Penyiapan Lahan TINJAUAN PUSTAKA

b. Puntung rokok dan anti nyamuk padat Hasil penelitian di laboratorium dan uji lapangan menunjukan bahwa puntung rokok dan obat nyamuk tidak bisa dianggap sebagai penyulut api di lapangan, meskipun kadar air bahan bakar sampai 5 dan serasah alang-alang sebagai medianya. Tetapi kalau puntung rokok disambung dengan botol yang berisi minyak tanah atau satu bungkus korek api seperti yang sering ditemukan di lapangan, maka pernyataan tersebut menjadi benar. c. Obor minyak tanah Belakangan ini obor minyak tanah sudah terang-terangan digunakan sebagai sumber penyulut api di lapangan. d. Konflik sosial Disebabkan oleh status kepemilikan lahan garapan, pekerja lapangan yang tidak pernah dibayar penuh upahnya, kontraktor pelaksana memperdayai pekerja, dan hubungan yang tidak harmonis antara penduduk dengan pihak perusahaan. e. Operasi pembalakan Disebabkan pembukaan lahan dengan menggunakan api yang tidak terkontrol, api unggun, pembakaran sisa-sisa pohon atau cabang- cabang ranting, dan iseng motif yang tidak jelas.

B. Penyiapan Lahan

Pada dasarnya penyiapan lahan atau lapangan adalah menciptakan prekondisi untuk meningkatkan persentase hidup dari pertumbuhan tanaman. Berkenaan dengan tujuan tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seperti saingan gulma dan pengendalian kesuburan tanah, sifat fisik tanah, kondisi drainase, kebutuhan cahaya dan bahan-bahan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman perlu mendapatkan pengaturan dalam penyiapan lahan untuk penanaman. Teknik penyiapan lahan dapat mengacu pada ketentuan yang berlaku yaitu Surat Keputusan Direktur Jendral Pengusahaan Hutan No. 222 tahun 1997 tentang Penyiapan Lahan Hutan Tanaman Industri tanpa Pembakaran Dephut, 1998. Dalam penyiapan sebelu penanaman ada 4 hal yang perlu dilakukan pengaturan sebelum Dephut , 1998, yaitu: 1. Pembersihan gulmavegetasi pengganggu dan pengendalian kesuburan tanah Semua jenis gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman harus dikeluarkan dari lahan penanaman agar tanaman bebas dari saingan gulma dan bahan-bahan pengganggu lainnya. Cara pembersihan faktor pengganggu tersubut dapat dilakukan dengan cara manual, kimia dan mekanis atau kombinasinya. Terhadap sisa-sisa vegetasi yang berupa sisa-sisa pohon tidak dilakukan pembakaran. Sedangkan sisa daun, ranting dan kulit kayu ditinggal di areal penanaman atau dijadikan kompos. Tunggak pohon sebaiknya dikeluarkan dari petak tanaman. Pembersihan secara manual dapat dilakukan pada setiap kondisi areal mulai dari fisiogafi datar sampai dengan curam kelerengan lapangan sampai dengan 25. Caranya dengan menebas, mencincang dan memumpuk, dengan memotong pohon-pohon yang berdiameter kecil, semak dan belukar. Pembersihan secara mekanis hanya dilakukan pada areal dengan kelerengan lapangan di bawah 15, dengan menggunakan traktor farm factor atau buldozer yang dilengkapi dengan pisau pengupas tanah yang standar. Pada areal bervegetasi alang-alang tanpa adanya semak belukar maka pembersihan lahan dilakukan bersamaan dengan pembajakan. Sedangkan pada areal alang-alang yang bervegetasi belukar atau belukar murni atau hutan skunder pembersihan lahan dilakukan dengan cara mendorong vegetasi tersebut dengan traktor dan dikumpulkan di suatu tempat yang tidak digunakan sebagai areal penanaman termasuk biomas daun. Sisa-sisa tonggak dibongkar sampai ke akar-akarnya. Dalam pekerjaan ini diusahakan pendorong pada waktu traktor berjalan selalu di atas tanah. Pembersihan lapangan secara kimiawi sasarannya adalah padang ilalang yang cukup luas yang tidak mungkin dilakukan pembersihan lapangan secara mekanis. Penyemprotan herbisida dilakukan pada saat tidak ada hujan dan angin kencang. Pohon kecil atau semak yang mengganggu penyemprotan dibersihkan terlebih dahulu. Penyemprotan utama dilakukan pada seluruh areal secara total atau jalur. Penyemprotan kedua hanya dilakukan seandainya penyemprotan pertama kurang sempurna. Kalau penyemprotan kedua belum sempurna dilakukan pengusapan wiping dengan lapkain yang dibasahi herbisida. 2. Pengaturan kebutuhan cahaya Kebutuhan tanaman pada waktu muda berbeda-beda. Pada umumnya jenis-jenis pohon yang tergolong intoleran atau secondary forest membutuhkan cahaya penuh, karena itu areal tanaman harus bebas dari naungan terbuka. Untuk itu diperlukan pembersihan lahan secara total. Sebaliknya pohon-pohon yang tergolong jenis-jenis pohon semi toleran memerlukan naungan pada waktu muda. Oleh karena itu dalam mempersiapkan lahannya untuk penanaman perlu diciptakan pre kondisi iklim mikro yaitu dengan menanam jenis-jenis pohon-pohon peneduh yang bertajuk ringan terlebih dahulu sebelum tanaman pokok ditanam. Atau kalau kondisi lapangannya terdiri dari semak belukar maka penyiapan lahannya dilakukan dalam bentuk jalur-jalur tanam yang lebarnya 2 – 3 m. 3. Perbaikan sifat fisik tanah Pengolahan tanah perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Areal yang memiliki kemiringan di bawah 10º pengolahan tanahnya dapat dilakukan secara mekanis. Pembajakan tanah dilakukan 2 kali sedalam 30 cm dan 1 – 2 minggu setelah pembajakan kedua dilaksanakan penggaruan satu kali. 4. Pengaturan drainase Genangan-genangan air dalam penanaman mengakibatkan akar tanaman kekurangan oksigen, sehingga dalam penyiapan lahannya perlu dilakukan pengaturan drainase dengan cara pembuatan saluran-saluran drainase.

C. Gambaran Hutan Rawa Gambut 1. Pembentukan dan Penyebaran

Dokumen yang terkait

Pengendalian Serangan Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) Pada Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Isolat Bakteri Kitinolitik

11 87 82

Fungsi yang Berasosiasi dengan Benih Acacia crassicarpa Sesaat Setelah Panen dan Setelah Penyimpanan

0 8 6

Potensi Karbon Tegakan Acacia crassicarpa pada Lahan Gambut Bekas Terbakar

0 8 73

Karakterisasi fenotipik dan molekuler bakteri patogen serta epidemi penyakit hawar daun bakteri pada bibit tanaman Acacia crassicarpa

5 31 67

Dinamika fluks CO2 hubungannya dengan kedalaman muka air tanah, respirasi akar dan dekomposisi serasah, serta umur tanaman acacia crassicarpa pada lahan gambut.

0 5 45

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 8

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1