2.4 Pengelolaan Sumber Daya Udang.
Sumber daya ikan, termasuk sumber daya udang adalah sumber daya yang dapat pulih kembali, maka di dalam pemanfaatannya tidak boleh melewati batas - batas
kemampuan sumber daya untuk pulih kembali sehingga definisi pengelolaan perikanan menurut FAO 1997 dan Undang Undang Republik Indonesia Nomer 31 Tahun 2004
tentang Perikanan adalah proses terpadu menyangkut pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, pengalokasian sumberdaya dan
perumusan serta pelaksanaan, apabila diperlukan dengan penegakan bilamana diperlukan, mengenai peraturan atau aturan yang mengatur kegiatan perikanan untuk menjamin
produktivitas yang berlanjut dari sumberdaya dan pencapaian tujuan perikanan lainnya. Difinisi pengelolaan perikanan yang bercakupan luas tersebut diatas ditujukan pada
pemastian agar sumber daya perikanan dapat diraih manfaat yang optimum dengan tetap memperhatikan dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan dan lingkungannya.
Untuk itu dalam pengembangan dan pelaksanaan rencana pengelolaan untuk semua stok yang dikelola harus menjamin bahwa stok dan ekosistim tempat mereka berada berikut
lingkungannya dipelihara dalam keadaan produktif, sehingga kelestarian sumberdaya dan ekosistim serta lingkungannya dapat terpelihara. Oleh karena itu dalam pengelolaan
perikanan dikenal dengan responsible fisheries atau perikanan yang bertanggung jawab yang tidak memperbolehkan lebih banyak yang dipanen dari sumber daya tersebut secara
rata - rata dibandingkan dengan yang dapat digantikan oleh pertumbuhan stok atau pertumbuhan sumber daya perikanan.
Kegiatan pengelolaan sumber daya udang menurut Naamin et al. 1992 adalah bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memantapkan tingkat pemanfaatan secara
optimum dengan tetap menjaga kelestarian sumber dan lingkungan hidupnya. Oleh karena itu di dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya udang tersebut harus ditunjang
oleh upaya pengaturan dan pengendalian yang ditujukan untuk kelestarian sumber daya udang maupun pemanfaatannya untuk pengembangan perikanan.
Pada umumnya pengelolaan sumber daya ikan, termasuk sumber daya udang menurut Anderson 1977, Hoenig and Saila 1983 dan Garcia and Le Reste 1981 dapat
diklasifikasi menjadi dua kelompok yaitu pengaturan ukuran ikan dan udang yang tertangkap dan pengaturan jumlah kapal ikan. Untuk pengaturan ukuran ikan dan udang
yang tertangkap dapat dilakukan dengan pengaturan mesh size, penetapan ukuran terkecil ikan dan udang yang tertangkap, penutupan atau pengaturan penangkapan di daerah
asuhan, penutupan musim dan selektifitas alat penangkapan. Sedangkan untuk pengaturan jumlah kapal ikan dapat dilakukan dengan pembatasan kapal ikan, quota jumlah kapal
dan quata produksi ikan, pembatasan dan pelarangan jenis alat tangkap dan pajak izin penangkapan.
1 Pengaturan ukuran mata jaring. Pengaturan ukuran mata jaring mesh size ini dilakukan untuk membatasi ukuran
ikan dan udang yang tertangkap, dengan semakin besar ukuran mata jaring ini akan semakin besar kemungkinan ikan dan udang yang berukuran kecil akan lolos atau
tidak tertangkap. Oleh karena itu dengan semakin besar mata jaring akan mengakibatkan ukuran ikan dan udang yang tertangkap akan semakin besar dengan
umur yang meningkat serta akan berakibat pula meningkatkan harga ikan dan udang yang tertangkap tersebut.
2 Penetapan ukuran terkecil ikan dan udang yang tertangkap. Peraturan ini bermaksud untuk tidak diperbolehkan ukuran ikan dan udang kecil yang
ditangkap sehingga diharapkan ikan dan udang berukuran kecil yang melimpah dapat tumbuh menjadi dewasa dan berukuran relatif besar. Oleh karena itu untuk waktu
yang akan datang ukuran ikan dan udang yang tertangkap akan semakin bertambah besar dan yang pada akhirnya akan meningkatkan harga ikan dan udang yang
tertangkap tersebut. 3 Penutupan atau pengaturan penangkapan di daerah asuhan nursery ground.
Penutupan atau pengaturan ini bertujuan agar daerah asuhan tersebut menjadi daerah konservasi sehingga ikan dan udang yang masih kecil dapat tumbuh dan berkembang
menjadi dewasa sehingga tidak akan merusak kelestarian sumber daya ikan dan udang. Untuk memperbaiki dan meningkatkan stok ikan dan udang dapat dilakukan
dengan restocking atau penebaran benih ikan dan udang di daerah asuhan tersebut sehingga akan semakin meningkatnya jumlah benih ikan dan udang di daerah asuhan
tersebut yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi ikan dan udang dewasa yang dapat memperbaiki stok ikan dan udang tersebut.
4 Penutupan musim penangkapan. Penutupan musim penangkapan ini pada umumnya untuk melindungi juvenil ikan
dan udang dari kegiatan penangkapan ikan, sehingga juvenil tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi ikan dan udang dewasa. Didamping itu penutupan musim
penangkapan tersebut juga untuk melindungi ikan dan udang yang matang telur dari kegiatan penangkapan sehingga ikan dan udang tersebut dapat memijah.
5 Pembatasan dan pelarangan jenis alat tangkap. Pembatasan jenis alat tangkap ini adalah pembatasan ukaran alat tangkap tersebut
agar tidak merusak kelestarian sumber daya ikan dan udang di laut. Pelarangan jenis alat tangkap adalah tidak diperbolehkan beroperasi jenis alat tangkap tertentu di laut
karena jenis alat tangkap tersebut akan merusak kelestarian sumber daya ikan dan udang.
6 Pembatasan kapal ikan. Pembatasan kapal ikan ini pada umumnya adalah pembatasan ukuran kapal ikan dan
pembatasan jumlah kapal ikan yang diperbolehkan beroperasi di suatu perairan. Untuk pembatasan ukuran kapal ini umumnya untuk membatasi efektivitas kapal ikan
dan pembatasan jumlah kapal ikan ini pada umumnya disesuaikan dengan daya tampung perairan tersebut yang disesuaikan dengan potensinya.
7 Quota produksi. Quota produksi ikan dan udang ini pada umumnya disesuaikan dengan potensi
produksinya dan potensi lestari sumber daya ikan dan udang. Hal ini dikarenakan apabila quata ini dilanggar atau dilampaui akan sangat membahayakan kelestarian
sumber daya ikan dan udang di perairan tersebut.
8 Pajak izin penangkapan. Pajak izin penangkapan ikan dan udang dilaut ini akan dikenakan pada jenis dan
ukuran alat tangkap dan kapal ikan, dimana semakin besar ukuran jenis alat tangkap dan kapal ikan akan semakin besar nilai pajaknya. Demikian pula untuk jenis alat
tangkap yang semakin produktif dan dampaknya signifikan terhadap kelestarian sumber daya ikan dan udang akan dikenai pajak yang relatif tinggi dibandingkan jenis
alat tangkap lainnya.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Penelitian