akar-akar gulma atau akar tanaman bawah, jamur tidak mampu menginfeksi langsung pada akar sehat. Jamur akar putih dapat menular dengan perantara
rhizomorf. Rhizomorf dapat menjalar sampai lebih kurang 180 cm, terutama sepanjang permukaan-permukaan yang keras. Tetapi rhizomorf hanya dapat
mengadakan infeksi pada akar yang sehat bila masih bertumpu pada sepotong kayu yang menjadi alas makanannya. Setelah mencapai akar tanaman yang
sehat, rhizomorf lebih dahulu tumbuh secara epifitik pada permukaan akar sampai agak lama sebelum mengadakan penetrasi ke dalam akar Semangun,
1964. Menurut Semangun 1964 dalam Rahayu 1999, pengendalian
penyakit akar putih dapat dilakukan yaitu : i. Untuk mencegah terjadinya penyakit, maka sebelum penanaman, pada
waktu pembukaan tanah land clearing, perlu dilakukan pembersihan tunggul dan sisa-sisa akar tanaman hutan secara teliti. Di dalam hutan
biasanya banyak terdapat tumbuhan yang dapat menjadi inang jamur akar putih. Apabila mungkin, pada waktu land clearing sebelum dilakukan
penebangan, sebaiknya pohon-pohon yang rentan diracun terlebih dahulu untuk mempercepat pembusukan tunggul dan akar-akarnya.
ii. Penanaman harus diusahakan menggunakan bibit yang sehat dan berkualitas baik agar tidak terinfeksi oleh jamur akar putih di persemaian.
iii. Apabila ada tanaman yang sakit, sumber inokulumnya harus disingkirkan dan dibinasakan.
iv. Pencegahan meluasnya penyakit dapat dilakukan dengan membuat selokan isolasi parit isolasi dan pembuatan leher akar secara bersama-sama,
disamping perbaikan drainase.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur
1. Makanan
Duncan 1960 dalam Tambunan dan Nandika 1989 menyatakan bahwa jamur pelapuk kayu memerlukan zat makanan yang terkandung
dalam kayu seperi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Jamur tersebut akan terus berkembang selama bahan makanan yang dibutuhkan masih tersedia.
Moore dan Lendecker 1972 menyatakan bahwa jamur juga membutuhkan zat makanan yang terdiri dari unsur makro dan mikro.
Unsur makro yang sangat dibutuhkan jamur adalah karbon, nitrogen, sedangkan unsur mikro berupa vitamin-vitamin. Unsur karbon sangat
dibutuhkan sebagai energi. Unsur nitrogen dibutuhkan dalam proses sintesa asam amino yang menghasilkan protein guna membangun
protoplasma. 2. Suhu
Masing-masing jenis jamur mempunyai suhu optimum lingkungan yang berbeda, tetapi jamur perusak kayu tumbuh dengan baik pada
keadaan yang lembab dan hangat. Padlinurjaji 1979 menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan jamur berkisar antara 27º C – 32°C dan
suhu maksimal 43°C. Pertumbuhan akan terhambat apabila suhunya berada di luar batas suhu optimum. Apabila suhu meningkat terus diatas
suhu optimum, maka jamur akan mati. 3. Kelembaban
Duncan 1960 diacu oleh Tambunan dan Nandika 1989 menyatakan bahwa tiap jenis jamur hidup dalam kelembaban yang
berbeda-beda., tetapi hampir semua jamur dapat hidup pada substrat tidak jenuh air, terutama jenis-jenis yang tumbuh pada kayu atau tanah.
Pertumbuhan maksimal untuk sebagian besar fungi terjadi pada kelembaban relatif antara 95 – 100 dan pertumbuhan akan menurun atau
berhenti pada kelembaban 80 –85 . Sedikit fungi akan hidup pada kelembaban relatif 65 .
4. Oksigen Menurut Padlinurjaji 1979, jamur memerlukan oksigen dalam
proses respirasi dan oksidasi gula untuk mendapatkan energi. Proses respirasi menghasilkan gas CO
2
dan jika tidak terdapat cukup udara di sekitarnya maka akan terjadi akumulasi CO
2
yang dapat menghambat pertumbuhan dan terkadang mematikan jamur.
5. Derajat Keasaman Jenis-jenis jamur pelapuk kayu dapat hidup pada pH 4,5 – 5,5 dan
batas minimum pertumbuhannya pada pH 2 Tambunan dan Nandika, 1989.
6. Cahaya Faktor cahaya kurang begitu berpengaruh terhadap petumbuhan
jamur. Sebagian kecil jenis jamur membutuhkan cahaya dalam intensitas dan kualitas tertentu untuk bereproduksi secara normal, namun sebagian
besar dapat tumbuh dalam keadaan gelap Christensen, 1975. Justru intensitas cahaya yang tinggi cenderung memperlambat pertumbuhan
jamur Scheffer, 1973.
G. Deskripsi tentang Acacia crassisarpa A. Cunn. Ex Benth 1. Sifat Morfologi