Keterangan : berhubungan
2.3 Hipotesis Penelitian
1. Faktor  internal  anak  jalanan  usia,  tingkat  pendidikan,  jenis  pekerjaan,
alasan  menjadi  anak  jalanan,  tipe  anak  jalanan,  pengalaman  di  rumah singgah  diduga  berhubungan  dengan  penilaiannya  terhadap  pelayanan
rumah singgah. 2.
Faktor eksternal anak jalanan tingkat interaksi dalam rumah singgah dan tingkat  kekerasan  diduga  berhubungan  dengan  penilaiannya  terhadap
pelayanan rumah singgah.
Faktor Eksternal
a. Tingkat kekerasan
b. Tingkat interaksi
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Faktor Internal
a. Usia
b. Tingkat pendidikan
c. Jenis pekerjaan
d. Alasan menjadi anak
jalanan e.
Tipe anak jalanan f.
Pengalaman di rumah singgah
Penilaiam Anak Jalanan
a.
Tempat pertemuan
b.
Pusat assessment dan rujukan
c.
Fasilitator
d.
Perlindungan
e.
Pusat informasi
f.
Kuratif-Rehabilitatif
g.
Akses terhadap pelayanan
h.
Resosialisasi
Perilaku Anak Jalanan
3. Penilaian  anak  jalanan  terhadap  rumah  singgah  diduga  berhubungan
dengan perilaku anak jalanan.
2.4 Definisi Operasional
1. Usia adalah  selisih antara tahun responden dilahirkan  hingga tahun pada
saat penelitian dilaksanakan. Usia responden berada pada selang 15 tahun sampai 22 tahun dan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
a. 15 sampai 18 tahun
b. 19 sampai 22 tahun
2. Tingkat pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah dilakukan responden. Dan dikategorikan menjadi: a.
Rendah : Tidak lulus SD hingga tamat SD
b. Sedang
: Lulus SMP c.
Tinggi : Lulus SMA
3. Jenis pekerjaan adalah cara yang paling sering digunakan reponden untuk
mendapatkan  penghasilan.  Jenis  pekerjaan  responden  dibagi  ke  dalam empat jenis, yaitu:
a. Usaha  dagang  :  pedagang  asongan,  penjual  koran,  majalah,  serta
menjual sapu atau lap kaca mobil b.
Usaha di bidang jasa : pembersih bus, pengelap kaca mobil, pengatur lalu  lintas,  kuli  angkut  pasar,  ojek  payung,  tukang  semir  sepatu  dan
kenek atau calo c.
Pengamen d.
Kerja serabutan, yaitu berganti-ganti pekerjaan. 4.
Alasan  utama  menjadi  anak  jalanan  adalah  hal  utama  yang melatarbelakangi responden untuk menghabiskan sebagian besar waktunya
di tempat umum. Alasan utama menjadi anak jalanan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
a. Ekonomi keluarga yang rendah
b. Disharmoni keluarga
c. Mencari pengalaman kerja
5. Tipe  anak  jalanan  adalah  karakteristik  anak  jalanan  berdasarkan  pola
hubungannya  dengan  keluarga.  Anak  jalanan  dibagi  ke  dalam  tiga  tipe yaitu:
a. Children of the street¸ yaitu anak yang hidup dan bekerja di jalanan
dan tidak ada hubungan dengan keluarganya. b.
Children on the street, yaitu anak jalanan yang bekerja di jalanan dan masih memiliki hubungan dengan keluarganya namun tidak teratur.
c. Vulnerable to be street children, yaitu anak yang rentan menjadi anak
jalanan dan masih memiliki hubungan teratur dengan keluarganya. 6.
Pengalaman di rumah singgah adalah lama responden menjadi anak binaan rumah  singgah.  RSBAP  telah  berdiri  selama  12  tahun.  Pengalaman  anak
jalanan di rumah singgah dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: a.
5 tahun b.
5 tahun sampai 8 tahun c.
8 tahun 7.
Tingkat kekerasan yang dialami anak jalanan adalah frekuensi kekerasan berupa  kekerasan  fisik  dan  non-fisik  yang  dialami  responden  selama
menjadi  anak  jalanan.  Terdapat  20  pertanyaan  yang  diajukan  kepada responden  dan  akan  direspon  dengan  pilihan  jawaban  tidak  pernah  skor
1,  jarang  skor  2  atau  sering  skor  3.  Kemudian  skor  dari  jawaban responden  diakumulasikan  dan  dikategorikan  ke  dalam  tiga  kategori
berdasarkan interval kelas, yaitu: a.
Rendah  : skor ≤ 33,3 b.
Sedang : skor antara 33,4 sampai 46,6
c. Tinggi
: skor  46,6 8.
Tingkat  kekerasan  non-fisik  adalah  tingkat  kekerasan  terhadap  mental responden  yang  dilakukan  oleh  orang  tua,  teman  ataupun  petugas
keamanan,  dan  dibagi  ke  dalam  tiga  kategori  berdasarkan  interval  kelas yaitu:
a. Rendah  : skor ≤ 16,7
b. Sedang  : skor antara 16,8 sampai 23,3
c. Tinggi  : skor  23,3
9. Tingkat kekerasan fisik adalah tingkat kekerasan terhadap fisik  responden
yang  dilakukan  oleh  orang  tua,  teman  ataupun  petugas  keamanan,  dan dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan interval kelas yaitu:
a. Rendah  : skor ≤ 16,7
b. Sedang  : skor antara 16,8 sampai 23,3
c. Tinggi  : skor  23,3
10. Tingkat  interaksi  dalam  rumah  singgah  adalah  frekuensi  aktivitas  yang
dilakukan  anak  jalanan  di  dalam  rumah  singgah  yang  dilihat  dari  tingkat kehadiran  dan  tingkat  keakraban.  Terdapat  13  pertanyaan  yang  diajukan
kepada responden dan akan direspon dengan pilihan jawaban tidak pernah skor 1, jarang skor 2 atau sering skor 3. Kemudian skor dari jawaban
responden  diakumulasikan  dan  dikategorikan  ke  dalam  tiga  kategori berdasarkan interval kelas, yaitu:
a. Rendah  : skor ≤ 21,7
b. Sedang
: skor antara 21,8 sampai 30,3 c.
Tinggi : skor  30,3
11. Tingkat  kehadiran  adalah  frekuensi  kehadiran  responden  dalam  kegiatan
yang diselenggarakan
oleh rumah
singgah. Tingkat
kehadiran dikelompokkan ke dalam tiga kategori berdasarkan interval kelas, yaitu:
a. Rendah  : skor  ≤ 10
b. Sedang  : skor 10,1 sampai 14
c. Tinggi  : skor  14
12. Tingkat keakraban adalah tingkat kedekatan hubungan responden dengan
pembina  dan  anak  binaan  lainnya  di  rumah  singgah.  Tingkat  keakraban dikelompokkan ke dalam tiga kategori berdasarkan interval kelas, yaitu:
a. Rendah  : skor ≤ 11,7
b. Sedang  : skor antara 11,8 sampai 16,3
c. Tinggi  : skor  16,3
13. Penilaian  terhadap  rumah  singgah  dioperasionalkan  sebagai  tingkat
kepuasan  anak  jalanan  mengenai  fungsi  pelayanan  rumah  singgah  yang diterima oleh anak  jalanan.  Fungsi rumah singgah  yang dinilai oleh anak
jalanan, antara lain:
1 Tempat  pertemuan  meeting  point  yaitu  rumah  singgah  merupakan
tempat  bertemu  antara  pekerja  sosial  dengan  anak  jalanan  untuk menciptakan persahabatan dan kegiatan.
2 Pusat asesmen dan rujukan yaitu rumah singgah memetakan kebutuhan
dan masalah
yang dihadapi
anak jalanan
serta mencari
penyelesaiannya secara tepat dan cepat. 3
Fasilitator yaitu rumah singgah sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lain yang dapat bermanfaat
bagi mereka. 4
Perlindungan  yaitu rumah singgah sebagai tempat perlindungan anak dari kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di jalanan.
5 Pusat  informasi  yaitu  rumah  singgah  menyediakan  informasi  tentang
bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan, pendidikan  agama  serta fasilitas yang menunjang.
6 Kuratif-rehabilitatif yaitu rumah singgah mengatasi permasalahan anak
jalanan dan memperbaiki sikap dan perilaku sehari-hari yang akhirnya akan dapat menumbuhkan keberfungsian anak.
7 Akses  terhadap  pelayanan  yaitu  rumah  singgah  menyediakan  akses
kepada  berbagai  pelayanan  sosial.  Pelayanan  yang  diberikan  yaitu menyediakan  makan  tiga  kali  sehari,  tempat  berlindung,  pelayanan
kesehatan, kasih sayang, uang saku dan pakaian. 8
Resosialisasi yaitu rumah singgah mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan.
Sebanyak  26  pertanyaan  diajukan  kepada  responden  mengenai  penilaian responden  akan  fungsi  rumah  singgah  yang  direspon  dengan  jawaban
sangat tidak  puas  skor  1, tidak  puas  skor  2,  puas  skor  3,  dan  sangat puas  skor  4.  Penilaian  anak  jalanan  terhadap  pelayaan  rumah  singgah
akan dikelompokkan ke dalam empat kategori berdasarkan interval kelas. a.
Sangat tidak puas :  skor ≤ 45,5 b.
Tidak puas :  skor antara 45,6 sampai 65
c. Puas
:  skor antara 65,1 sampai 84,5 d.
Sangat puas :  skor  84,5
14. Perilaku anak jalanan adalah tindakan yang dilakukan responden dan dapat
dilihat  dari  kebiasaan  hidup  mereka,  yaitu:  lokasi  tidur,  lama  di  jalanan, kebiasaan  dalam  berpakaian,  kebiasaan  negatif  seperti  merokok  dan
memakai  narkoba,  hubungan  sosial,  kegiatan  keagamaan,  sopan  santun, kebiasaan makan, kebiasaan bangun tidur, kebiasaan mandi, dan kebiasaan
berobat. Perilaku anak jalanan diukur menurut sudut pandang anak jalanan bukan  dari  orang  tuanya.  Hal  ini  disebabkan  keberadaan  orang  tua  yang
tersebar di berbagai lokasi di Indonesia. Sebanyak 20 pertanyaan diajukan mengenai  perilaku  dan  jawaban  meliputi:  tidak  pernah  skor  1,  jarang
skor 2, sering skor 3 dan selalu skor 4. Kemudian skor jawaban dari setiap  pertanyaan  diakumulasikan  dan  dikelompokkan  ke  dalam  empat
kategori berdasarkan interval kelas, yaitu: a.
Buruk : skor
≤ 35 b.
Kurang baik : skor antara 35,1 sampai 50
c. Baik
: skor antara 50,1 sampai 65 d.
Sangat baik : skor  65
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Rumah  singgah  yang  menjadi  objek  penelitian  adalah  Rumah  Singgah Bina  Anak  Pertiwi  di  Jalan  Bacang  No.46  Kelurahan  Jatipadang,  Kecamatan
Pasar  Minggu,  Jakarta  Selatan.  Sebelum  menentukan  tempat  penelitian,  peneliti melakukan  observasi  melalui  studi  pustaka,  internet  dan  artikel-artikel  mengenai
rumah singgah. Pemilihan  kasus  dilakukan  secara  sengaja  purposive.  Rumah  Singgah
Bina  Anak  Pertiwi  dipilih  karena  telah  melaksanakan  berbagai  pelayanan  sosial kepada  anak  jalanan  sejak  tahun  1998  dan  belum  ada  penelitian  mengenai
tpenilaian anak jalanan terhadap rumah singgah tersebut. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan November 2010 sampai dengan bulan Desember 2010.
3.2 Metode Penelitian
Metode  penelitian  yang  dipilih  adalah  dengan  menggunakan  pendekatan kuantitatif  yang  didukung  dengan  data  kualitatif.  Metode  kuantitatif  yang
digunakan  adalah  teknik  survei  dengan  kuisioner.  Metode  penelitian  survei merupakan  suatu  penelitian  kuantitatif  dengan  menggunakan  pertanyaan
terstruktur  yang  sama  kepada  banyak  orang,  untuk  kemudian  seluruh  jawaban yang  diperoleh  dicatat,  diolah  dan  dianalisis.  Data  kualitatif  digunakan  untuk
memperkuat metode kuantitatif sehingga didapatkan suatu pemahaman yang lebih mendalam.
Penelitian  ini  merupakan  penelitian  penjelasan  explanatory  atau confirmatory.  Peneliti  menghimpun  fakta  dan  menjelaskan  hubungan  antar
variabel-variabel  melalui  pengujian  hipotesa  Singarimbun,  2006.  Peneliti memberikan  gambaran  yang  lebih  detail  mengenai  suatu  gejala  atau  fenomena
tentang  anak  jalanan  dan  rumah  singgah.  Peneliti  juga  menjelaskan  hubungan antara  faktor  internal  dan  eksternal  anak  jalanan  dengan  penilaian  anak  jalanan
terhadap  pelayanan  rumah  singgah.  Selain  itu,  peneliti  menjelaskan  bagaimana