Kemungkinan Berkembangnya Penyakit Busuk Akar Putih

Gambar 4. Badan buah jamur akar putih Ganoderma sp G Gambar 5. Badan buah jamur Rigidoporus micoporus Jamur akar putih sering membentuk tubuh buah pada leher akar tanaman sakit seperti yang ditunjukan pada Gambar 1 atau pada tunggul dan akar sakit yang terbuka. Jamur akar putih selain mengadakan infeksi yang akut yang meyebabkan gejala yang jelas juga dapat mengadakan infeksi kronis yang tidak menimbulkan gejala yang jelas, baru setelah dibongkar terlihat adanya rhizmorf jamur pada akar Young, 1954 dalam Semangun, 1996.

4. Kemungkinan Berkembangnya Penyakit Busuk Akar Putih

Kerusakan akibat kebakaran hutan di PT. SBA Wood Industries banyak meninggalkan tegakan mati, sisa-sisa tunggak mati atau batang-batang yang tumbang di lantai hutan. Di dalam tanah juga masih banyak terdapat sisa-sisa akar habis terbakar maupun bekas pembukaan hutan era HPH. Pada saat penyiapan lahan untuk penanaman yaitu dengan sistem manual, sisa-sisa tunggul maupun sisa akar dan log-log yang terbakar masih ada di bawah permukaan tanah. Penyiapan lahan dengan sistem manual kurang efektif dalam membersihkan lahan sehingga sisa-sisa log tersebut menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya patogen penyebab penyakit atau menjadi alas makanan base food bagi patogen penyakit tersebut. Dengan alas makanan tersebut jamur dapat menginfeksi tanaman yang sehat. Menurut Semangun 1996 spora diduga dapat disebarkan oleh angin dan dapat menimbulkan infeksi pada tunggul yang masih baru. Kemungkinan besar spora dapat tumbuh dan berkembang pada tunggul-tunggul pohon yang mati hingga sisa tunggul pohon ini menjadi terinfeksi dan penyebaran penyakit terjadi karena kontak dengan tunggul pohon yang telah terinfeksi melalui rhizomorf tetapi kemungkinanya kecil. Perkembangbiakan jamur akar putih terutama terjadi karena adanya miselia atau hifa karena penyakit busuk akar putih terjadi akibat adanya kontak antar akar. Napper 1932 dalam Semangun 1964 mengemukakan bahwa ada 2 kemungkinan yang menyebabkan penyakit ini sering ditemukan pada pertanaman muda yaitu 1 penyakit berkembang pada sisa-sisa akar atau tunggul dan menyebar melalui spora yang terbawa angin setelah pembukaan hutan atau pembongkaran tanaman tua, dan 2 penyakit berkembang dari sumber vegetatif yang terdapat di dalam tanah sebelum pembersihan hutan atau tanaman tua dan memperoleh rangsangan tumbuh karena pembersihan dan pembakaran. Kebakaran hutan tahun 2002 Di PT. SBA Wood Industries banyak meninggalkan sisa-sisa akar di bawah permukaan, meskipun sudah dilakukan penyiapan lahan pembersihan sisa-sisa akar atau tunggul pohon mati kurang efektif hal inilah yang memungkinkan penyakit busuk akar putih dominan menyerang pada tegakan A. crassisarpa. Untuk itu pada penyiapan lahan sedapat mungkin sisa-sisa tunggul pohon dan akar-akar pohon yang besar dibongkar guna mencegah berkembangnya penyakit lebih lanjut. Jika pembukaan lahan dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis maka sisa-sisa kayu dan akar yang tertinggal di dalam tanah akan keluar dari dalam tanah. Pada lahan bekas terbakar biasanya terjadi peningkatan unsur hara makro dan mikro karena adanya sisa-sisa pembakaran serasah, ranting dan log kayu serta adanya abu menyebabkan jamur mudah tumbuh dan berkembang. Menurut Moore dan Lendecker 1972 jamur pelapuk kayu membutuhkan zat makanan yang terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Sisa-sisa pembakaran tersebut digunakan oleh jamur sebagai substrat dan jamur memperoleh makanan dari sumber tersebut hingga jamur memperoleh tanaman yang dapat diinfeksi. Sebelum terjadinya kebakaran, pH tanah yang terukur menurut informasi yang diperoleh memiliki pH yang rendah yaitu berkisar 3-5 karena sifat gambut yang asam. Setelah terjadinya kebakaran terjadi peningkatan pH tanah atau tanahnya tidak bersifat asam lagi yang menyebabkan jamur akar putih menyukai tanah tersebut karena jamur akar putih tidak menyukai tanah dengan suasana asam. Jamur akar putih merupakan jamur saprofit penghuni tanah, tetapi apabila bertemu dengan akar tanaman akan menjadi parasit fakultatif. Jamur akar putih bertahan dalam tanah dengan cara membentuk rhizomorf. Sekali tanah terkontaminasi jamur akar putih seterusnya tanah tersebut akan dihuni oleh jamur akar putih dan akan menjadi ancaman untuk setiap penanaman baru. Peremajaan yang dilakukan berulang-ulang dari tanaman dengan jenis yang sama menyebabkan akumulasi sumber penyakit jamur akar putih dalam tanah Soepena, 1995. Areal tempat dilakukannya penelitian merupakan areal bekas tanaman A. crassicarpa yang mengalami kebakaran tahun 2002 yang kemudian direplanting dengan jenis yang sama yaitu A. crassicarpa. Tegakan A. crassicarpa sebelum terbakar sudah terkontaminasi oleh jamur akar putih. Hal ini terlihat pada tegakan A. crassicarpa yang dijadikan area produksi benih banyak terdapat penyakit busuk akar putih. Area ini dulunya bukan merupakan salah satu area yang tidak terkena kebakaran hutan tahun 2002 tetapi mengalami kebakaran dan penebangan pada era HPH dulu. Jamur akar putih adalah jasad yang polifag, yang dapat menyerang bermacam tumbuhan salah satunya adalah dari jenis Acacia spp Semangun, 1996. Berdasarkan hasil prosiding di Subarjenji, Sumatera Selatan 1996, jamur akar putih dari jenis Ganoderma sp ditemukan pada tegakan A. crassicarpa di Sumatera Utara. Jamur tersebut menginfeksi pertanaman A. crassicarpa pada rotasi tahun ke-2. Gejala yang muncul antara lain terlihatnya rhizomorf yang berwarna putih.

5. Tingkat Serangan Penyakit Busuk Akar Putih

Dokumen yang terkait

Pengendalian Serangan Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense Pat.) Pada Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menggunakan Isolat Bakteri Kitinolitik

11 87 82

Fungsi yang Berasosiasi dengan Benih Acacia crassicarpa Sesaat Setelah Panen dan Setelah Penyimpanan

0 8 6

Potensi Karbon Tegakan Acacia crassicarpa pada Lahan Gambut Bekas Terbakar

0 8 73

Karakterisasi fenotipik dan molekuler bakteri patogen serta epidemi penyakit hawar daun bakteri pada bibit tanaman Acacia crassicarpa

5 31 67

Dinamika fluks CO2 hubungannya dengan kedalaman muka air tanah, respirasi akar dan dekomposisi serasah, serta umur tanaman acacia crassicarpa pada lahan gambut.

0 5 45

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 8

DAMPAK PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI Acacia crassicarpa DI LAHAN GAMBUT TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN DAN LAJU PENURUNAN PERMUKAAN TANAH (The Impact of Development of Industrial Plantation Forest Acacia crassicarpa in Peatland Towards the Maturity) | L

0 0 1