A. crassicarpa di Sumatera Utara. Jamur tersebut menginfeksi pertanaman
A. crassicarpa pada rotasi tahun ke-2. Gejala yang muncul antara lain
terlihatnya rhizomorf yang berwarna putih.
5. Tingkat Serangan Penyakit Busuk Akar Putih
Hasil penilaian tingkat kerusakan pohon akibat penyakit busuk akar putih dalam setiap plot contoh per umur tanam pada areal bekas kebakaran
tahun 2002 disajikan pada Tabel 3, 4, dan 5. Tabel 4. Hasil penilaian tingkat serangan pohon akibat penyakit busuk akar
putih dalam tiap plot contoh pada areal bekas kebakaran tahun 2002 umur tanam kurang dari 2 tahun
Tingkat serangan Nomor
Plot 1
2 3
Jumlah Pohon
Intensitas serangan 1
2 3
73 51
85 29
64 -
6 7
- 2
4 -
110 126
85 14.24
23.81 Jumlah
209 93
13 6
321 38.05
Berdasarkan hasil pengamatan pada umur tanam kurang dari 2 tahun tingkat serangannya masih rendah bahkan pada plot 1 nilainya 0, sedang pada plot ke-2 dan
ke-3 nilainya bertambah berturut-turut 23.81.
Gambar 6. Kriteria pohon yang sehat atau tingkat 0 Siregar et al, 2004.
Gambar 7. Kriteria pohon tingkat 1 Awal
Gambar 8. Kriteria pohon tingkat 2 Kritis
Gambar 9. Kriteria pohon tingkat 3 Lanjut
Tabel 4. Hasil penilaian tingkat serangan pohon akibat penyakit busuk akar putih dalam tiap plot ontoh pada areal bekas kebakaran tahun 2002
umur tanam 2 – 2.5 tahun
Tingkat serangan Nomor
Plot 1
2 3
Jumlah Pohon
Intensitas Serangan 1
2 3
4 5
16 48
55 42
10 31
53 67
43 49
12 26
9 16
18 11
8 2
5 24
70 135
133 106
100 41.9
31.85 22.81
27.67 52.3
Jumlah 171 243
81 50
544 176.53
Hasil penilaian tingkat serangan penyakit busuk akar putih pada umur tanam 2 sampai 2,5 tahun memiliki nilai yang lebih besar dari pada umur
tanam 2 tahun. Nilai serangan tertinggi ada di plot ke-5 sebesar 52.3. 3 plot berikutnya yaitu pada plot 1,2, dan 4 memiliki tingkat serangan berturut-turut
sebesar 41.9, 31.95 dan 27.67. Sedangkan pada plot ke-3 memiliki tingkat serangan sebesar 22.81.
Tabel 5. Hasil penilaian tingkat serangan pohon akibat penyakit busuk akar putih dalam tiap plot contoh pada areal bekas kebakaran umur tanam
lebih dari 2,5 tahun
Kriteria serangan Nomor
Plot 1
2 3
Jumlah Pohon
Derajat kerusakan 1
11 38
33 13
95 50.18
Untuk tegakan A. crssicarpa dengan umur tanam lebih dari 2,5 tahun memiliki tingkat serangan sebesar 50.18.
Rata-rata tingkat serangan pohon akibat penyakit busuk akar putih per umur tanam pada areal bekas kebakaran tahun 2002 tegakan A. crassicarpa
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata tingkat serangan pohon akibat penyakit busuk akar putih
per umur tanam pada areal bekas kebakaran tahun 2002 tegakan A. crassicarpa
di PT. SBA Wood Industries
No Umur Tanam
tahun Rata-rata
Serangan 1
2 3
2 2 – 2,5
2,5 12.68
35.31 50.18
Populasi 32.72
Tingkat serangan pada umur tanam 2 tahun diperoleh rata-rata 12.68 dengan intensitas serangan kategori ringan, umur tanam 2 – 2,5 tahun 35.31
dan yang tertinggi nilai rata-rata serangannya adalah pada umur tanam lebih dari 2,5 tahun sebesar 50.18. Untuk keseluruhan hasil analisa atau populasi
serangan penyakit busuk akar putih di PT. SBA Wood Industries memiliki nilai intensitas serangan sebesar 32.72.
Dari hasil analisis regresi program curve expert dengan model linear diperoleh persamaan y = a + bx
Intensitas serangan penyakit = -6,065 + 19,959062 Umur tanam R
2
= 0,62 Dari persamaan diatas didapat nilai koefisien determinasi R
2
antara intensitas serangan penyakit busuk akar putih dengan umur tanam yaitu
sebesar 0,62. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa 62 di antara keragaman dalam nilai intensitas serangan penyakit busuk akar putih dapat
dijelaskan dengan nilai umur tanam. Dari pengamatan yang dilakukan tanaman yang berumur lebih dari 2,5
tahun memiliki intensitas serangan yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman berumur 2-2,5 tahun dan umur kurang dari 2 tahun. Hal ini
disebabkan pada pertanaman yang berumur kurang dari 2 tahun, jamur akar putih belum aktif. Napper 1932 dalam Ali 1980 mengemukakan bahwa
jamur akar putih dapat bertahan lama pada sisa-sisa akar dan baru kemudian membentuk rhizomorf menjelang bahan makanan substratnya habis,
selanjutnya rhizomorf dapat menginfeksi tanaman di sekitarnya. Perakaran tanaman dengan umur tanam lebih dari 2,5 tahun lebih berkembang
dibandingkan dengan perakaran tanaman satu tahun, sehingga kemungkinan terjadinya kontak dengan sumber infeksi lebih besar. Tapi pada dasarnya
penyakit busuk akar mulai menyerang pada umur tanam 2 tahun. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan rata-rata tingkat serangan penyakit busuk akar
putih pada umur tegakan 2-2,5 tahun yang mencapai 35,31. Intensitas serangan juga ditentukan faktor lingkungan atau abiotik seperti faktor pH
tanah. Semangun 1991 mengemukakan jamur akar putih lebih menyukai tanah yang berpori dan bereaksi netral pH 6-7. Pada umur tanam lebih dari
2,5 tahun memiliki tingkat serangan jamur akar putih tertinggi, salah satu faktor penyebabnya tanah memilki pH 6,25 sehingga tanah tersebut optimum
untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur akar putih. Pada umur tanam 2- 2,5 tahun, tanahya memiliki pH yang beragam, meskipun ada yang sedikit di
bawah pH netral 6-7 yaitu sekitar 5.95 atau 5.90 tapi tanah tersebut masih optimum untuk perkembangan jamur akar, hal ini terlihat intensitas
serangannya sebesar 35,31. Serangan penyakit busuk akar putih paling banyak ditemukan pada plot
5 pada umur tegakan 2-2,5 tahun dan pada plot 1 pada umur tegakan lebih dari 2,5 tahun. Hal ini diduga ada hubungannya dengan sumber infeksi,
kemungkinan besar sumber infeksi banyak terdapat di tempat tersebut. Pada umur tanam kurang dari 2 tahun sedikit ditemukan jamur akar
putih bahkan ada 1 plot yaitu pada plot ke-3 belum terkena penyakit busuk akar putih, hal ini disebabkan perkembangan perakarannya belum meluas,
sedikitnya terdapat sumber infeksi. Untuk plot yang ke-3 yang tidak ditemukan jamur akar putih, kemungkinan besar disebabkan pada areal
tersebut jamur akar masih bertahan pada sisa-sisa akar yang tertinggal dalam tanah. Menurut Napper 1932 dalam Semangun 1964 timbulnya penyakit
akar pada pertanaman tergantung pada banyaknya sisa-sisa akar yang terinfeksi yang tertinggal dalam tanah pada waktu penanaman. Tunggul dan
sisa-sisa akar yang tertinggal pada saat penyiapan lahan dapat merupakan sumber infeksi karena sisa akar selama enam bulan masih dalam keadaan baik
dan lama setelah itu jamur masih dapat bertahan terus pada sisa akar yang sedang membusuk. Bahkan John 1958 dalam Semangun 1964
mengungkapkan jamur akar putih pada tanaman Karet dapat bertahan berturut- turut selama 6, 20 dan 40 bulan. Hal inilah mungkin yang menjadi penyebab
mengapa jamur akar putih tidak ada pada plot ke-3 tapi sudah mulai terlihat pada plot 1.
Serangan jamur akar putih pada tingkat 1 awal masih peluang yang cukup besar untuk disembuhkan. Serangan untuk tingkat 2 kritis masih
mungkin ditolong apabila pengendalian cepat dilakukan. Tanaman yang belum terserang lanjut masih dapat ditolong dengan memotong akar yang sakit pada
tempat yang masih sehat Soedarso, 1956 dalam Ali, 1980. Penggunaan fungisida setelah pemotongan akar yang sakit dapat mencegah infeksi ulang.
Bahan kimia yang dapat digunakan adalah belerang. Kemungkinan untuk dapat disembuhkan kecil sekali apabila serangan telah mencapai tingkat 3.
Untuk tingkat serangan lanjut atau berat dapat dilakukan penilikan daun atau inspeksi daun 3 bulan sekali. Jika dengan penilikan daun diketahui adanya
tanaman yang sakit, maka tanaman di sekitarnya dilakukan penilikan akar, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi ke pohon-pohon yang ada di
sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis regresi terdapat hubungan yang linear antara
umur tanam dengan intensitas serangan penyakit busuk akar putih dengan kata lain semakin meningkatnya umur tanaman maka intensitas serangan penyakit
busuk akar putih semakin meningkat pula. Menurut Semangun 1964 serangan jamur akar putih terutama terdapat dalam pertanaman muda, pada
umumnya mulai dari tahun ke dua. Oleh karena itu jika kondisi ini dibiarkan berlangsung, bukan hal yang tidak mungkin tingkat serangannya akan terus
meningkat menjadi berat, sebab jamur merupakan organisme hidup yang dapat terus tumbuh dan berkembang bila didukung oleh iklim yang sesuai dan
tersedianya bahan makanan yang cukup untuk kelangsungan hidupnya.
6. Pola Peyebaran Penyakit Akar Putih