fisik  ini  dilakukan  oleh  orang  tua,  teman,  preman  ataupun  orang  yang  tidak dikenal.
Kekerasan  yang  dilakukan  orang  tua  kepada  responden  merupakan  salah satu alasan anak  jalanan  lebih  senang  menghabiskan sebagian  besar waktunya di
jalanan. Kekerasan fisik yang dialami anak jalanan memberikan luka tidak hanya secara fisik kepada responden tetapi juga secara mental.
Kekerasan  fisik  juga  dilakukan  oleh  preman  kepada  anak  jalanan. Biasanya  anak  jalanan  yang  mencari  nafkah  di  wilayahnya  mewajibkan  anak
jalanan  membayar  sejumlah  uang  kepadanya.  Jika  tidak  membayar  maka  tidak jarang anak jalanan dipukul atau dikeroyok dengan preman dan kawanannya.
Pelecehan  seksual  yang  diterima  anak  jalanan  biasanya  dilakukan  oleh orang  yang  tidak  dikenal  dengan  meraba  alat  kelamin  anak  jalanan.    Tidak  ada
responden  yang diperkosa  disodomi oleh orang  lain. Anak  jalanan  mendapatkan pelecehan  seksual  ketika  tidur  di  jalanan.  Selain  itu,  ada  juga  anak  jalanan  yang
yang diraba alat kelaminnya oleh waria ketika mereka beraktivitas di jalanan.
5.8 Perilaku Menyimpang
Anak  jalanan  menghabiskan  sebagian  besar  waktunya  untuk  bekerja  atau berkeliaran  di  jalanan  atau  di  tempat  umum  lainnya.  Keberadaan  mereka  yang
sering  berada  di  jalanan  menyebabkan  kurangnya  pengawasan  dari  orang  tua. Oleh  sebab  itu  anak  dapat  bertindak  sesuka  hati  tanpa  ada  pihak  yang  dapat
mengatur perilaku mereka.
93 7
Gambar 6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kekerasan Fisik
Rendah Sedang
Tabel 6.   Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Usia  dan  Pernah Tidaknya Mengkonsumsi  Minuman Keras, Rumah Singgah Bina  Anak
Pertiwi, 2010.
Usia Mengkonsumsi Minuman Keras
Total Tidak pernah
Pernah n
n n
15 sampai 18 tahun 4
13,3 12
40 16
53,3 19 sampai 22 tahun
5 16,7
9 30
14 46,7
Total 9
30 21
70 30
100
Anak  jalanan  mudah terpengaruh oleh  hal-hal  buruk  yang  ia peroleh dari proses pergaulannya dengan sesama anak  jalanan. Perilaku buruk yang dilakukan
anak  jalanan  antara  lain  yaitu  mengonsumsi  minuman  keras  dan  narkoba  serta melakukan  seks  bebas.  Responden  yang  pernah  mengonsumsi  minuman  keras
sebanyak 70 persen dengan proporsi anak  jalanan usia 15 sampai 18 tahun  lebih besar  dibanding  anak  jalanan  yang  berusia  19  sampai  22  tahun.    Beberapa
responden  pertama  kali  mengonsumsi  minuman  keras  bersama  teman-temannya. Bagi  mereka,  jika  menolak  untuk  ikut  mengonsumsi  berarti  tidak  menghormati
teman-temannya.  Selain  sifat  minuman  keras  yang  membuat  orang  senang mabuk,  minuman  keras  juga  mudah  didapat  di  warung  pinggir  jalan  dengan
harga  yang  murah.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  banyak  anak  jalanan  yang mengonsumsi minuman keras.
“iya, saya masih suka minum. Patungan sama temen-teman, terus beli di warung atau di minimarket. Satu botol yang gede harganya
25.000-an kak ” JFR, 21 tahun.
Tabel 7.   Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Usia  dan  Pernah Tidaknya Mengkonsumsi Narkoba, Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi,
2010.
Usia Mengkonsumsi Narkoba
Total Tidak pernah
Pernah n
n n
15 sampai 18 tahun 12
40 4
13,3 16
53,3 19 sampai 22 tahun
8 26,7
6 20
14 46,7
Total 20
66,7 10
33,3 30
100
Selain  mengonsumsi  minuman  keras,  perilaku  menyimpang  yang  dapat diamati dari anak jalanan ialah mengonsumsi narkoba. Terdapat 33,3 persen anak
jalanan  yang  pernah  mengonsumsi  narkoba  dan  66,7  persen  responden  tidak pernah  mengonsumsi  narkoba.  Anak  jalanan  dengan  kelompok  umur  19  sampai
22 tahun lebih rentan dalam mengonsumsi narkoba. Pada awalnya responden  mendapatkan  narkoba dengan gratis. Setelah  itu
mereka  merasa  ketagihan  dan  mulai  membelinya  ke  bandar  narkoba.  Narkoba yang  sering  dikonsumsi  ialah  jenis  ganja.  Ganja  memberikan  efek  nge-fly  bagi
yang mengkonsumsinya. Harga ganja terbilang sangat terjangkau yaitu Rp 5.000 linting.  Pasar  Minggu  merupakan  daerah  yang  rawan  terhadap  pengedaran
narkoba sehingga anak jalanan mudah untuk mendapatkan narkoba tersebut. Tabel 8.   Jumlah  dan  Persentase  Responden  Berdasarkan  Usia  dan  Pernah
Tidaknya  Melakukan  Hubungan  Seksual  Sebelum  Meniikah,  Rumah Singgah Bina Anak Pertiwi, 2010.
Usia Berhubungan Seksual Sebelum
Menikah Total
Tidak pernah Pernah
n n
n 15 sampai 18 tahun
5 16,7
11 36,7
16 53,3
19 sampai 22 tahun 5
16,7 9
30,0 14
46,7 Total
10 33,3
20 66,7
30 100
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  66,7  persen  responden  pernah melakukan  hubungan  seksual  di  luar  nikah  dengan  proporsi  anak  jalanan  yang
berusia  15  sampai  18  tahun  lebih  besar  dibanding  anak  jalanan  dengan  usia  19 sampai  22  tahun.  Anak  jalanan  memiliki  emosional  yang  masih  labil  sehingga
mereka  mudah  terpengaruh  oleh  lingkungan  sekitarnya  Arief,  2002.  Perilaku menyimpang ini merupakan pengaruh dari lingkungan sosial mereka khususunya
sesama  anak  jalanan.  Hidup  tanpa  aturan  dan  tidak  mengindahkan  norma menyebabkan  mereka  memiliki  pergaulan  yang  bebas.  Hubungan  seksual  ini
biasanya mereka lakukan dengan teman wanitanya. “…  pernah  kak  sama  pacar  saya.  Saya  ngelakuinnya  di  rumah
pacar saya .” JNR, 18 tahun.
Terdapat  juga  responden  yang  melakukan  hubungan  seksual  dengan pekerja  seksual  komersil  PSK.  Beberapa  responden  menyewa  PSK  di  daerah
yang dikenal dengan nama Nirwana. Di sana, mereka dapat menyewa PSK mulai dengan  harga  Rp  50.000.  Bagi  anak  jalanan,  melakukan  hubungan  seksual
sebelum menikah dianggap hal yang wajar.
5.9 Ikhtisar