai  22  tahun.  Anak jalanan yang usianya sudah dewasa memiliki penilaian yang lebih rendah terhadap
pelayanan rumah singgah. Berdasarkan  hasil  uji  Rank-Spearman  yang  dilakukan  pada  variabel  usia
dengan  penilaian  anak  jalanan,  pada  tingkat  signifikansi  0,05  diperoleh  nilai Asymp.Sig  2-side  sebesar  0,286  sehingga  H
diterima  dan  H
1
ditolak.  Hal  ini menunjukkan  tidak  terdapat  hubungan  yang  signifikan  antara  usia  dengan
penilaian anak jalanan dalam pelayanan RSBAP. Hasil  penelitian  menunjukkan  selisih  usia  anak  jalanan  yang  dibina
RSBAP tidak jauh berbeda, yaitu berada pada usia remaja yang beranjak dewasa. Kebutuhan  yang  mereka  rasakan  mungkin  tidak  terlalu  berbeda  sehingga  tidak
terdapat  hubungan  yang  signifikan  antara  usia  dengan  tingkat  kepuasan  mereka terhadap  pelayanan  RSBAP.  Kebutuhan  yang  dirasakan  anak  jalanan  meliputi
pendidikan, kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari sandang, pangan dan papan.
Anak binaan dengan usia sekolah, yakni 15 sampai 18 tahun mendapatkan pelayanan  sosial  seperti  pendidikan  formal,  pelatihan  keterampilan  serta
pemenuhan kebutuhan  sehari-hari.  Anak  binaan  yang di atas umur sekolah dapat mengakses  pelatihan  keterampilan  dan  pemenuhan  kebutuhan  sehari-hari.
Walaupun  begitu,  anak  jalanan  yang  sudah  melewati  usia  sekolah  dapat mengakses program pendidikan Kejar Paket A, B ataupun C.
Pembina RSBAP dalam melakukan pembinaan dilakukan dengan suasana kekeluargaan. Penanganan dilakukan sesuai dengan karakteristik anak binaan. Hal
ini  menyebabkan  penilaian  anak  jalanan  tidak  berhubungan  dengan  usia  anak jalanan.
7.1.2 Hubungan  Tingkat  Pendidikan  dengan  Penilaian  Anak  Jalanan
terhadap Pelayanan Rumah Singgah
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dilakukan  anak  jalanan.  Tingkat  pendidikan  anak  jalanan  diduga  berhubungan
dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. H
:  Tidak  terdapat  hubungan  antara  tingkat  pendidikan  responden  dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
H
1
:  Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
Tabel 10.  Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi, 2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Tingkat Pendidikan
Total Rendah
Sedang Tinggi
n n
n n
Sangat tidak puas Tidak puas
6 33,3
2 22,2
2 66,7
10 33,3
Puas 11
61,1 6
66,7 1
33,3 18
60,0 Sangat Puas
1 5,6
1 11,1
2 6,7
Total 18
100 9
100 3
100 30
100
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  anak  jalanan  dengan  tingkat pendidikan  rendah  yang  merasa  tidak  puas  dengan  pelayanan  rumah  singgah
sebesar  33,3  persen,  yang  merasa  puas  terdapat  61,1  persen  dan  yang  merasa sangat puas terdapat 5,6 persen.  Anak  jalanan  dengan tingkat pendidikan sedang
yang  merasa  tidak  puas  dengan  pelayanan  rumah  singgah  terdapat  22,2  persen, yang merasa puas sebesar 66,7 persen dan yang merasa sangat puas sebesar 11,1
persen.  Data  tersebut  menunjukkan  bahwa  tidak  terdapat  perbedaan  yang signifikan mengenai penilaian antara anak jalanan yang berpendidikan rendah dan
sedang terhadap pelayanan rumah singgah   Berbeda  halnya dengan anak  jalanan yang berpendidikan tinggi. Sebagian besar dari mereka 66,7 persen merasa tidak
puas dengan pelayanan rumah singgah. Berdasarkan  hasil korelasi  Rank Spearman diperoleh  nilai  Asymp.Sig 2-
side sebesar 0,830 lebih besar dari α 0,05 sehingga H diterima dan H
1
ditolak.
Artinya, tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah.
Hasil  penelitian  menunjukkan  sebagian  besar  anak  jalanan  tingkat pendidikannya  rendah.  Status  pendidikan  mereka  hampir  serupa,  yaitu  tidak
bersekolah  formal.  Jenjang pendidikan terakhir anak  jalanan kebanyakan didapat dengan  mengikuti  program  pendidikan  Kejar  Paket.  Artinya,  anak  jalanan  tidak
mendapatkan  pembelajaran  formal  setiap  harinya,  mereka  belajar  ketika menjelang  ujian  akhir  saja.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  tidak  berbeda  jauh
antara  pengetahuan  yang  dimiliki  anak  jalanan  terkait  dengan  tingkat pendidikannya.  Jika  dilihat  dari  segi  penilaian,  sebagian  besar  anak  jalanan
memiliki  penilaian  yang  positif  terhadap  pelayanan  rumah  singgah.  Pelayanan rumah singgah dinilai berhasil karena sebagian besar anak jalanan yang memiliki
tingkat pendidikan yang  rendah, sedang dan tinggi merasa puas dengan pelayanan rumah singgah.
7.1.3 Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Penilaian Anak Jalanan terhadap
Pelayanan Rumah Singgah
Pekerjaan  adalah  cara  yang  paling  sering  digunakan  anak  jalanan  untuk mendapatkan uang. Jenis pekerjaan anak jalanan dibagi ke dalam empat kategori,
yaitu  usaha  dagang,  jasa,  pengamen  dan  kerja  serabutan.  Diduga  ada  hubungan antara  jenis  pekerjaan  dengan  penilaian  anak  jalanan  terhadap  pelayanan  rumah
singgah. H
:  Tidak  terdapat  hubungan  antara  jenis  pekerjaan  responden  dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
H
1
:  Terdapat  hubungan  antara  jenis  pekerjaan  responden  dengan  penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
Tabel 11.  Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi, 2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Jenis Pekerjaan
Total Berdagang
Jasa Pengamen
Serabutan n
n n
n n
Sangat tidak puas Tidak puas
1 50
2 28,6
5 33,3
2 33,3
10 33,3
Puas 1
50 4
57,1 10
66,7 3
50 18
60 Sangat Puas
1 14,3
1 16,7
2 6,7
Total 2
100 7
100 15
100 6
100 30
100
Persentase responden yang merasa puas dan tidak puas dengan pelayanan rumah singgah berdasarkan jenis pekerjaan hampir serupa. Sebagian dari mereka
merasa puas. Data tersebut  mengindikasikan  bahwa  jenis pekerjaan anak  jalanan tidak  berhubungan  dengan  penilaian  anak  jalanan  terhadap  pelayanan  rumah
singgah.  Penilaian  antara  anak  jalanan  yang  bekerja  di  bidang  jasa,  berdagang, mengamen dan bekerja serabutan tidak jauh berbeda.
Pernyataan  di  atas  diperkuat  dengan  hasil  uji  statistik  Chi-Square  yang memperoleh  nilai  Asymp.Sig  2-side  sebesar  0,956  lebih  b
esar  dari  α  0,05 sehingga H
diterima dan H
1
ditolak. Artinya,  jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan  penilaian  anak  jalanan  dalam  pelayanan  rumah  singgah.  Pada  pengujian
statistik  menggunakan  Chi-Square,  data  penilaian  anak  jalanan  dikelompokkan menjadi dua kategori yakni tidak puas dan puas. Hal ini disebabkan terdapat tabel
kosong ketika menggunakan tabel 4x4. RSBAP  dalam  memberikan  pelayanan  kepada  anak  jalanan  tidak
dibedakan  menurut  jenis  pekerjaannya.  Semua  anak  binaan  dapat  mengakses pelayanan yang sama. Pengajaran keterampilan pun tidak dibedakan menurut jenis
pekerjaan  mereka.  Walaupun  beberapa  anak  jalanan  tidak  memiliki  pengalaman dalam  berwirausaha,  namun  mereka  mengikuti  pelatihan  wirausaha  yang
diselenggarakan RSBAP bekerja sama dengan Dinas Sosial DKI Jakarta.   Selain itu,  pada  bulan  Ramadhan  diselenggarakan  festival  musik  religi  yang  bertujuan
untuk menampung aspirasi dan menyalurkan anak binaan di bidang musik. Anak
jalanan  yang  mengikuti  kegiatan  ini  tidak  hanya  anak  jalanan  yang  berprofesi sebagai  pengamen  saja.  Kegiatan  dirancang  dalam  bentuk  festival  sehingga  ada
keterlibatan  anak  jalanan  dari  lembaga  lainnya.  Kompetisi  yang  terjadi  dapat memicu  anak  jalanan untuk  meningkatkan kemampuan  mereka di  bidang  musik.
Melihat  bakat  anak  jalanan  dalam  kegiatan  ini,  Kementrian  Sosial  RI  membantu anak binaan RSBAP untuk meluncurkan sebuah album dan sekarang masih dalam
proses rekaman. Pelatihan keterampilan  yang diselenggarakan oleh RSBAP bertujuan  agar
anak jalanan memiliki berbagai keterampilan sebagi bekal mereka di dunia kerja. Sertifikat  yang  diterima  anak  jalan,  dapat  dijadikan  modal  anak  binaan  untuk
melamar  pekerjaan  yang  lebih  baik.  Namun,  hanya  sedikit  anak  binaan  yang meninggalkan  pekerjaannya  sebagai  anak  jalanan  dan  beralih  ke  pekerjaan  yang
lebih baik.
7.1.4 Hubungan  Alasan  Utama  Menjadi  Anak  Jalanan  dengan  Penilaian
Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah
Latar belakang anak turun ke jalan dapat dikelompokkan mejadi tiga tipe, yaitu  ekonomi  keluarga  yang  rendah,  disharmoni  keluarga  dan  keinginan  anak
untuk  mencari  pengalaman  kerja.  Alasan  menjadi  anak  jalanan  diduga berhubungan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah.
H :  Tidak  terdapat  hubungan  antara  alasan  utama  responden  menjadi  anak
jalanan dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. H
1
:  Terdapat  hubungan  antara  alasan  utama  responden  menjadi  anak  jalanan dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
Hasil  penelitian  menunjukkan  sebagian  besar  anak  turun  ke  jalan  karena ekonomi  keluarga  yang  rendah  70,6  persen  merasa  puas  dengan  pelayanan
rumah  singgah.  Terdapat  50  persen  anak  yang  turun  ke  jalan  karena  disharmoni keluarga  dan  merasa  puas  dengan  pelayanan  rumah  singgah.  Sebaliknya,  anak
yang  turun  ke  jalanan  karena  faktor  disharmoni  keluarga  dan  merasa  tidak  puas dengan  pelayanan  rumah  singgahsebanyak  40  persen.  Anak  yang  bekerja  di
jalanan karena keinginannya untuk pencari pengalaman dan merasa puas terdapat
33,3  persen,  sedangkan  yang  merasa  tidak  puas  terhadap  pelayanan  rumah singgah terdapat 66,7 persen.
Tabel 12.  Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Alasan  Menjadi  Anak Jalanan  dan  Penilaian  Anak  Jalanan  terhadap  Pelayanan  Rumah
Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Alasan Menjadi Anak Jalanan
Total Ekonomi
Keluarga Rendah
Disharmoni Keluarga
Mencari Pengalaman
Kerja n
n n
n Sangat tidak puas
Tidak puas 4
23,5 4
40,0 2
66,7 10
33,3 Puas
12 70,6
5 50,0
1 33,3
18 60,0
Sangat Puas 1
5,9 1
10,0 2
6,7 Total
17 100
10 100
3 100
30 100
Berdasarkan  hasil  uji  statistik  Chi-Square  diperoleh  nilai  Asymp.Sig  2- side sebesar 0,296 lebih besar dari α 0,05 sehingga H
diterima dan H
1
ditolak. Artinya,  alasan  menjadi  anak  jalanan  tidak  berhubungan  dengan  penilaian  anak
jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. Pada pengujian statistik menggunakan Chi-Square,  data  penilaian  anak  jalanan  dikelompokkan  menjadi  dua  kategori
yakni  tidak  puas  dan  puas.  Hal  ini  disebabkan  terdapat  tabel  kosong  ketika menggunakan tabel 3x4.
Anak  yang  turun  ke  jalanan  karena  ekonomi  keluarga  yang  rendah, mendapatkan  pelayanan  dari  rumah  singgah  yang  tidak  dapat  diperoleh  dari
keluarganya.  Keterbatasan  ekonomi  keluarga  membuat  anak  mencari  nafkah  di jalan hingga mereka mengabaikan pendidikannya. Sebagai upaya memberdayakan
anak  jalanan,  RSBAP  memberikan  berbagai  pelatihan  keterampilan  dan memberikan bea siswa bagi anak binaan yang ingin melanjutkan sekolah.
RSBAP  memenuhi  kebutuhan  sehari  hari  anak  jalanan  di  bidang  pangan, sandang dan papan. Beberapa anak jalanan dengan tingkat ekonomi keluarga yang
rendah  mengaku  bahwa  orang  tua  hanya  mampu  memenuhi  kebutuhan  pangan mereka.  Tidak  jarang  pula  mereka  makan  kurang  dari  tiga  kali  sehari.  Kondisi
rumah  mereka pun tergolong kurang  baik, seperti  yang dialami DDS  15 tahun. Keluarganya  yang  beranggotakan  lima  orang  tinggal  di  sebuah  rumah  petakan
dengan luas sekitar 3x4 meter. Luas rumah tidak sebanding dengan jumlah orang yang tinggal, sehingga DDS memutuskan untuk tinggal di RSBAP.
Keberadaan rumah singgah  memberikan keluarga baru bagi anak  jalanan. Hubungan  yang  tidak  harmonis  dengan  keluarganya  menyebabkan  anak  jalanan
kurang  mendapat  perhatian  dan  kasih  sayang.  Pembina  rumah  singgah  yang berperan  sebagai  orang  tua  maupun  kakak,  dapat  melengkapi  kasih  sayang  yang
dibutuhkan anak jalanan. Kebutuhan  utama  anak  yang  turun  ke  jalan  karena  ingin  bekerja  ialah
pengalaman  bekerja dan tambahan uang saku. Rumah singgah  memberikan uang saku  kepada  anak  binaan  agar  mereka  mengurangi  keberadaannya  di  jalanan.
Selain  itu,  upaya  yang  dilakukan  rumah  singgah  untuk  memberikan  pengalaman kerja kepada anak jalanan ialah dengan mengadakan pelatihan keterampilan yang
dilanjutkan dengan magang kerja. Pelayanan sosial yang diberikan RSBAP dapat mengakomodasi kebutuhan
anak  jalanan  sesuai  dengan  latar  belakang  mereka  turun  ke  jalan.  Hal  ini menyebabkan  tingkat  kepuasan  mereka  tidaklah  jauh  berbeda.  Oleh  karena  itu,
alasan  anak  turun  ke  jalan  tidak  berhubungan  dengan  tingkat  kepuasan  mereka terhadap pelayanan rumah singgah.
7.1.5 Hubungan  Tipe  Anak  Jalanan  dengan  Penilaian  Anak  Jalanan
terhadap Pelayanan Rumah Singgah
Berdasarkan hubungan dengan keluarganya, terdapat dua tipe anak jalanan yang ditemui dalam penelitian ini, yaitu children on the street dan children of the
street.  Tipe  anak  jalanan  diduga  berhubungan  dengan  tingkat  kepuasan  anak jalanan dalam pelayanan rumah singgah. Anak jalanan dengan tipe children of the
street  diduga  memiliki  penilaian  yang  lebih  positif  dibandingkan  anak  jalanan dengan tipe children on the street. Anak jalanan dengan tipe children of the street
tidak memiliki ketergantungan dengan orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memenuhi kebutuhan mereka tanpa adanya bantuan dari orangtua. Ketika
mereka  mendapat  pelayanan  rumah  singgah  diduga  memiliki  tingkat  kepuasan yang  tinggi  yang  berimplikasi  pada  penilaian  yang  positif  terhadap  pelayanan
rumah singgah.
H :  Tidak  terdapat  hubungan  antara  tipe  anak  jalanan  dengan  penilaian  anak
jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. H
1
:  Terdapat  hubungan  antara  anak  jalanan  dengan  penilaian  anak  jalanan terhadap pelayanan rumah singgah.
Tabel 13.  Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tipe Anak Jalanan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi, 2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Tipe Anak Jalanan
Total Children on the street
Children of the street
n n
n Sangat tidak puas
Tidak puas 8
32 2
40 10
33,3 Puas
15 60
3 60
18 60,0
Sangat Puas 2
8 2
6,7 Total
25 100
5 100
30 100
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  tingkat  kepuasan  anak  jalanan dengan  tipe  children  on  the  street  dan  children  of  the  street  tidak  jauh  berbeda.
Sebagian  dari  mereka  merasa  puas  dengan  pelayanan  yang  diberikan  rumah singgah. Hal ini diperkuat dengan hasil uji statistik Chi-Square yang memperoleh
nilai  Asymp.Sig  2- side  sebesar  0,729  lebih  besar  dari  α  0,05  sehingga  H
diterima  dan  H
1
ditolak.  Artinya,  tipe  anak  jalanan  tidak  berhubungan  dengan penilaian  anak  jalanan  terhadap  pelayanan  rumah  singgah.  Pada  pengujian
statistik  menggunakan  Chi-Square,  data  penilaian  anak  jalanan  dikelompokkan menjadi dua kategori yakni tidak puas dan puas. Hal ini disebabkan terdapat tabel
kosong ketika menggunakan tabel 3x4. Anak  jalanan  dengan  tipe  children  on  the  street  masih  berhubungan
dengan  keluarganya  namun  sangat  jarang.  Mereka  berhubungan  melalui  saluran komunikasi  telepon  ataupun  pesan  elektronik.  Pemenuhan  kebutuhannya  tidak
diperoleh dari keluarganya tetapi dari  hasil  bekerja di  jalanan. Hal  ini tidak  jauh berbeda  dengan  kondisi  anak  jalanan  dengan  tipe  children  of  the  street.  Anak
jalanan  dengan  tipe  ini  sudah  putus  hubungan  dengan  keluarganya.  Mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hasil bekerja di jalan. Oleh karena itu tidak
ada perbedaan antara kedua tipe anak jalanan dalam hal tingkat kepuasan terhadap pelayanan rumah singgah.
7.1.6 Hubungan  Pengalaman  Anak  Jalanan  di  Rumah  Singgah  dengan
Penilaian Anak Jalanan Terhadap Pelayanan Rumah Singgah
Pengalaman  anak  jalanan  di  rumah  singgah  adalah  lamanya  anak  jalanan menjadi anak binaan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi. Pengalaman anak binaan
di rumah singgah diduga berhubungan dengan tingkat kepuasan dalam pelayanan rumah  singgah.  Semakin  lama  pengalaman  anak  jalanan  di  rumah  singgah  maka
semakin  positif  penilaiannya  terhadap  pelayanan  rumah  singgah.  Semakin  lama anak  jalanan  dibina  oleh  RSBAP  maka  semakin  banyak  pelayanan  sosial  yang
mereka terima. H
:  Tidak terdapat hubungan  antara  pengalaman  responden di rumah singgah dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
H
1
:  Terdapat  hubungan  antara  pengalaman  responden  di  rumah  singgah dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
Tabel 14.  Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Pengalaman  Anak Jalanan  di  rumah  singgah  dan  Penilaian  Anak  Jalanan  terhadap
Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Pengalaman di Rumah Singgah
Total 5 tahun
5 sampai 8 tahun
8 tahun n
n n
n Sangat tidak puas
Tidak puas 7
46,7 1
9,1 2
50,0 10
33,3 Puas
8 53,3
8 72,7
2 50,0
18 60,0
Sangat Puas 2
18,2 2
6,7 Total
15 100
11 100
4 100
30 100
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa  sebagian besar anak binaan yang  memiliki pengalaman  satu sampai  empat tahun,  lima  sampai  delapan tahun
dan  di  atas  8  tahun  memiliki  penilaian  yang  positif  yakni  merasa  puas  dengan pelayanan  yang  diberikan  rumah  singgah.  Hasil  korelasi  Rank  Spearman
menunjukkan  nilai  Asymp.Sig  2-side  sebesar  0 ,223  lebih  besar  dari  α  0,05
sehingga  H diterima  dan  H
1
diterima.  Artinya,  tidak  terdapat  hubungan  antara pengalaman  anak  jalanan  di  rumah  singgah  dengan  penilaian  anak  jalanan
terhadap pelayanan rumah singgah. Pelayanan  yang  diberikan  RSBAP  kepada  anak  binaan  tidak  berdasarkan
lamanya  mereka  menjadi  anak  binaan.  Pemenuhan  kebutuhan  sandang,  pangan dan  papan  diberikan  secara  merata  kepada  anak  binaan.  Pembinaan  yang
dilakukan  setiap  hari  ditujukan  untuk  semua  anak  binaan.  Semua  anak  binaan mendapatkan  perlakuan  yang  sama.  Contohnya,  apabila  anak  binaan  memiliki
motivasi yang tinggi untuk belajar maka pembina RSBAP bersedia membiayainya tidak  melihat  ia  anak  binaan  yang  baru  bergabung  atau  yang  telah  lama
bergabung. Pengalaman  anak  jalanan  di  rumah  singgah  tidak  menentukan  keaktifan
mereka  dalam  mengikuti  setiap  kegiatan  RSBAP.  Menurut  pimpinan  RSBAP, terdapat  anak  jalanan  yang  telah  lama  terdaftar  sebagai  anak  binaan  namun
mereka  tidak  aktif  mengikuti  kegiatan  yang  diselenggarakan  RSBAP.  Hal  ini sangat  disayangkan,  karena  apabila  mereka  aktif  mengikuti  kegiatan  yang
diselenggarakan  terutama  terkait  dengan  pendidikan  dan  pemberdayaan,  mereka akan mendapatkan manfaat bagi kehidupan mereka. Hal ini disebabkan kegiatan-
kegiatan  tersebut  sengaja  dirancang  untuk  meningkatkan  keberdayaan  anak jalanan.
7. 2 Faktor Eksternal
7.2.1 Hubungan  Tingkat  Kekerasan  dengan  Penilaian  Anak  Jalanan
terhadap Pelayanan Rumah Singgah
Anak  jalanan  rentan  mendapatkan  kekerasan  baik  secara  fisik  maupun non-fisik.  Tingkat  kekerasan  diduga  berhubungan  dengan  tingkat  kepuasan  anak
jalanan  dalam  pelayanan  rumah  singgah.  Semakin  tinggi  tingkat  kekerasan  yang dialami  anak  jalanan  di  jalanan  maka  semakin  positif  penilaian  anak  jalanan.
Upaya perlindungan yang diberikan rumah singgah membuat anak jalanan dengan tingkat  kekerasan  yang  tinggi  merasa  aman  sehingga  diduga  mempengaruhi
penilaian mereka.
H :  Tidak terdapat hubungan antara tingkat kekerasan yang dialami responden
dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah. H
1
:  Terdapat  hubungan  antara  tingkat  kekerasan  yang  dialami  responden dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
Tabel 15.  Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Kekerasan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi, 2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Tingkat Kekerasan
Total Rendah
Sedang Tinggi
n n
n n
Sangat tidak puas Tidak puas
9 34,6
1 25,0
10 33,3
Puas 15
57,7 3
75,0 18
60 Sangat Puas
2 7,7
2 6,7
Total 26
100 4
100 30
100
Anak jalanan dengan tingkat kekerasan rendah, terdapat 34,6 persen yang merasa  tidak  puas,  57,7  persen  yang  merasa  puas  dan  7,7  persen  yang  merasa
sangat puas dengan pelayanan yang diberikan Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi. Anak  jalanan  dengan  tingkat  kekerasan  yang  sedang  memiliki  penilaian  yang
hampir  sama  dengan  anak  jalanan  yang  mengalami  tingkat  kekerasan  yang rendah.  Anak  jalanan  dengan  tingkat  kekerasan  sedang,  terdapat  25  persen  yang
merasa tidak puas dan 75 persen yang merasa puas pelayanan rumah singgah. Berdasarkan  hasil  uji  korelasi  Rank  Spearman  menunjukkan  nilai
Asymp.Sig 2- side sebesar 0,891 lebih besar dari α 0,05 sehingga H
diterima dan H
1
ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan antara tingkat kekerasan dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah.
Upaya  rumah  singgah  untuk  melindungi  anak  jalanan  yang  mengalami kekerasan  yaitu  dengan  menyediakan  tempat  berlindung  yang  aman  dan
melakukan  penanganan  bagi  anak  yang  mengalami  tindak  kekerasan.  Apabila anak  jalanan  ditangkap  oleh  petugas  keamanan  atau  polisi,  pihak  RSBAP  akan
mengupayakan  mereka  agar  keluar  dari  penjara.  Keberadaan  mereka  di  dalam penjara memungkinkan mereka mendapatkan kekerasan dari orang di dalamnya.
Anak  jalanan  dengan  tingkat  kekerasan  rendah  maupun  sedang,  sebagian besar  merasa  puas  dengan  pelayanan  rumah  singgah.  Pelayanan  rumah  singgah
dalam hal perlindungan dari kekerasan, diberikan sama kepada setiap anak binaan. Anak  binaan  dengan  tingkat  kekerasan  yang  rendah  merasa  tinggal  di  rumah
singgah  lebih  aman  dibanding  tinggal  di  jalanan.  Resiko  untuk    menerima penindasan  dari  orang  lain  menjadi  berkurang.  Hal  serupa  juga  dirasakan  oleh
anak jalanan dengan tingkat kekerasan yang sedang.
7.2.2 Hubungan Tingkat Interaksi dalam Rumah Singgah dengan Penilaian
Anak Jalanan Terhadap Pelayanan Rumah Singgah
Interaksi anak jalanan dalam rumah singgah dilihat dari tingkat kehadiran anak  jalanan  dalam  kegiatan  yang  dilaksanakan  rumah  singgah  dan  tingkat
kekraban antara anak jalanan dengan pembina maupun sesama anak binaan rumah singgah. Diduga tingkat interaksi anak jalanan dalam rumah singgah berhubungan
dengan penilaian anak jalanan terhadap pelayanan rumah singgah. H
:  Tidak  terdapat  hubungan  antara  tingkat  interaksi  responden  dalam  rumah singgah dengan penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
H
1
:  Terdapat  hubungan  antara  tingkat  interaksi  responden  dengan  penilaian responden terhadap pelayanan rumah singgah.
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan dengan tingkat interaksi  yang  tinggi  memiliki  penilaian  yang  positif  terhadap  pelayanan  rumah
singgah, yakni 80 persen responden merasa puas dan 10 persen responden merasa sangat  puas.  Anak  jalanan  yang  tingkat  interaksinya  rendah  memiliki  penilaian
yang rendah pula. Hal ini ditunjukkan dengan 66,7 persen responden merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan rumah singgah.
Tabel 16.  Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Kekerasan dan Penilaian Anak Jalanan terhadap Pelayanan Rumah Singgah Bina Anak
Pertiwi, 2010.
Penilaian terhadap Pelayanan Rumah
Singgah Tingkat Interaksi dalam Rumah Singgah
Total Rendah
Sedang Tinggi
n n
n n
Sangat tidak puas Tidak puas
2 66,7
7 41,2
1 10,0
10 33,3
Puas 1
33,3 9
52,9 8
80,0 18
60,0 Sangat Puas
1 5,9
1 10,0
2 6,7
Total 3
100 17
100 10
100 30
100
Hasil  uji  korelasi  Rank  Spearman  menunjukkan  nilai  Asymp.Sig  2-side sebesar  0,040  lebih  kecil  dari  α  0,05  sehingga  sehingga  H
1
diterima  dan  H ditolak. Tingkat interaksi anak jalanan dalam rumah singgah berhubungan dengan
penilaian  anak  jalanan  terhadap    pelayanan  rumah  singgah.  Nilai  koefisian korelasi  sebesar  0.395  yang  berarti  hubungan  antara  duavariabel  tersebut  rendah
tetapi  pasti.  Artinya,  semakin  tinggi  tingkat  interaksi  anak  jalanan  dalam  rumah singgah  maka  semakin  positif  penilaian  anak  jalanan  terhadap  pelayanan  rumah
singgah. Kegiatan  yang  diikuti  anak  jalanan  RSBAP,  meliputi  bimbingan  agama,
pendidikan  paket  ABC,  pelatihan  keterampilan  kerja,  bekerja  bakti,  curhat bersama dan menginap di rumah singgah. Tingginya frekuensi anak jalanan dalam
kegiatan tersebut membuat anak jalanan memperoleh manfaat yang lebih banyak. Hal  ini  terkait  dengan  tingkat  kepuasan  anak  jalanan  terhadap  pelayanan  rumah
singgah. Tingkat  keakraban  yang  tinggi  dapat  membuat  anak  jalanan  merasa
memiliki keluarga baru yang memberikan kasih sayang kepada mereka. Pembina RSBAP  berperan  sebagai  kakak  maupun  orang  tua.  Sementara  itu,  kebanyakan
anak  jalanan  memiliki  hubungan  yang  kurang  harmonis  dengan  keluarganya. Peran pembina ini sangat dibutuhkan anak jalanan. Hal inilah yang mempengaruhi
tingkat kepuasan anak jalanan terhadap pelayanan yang diberikan rumah singgah.
7.2.3 Ikhtisar
Penilaian  anak  jalanan  terhadap  pelayanan  Rumah  Singgah  Bina  Anak Pertiwi ternyata tidak berhubungan dengan usia anak jalanan, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, alasan menjadi anak jalanan, tipe anak jalanan, pengalaman anak jalanan  di  rumah  singgah  dan  tingkat  kekerasan  yang  dialami  anak  jalanan.
Pelayanan  yang  diberikan  rumah  singgah  disesuaikan  dengan  karakteristik  anak jalanan, sehingga tingkat kepuasan tidak dipengaruhi oleh faktor tersebut.
Faktor  yang  mempengaruhi  tingkat  kepuasan  anak  jalanan  terhadap pelayanan rumah singgah adalah tingkat interaksi anak jalanan di rumah singgah.
Interaksi  anak  jalanan  dalam  rumah  singgah  dilihat  dari  tingkat  kehadiran  anak jalanan  dalam  kegiatan  yang  dilaksanakan  rumah  singgah  dan  tingkat  kekraban
antara anak jalanan dengan pembina maupun sesama anak binaan rumah singgah. Tingginya  frekuensi  anak  jalanan  dalam  kegiatan  yang  diadakan  di  rumah
membuat  anak  jalanan  memperoleh  manfaat  yang  lebih  banyak.  Tingkat keakraban  yang  tinggi  dapat  membuat  anak  jalanan  merasa  memiliki  keluarga
baru  yang  memberikan  kasih  sayang  kepada  mereka.  Hal  inilah  yang mempengaruhi  tingkat  kepuasan  anak  jalanan  dalam  pelayanan  yang  diberikan
rumah singgah.
BAB VIII HUBUNGAN PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP