E. Penyakit Busuk Akar Putih Jamur busuk akar putih Leoptocarpus lignosus klot Heim et Pat
mempunyai banyak sinonim. Jamur ini memiliki sekitar 35 nama, sedangkan nama ilmiah yang sering dipakai adalah Fomes lignosus Klotzch, Fomes
semitosus Petch dan Rigidopous microporus Swartz Van Ov. Semangun,
1964. Menurut Rahayu 1999 salah satu jenis penyakit yang menyerang
jenis tanaman Akasia adalah penyakit busuk akar putih. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit busuk akar putih biasanya terjadi pada tanaman
yang masih muda. Pohon yang sakit daunnya menguning dan layu, sehingga akhirnya pohon menjadi gundul dan mati. Pada permukaan akar terdapat
benang-benang miselia jamur berwarna putih yang tumbuh sepanjang akar. Rhizomorf bercabang banyak dan sering melebar seperti jala. Akar yang sakit
membusuk dan menjadi kering. Kayu akar yang baru saja mati biasanya tetap keras, berwarna cokelat dan kadang agak kekelabuan. Pada pembusukan lebih
lanjut, kayu berwarna putih atau krem, tetap padat, dan kering meskipun di tempat yang basah, namun kadang-kadang dapat hancur seperti bubur
Semangun, 1989. Penyakit busuk akar putih disebabkan oleh jamur akar putih
Leptoporus lignosus atau Fomes lignosus Hadi Nuhamara, 1980. Jamur ini membentuk badan buah seperti kipas tebal, agak berkayu, memiliki zona-
zona pertumbuhan dan sering mempunyai struktur serta yang radier, dan tepinya tipis. Badan buah yang sudah tua umumnya ditumbuhi ganggang
sehingga warnanya akan menjadi suram, permukaan atas berwarna cokelat kekuning-kuningan pucat, permukaan bawah berwarna cokelat kemerah-
merahan dan tepinya menggulung ke bawah tidak kuning lagi Rahayu, 1999. Penyakit busuk akar putih menular karena kontak antara akar tanaman
sehat dan akar tanaman sakit, atau dengan kayu-kayu yang ditumbuhi oleh jamur akar tersebut. Jamur akar putih lebih menyukai tanah yang berpori dan
bereaksi netral 6-7 Semangun, 1991. Untuk mengadakan infeksi pada akar- akar sehat, jamur harus mempunyai alas makanan food base yang cukup.
Dari akar-akar yang halus, yang tidak banyak mengandung kayu, misalnya
akar-akar gulma atau akar tanaman bawah, jamur tidak mampu menginfeksi langsung pada akar sehat. Jamur akar putih dapat menular dengan perantara
rhizomorf. Rhizomorf dapat menjalar sampai lebih kurang 180 cm, terutama sepanjang permukaan-permukaan yang keras. Tetapi rhizomorf hanya dapat
mengadakan infeksi pada akar yang sehat bila masih bertumpu pada sepotong kayu yang menjadi alas makanannya. Setelah mencapai akar tanaman yang
sehat, rhizomorf lebih dahulu tumbuh secara epifitik pada permukaan akar sampai agak lama sebelum mengadakan penetrasi ke dalam akar Semangun,
1964. Menurut Semangun 1964 dalam Rahayu 1999, pengendalian
penyakit akar putih dapat dilakukan yaitu : i. Untuk mencegah terjadinya penyakit, maka sebelum penanaman, pada
waktu pembukaan tanah land clearing, perlu dilakukan pembersihan tunggul dan sisa-sisa akar tanaman hutan secara teliti. Di dalam hutan
biasanya banyak terdapat tumbuhan yang dapat menjadi inang jamur akar putih. Apabila mungkin, pada waktu land clearing sebelum dilakukan
penebangan, sebaiknya pohon-pohon yang rentan diracun terlebih dahulu untuk mempercepat pembusukan tunggul dan akar-akarnya.
ii. Penanaman harus diusahakan menggunakan bibit yang sehat dan berkualitas baik agar tidak terinfeksi oleh jamur akar putih di persemaian.
iii. Apabila ada tanaman yang sakit, sumber inokulumnya harus disingkirkan dan dibinasakan.
iv. Pencegahan meluasnya penyakit dapat dilakukan dengan membuat selokan isolasi parit isolasi dan pembuatan leher akar secara bersama-sama,
disamping perbaikan drainase.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur