Aspek dinamika populasi udang jerbung.

pada tahun 2002 mulai turun menjadi 27,93 kg bulan. Penurunan produktivitas jaring apong mulai tahun 2002 menurut beberapa nelayan yang beroperasi di perairan Segara Anakan dikarenakan adanya penurunan kedalaman perairan karena pendangkalan dasar perairan Segara Anakan sehingga menyulitkan beroperasinya jaring apong di perairan Segara Anakan. Kegiatan penangkapan udang dan ikan di perairan Segara Anakan ini menurut Dudley 2000 akan sangat mempengaruhi produksi udang dan ikan di Perairan Cilacap dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan perairan Segara Anakan adalah merupakan daerah asuhan bagi udang dan ikan yang ada di perairan Cilacap dan sekitarnya. Menurut Zarochman 2003 bahwa penurunan produksi di Perairan Cilacap dan sekitarnya sebagian besar dipengaruhi oleh degredasi lingkungan habitat dan kegitan penangkapan di perairan Segara Anakan sebesar 95,5 dan pengaruh penangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya hanya sebesar 4,5 .

4.2.3 Aspek dinamika populasi udang jerbung.

Untuk mengetahui beberapa aspek dinamika populasi dari udang jerbung yang ada di perairan Cilacap dan sekitarnya diambil sampel udang jerbung hasil tangkapan kapal ikan trammel net Cilacap yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Cilacap. Udang jerbung yang didaratkan di PPS Cilacap pada umumnya adalah udang jerbung hasil tangkapan kapal ikan trammel net Cilacap yang beroperasi di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur. Sehubungan udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya masih lengkap, utuh dan segar maka pengukuran panjang total digunakan dalam analisis biologi. Pengambilan sampel dilakukan setiap minggu sebanyak 19 kali pada bulan Agustus 2002 sampai bulan Desember 2002 dengan jumlah sampel udang jerbung hasil tangkapan kapal ikan trammel net Cilacap sebanyak 1060 ekor udang jerbung. Berdasarkan penyebaran ukuran panjang total dan berat dari sampel udang jerbung Lampiran 13 dapat diketahui total ukuran panjang udang jerbung yang tertangkap berkisar antara 12,2 – 24,O cm dan ukuran berat berkisar antara 16 – 109 gram serta diperoleh hubungan panjang – berat udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 16 dengan persamaan : W = 0,0133 L 2,8582 dengan r = 0,9003 Gambar 16. Hubungan panjang dan berat udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. Sampel ukuran panjang total udang jerbung hasil tangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur yang didaratkan di PPS Cilacap tersebut diatas dengan jumlah y = 0.0133x 2.8582 R 2 = 0.9003 20 40 60 80 100 120 10 15 20 25 gram cm sampel udang jerbung sebanyak 1060 ekor dan dikelompokan menjadi 13 kelas ukuran panjang total udang jerbung sebagaimana pada Tabel 27. dan Gambar 17. Tabel 27. Penyebaran dan frekuensi masing – masing kelas ukuran panjang total udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. L1 - L2 ML 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Cm Cm 110 - 120 115 - - - - 1 - - - - - 120 - 130 125 - - - 1 5 - 1 4 - - 130 - 140 135 1 3 1 11 8 - 4 5 - - 140 - 150 145 3 1 7 10 3 1 4 17 - 1 150 - 160 155 10 10 9 3 10 8 13 8 3 9 160 - 170 165 8 15 11 16 14 11 23 5 7 16 170 - 180 175 11 9 15 14 9 10 8 3 10 8 180 - 190 185 15 13 7 9 4 8 5 3 10 10 190 - 200 195 6 2 7 4 5 9 1 5 6 8 200 - 210 205 4 5 2 1 1 8 1 7 3 1 210 - 220 215 1 1 - - - 4 - - 5 - 220 - 230 225 1 - - - - 1 - 3 - 1 230 - 240 235 - - - - - - - - - 1 60 59 59 69 60 60 60 60 44 55 L1 - L2 ML 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total Cm cm 110 - 120 115 - - - - - - - - 1 2 120 - 130 125 - - - - - - 2 - - 13 130 - 140 135 - - - - - - - - 6 39 140 - 150 145 2 5 1 - - 1 6 - 17 79 150 - 160 155 8 8 4 3 - 3 12 1 5 127 160 - 170 165 9 12 9 18 8 23 9 11 10 235 170 - 180 175 12 11 13 26 24 16 2 18 5 224 180 - 190 185 8 7 9 9 7 2 10 9 2 147 190 - 200 195 8 5 6 2 6 1 8 2 1 92 200 - 210 205 4 1 5 - 9 3 1 5 1 62 210 - 220 215 - 3 2 - 2 - - 2 1 21 220 - 230 225 - 1 1 1 4 1 - 2 - 16 230 - 240 235 - - - 1 - - - - 1 3 51 53 50 60 60 50 50 50 50 1060 1 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 2 cm 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 3 cm 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 4 cm 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 5 cm 5 10 15 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 Gambar 17. Penyebaran dan frekuensi masing – masing kelas ukuran panjang total udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. 6 2 4 6 8 10 12 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 7 cm 5 10 15 20 25 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 8 cm 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 9 cm 2 4 6 8 10 12 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 10 cm 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 Gambar 17. Penyebaran dan frekwensi masing – masing kelas ukuran panjang total udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya lanjutan. 11 2 4 6 8 10 12 14 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 12 cm 2 4 6 8 10 12 14 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 13 cm 2 4 6 8 10 12 14 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 14 cm 5 10 15 20 25 30 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 15 cm 5 10 15 20 25 30 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 Gambar 17. Penyebaran dan frekwensi masing – masing kelas ukuran panjang total udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya lanjutan 16 5 10 15 20 25 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 17 cm 2 4 6 8 10 12 14 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 18 cm 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 19 cm 5 10 15 20 115 125 135 145 155 165 175 185 195 205 215 225 235 cm Gambar 17. Penyebaran dan frekwensi masing – masing kelas ukuran panjang total udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya lanjutan Berdasarkan penyebaran dan frekwensi masing – masing kelas ukuran panjang total udang jerbung dapat ditentukan nilai tengah panjang total pada masing – masing kelompok tersebut sebagaimana pada Tabel 28. Tabel 28. Penyebaran nilai tengah panjang total udang jerbung pada setiap kelompok Sampel Penyebaran nilai tengah panjang total udang jerbung I II II IV 1 156 186 - - 2 135 165 186 - 3 159 181 - - 4 139 174 - - 5 131 149 174 - 6 166 197 - - 7 157 164 - - 8 146 195 - - 9 178 210 - - 10 161 176 - - 11 160 184 - - 12 168 207 - - 13 167 192 - - 14 173 230 - - 15 174 205 - - 16 168 199 - - 17 125 152 175 - 18 174 204 - - 19 141 152 182 215 Pergeseran nilai tengah panjang total pada masing – masing kelompok udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya yang tertangkap dan didaratkan di PPS Cilacap tersebut pada Gambar 18 dapat digunakan untuk menetukan beberapa cohort udang jerbung yang ada di perairan Cilacap dan sekitarnya. Jumlah cohort dari penyebaran panjang total udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya tersebut adalah sebanyak 3 tiga buah cohort sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 18. 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 minggu Gambar 18. Pergeseran nilai tengah panjang total udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. Untuk mengetahui secara teoritis aspek-aspek dinamika populasi tentang panjang maksimum L oo , laju pertumbuhan K dan umur pada waktu panjang = 0 t o udang jerbung pada cohort – cohort udang jerbung tersebut diatas dapat menggunakan metode Gulland and Holt 1967 sebagaimana pada Tabel 29 dan Gambar 19. Tabel 29. Analisis penentuan parameter pertumbuhan berdasarkan nilai tengah panjang total udang jerbung dengan menggunakan metode Gulland and Holt 1967 Cohort No Lt Lt+dt Lmt=Lt+Lt+dt2 dL= Lt+dt - Lt dt dLdt x y 1 1 156.30 164.64 160.47 8.34 1 8.34 1 2 164.64 174.19 169.42 9.55 2 4.78 1 3 174.19 195.34 184.77 21.15 4 5.29 1 4 195.34 206.70 201.02 11.36 4 2.84 1 5 206.70 215.00 210.85 8.30 7 1.19 2 1 135.00 165.86 150.43 30.86 4 7.72 2 2 165.86 178.00 171.93 12.14 3 4.05 2 3 178.00 184.17 181.09 6.17 2 3.08 2 4 184.17 191.60 187.89 7.43 2 3.72 2 5 191.60 199.00 195.30 7.40 3 2.47 2 6 199.00 203.71 201.36 4.71 2 2.36 3 1 130.84 160.75 145.80 29.91 5 5.98 3 2 160.75 168.40 164.58 7.65 2 3.83 3 3 168.40 173.00 170.70 4.60 2 2.30 3 4 173.00 174.40 173.70 1.40 1 1.40 3 5 174.40 182.22 178.31 7.82 4 1.96 Cohort 1 y = -0.1192x + 26.578 R 2 = 0.8617 Loo=222.97 mm 1 2 3 4 5 6 7 8 9 150 160 170 180 190 200 210 220 230 Lmeant dLdt Cohort 2 y = -0.1018x + 22.354 R 2 = 0.884 Loo=219.59 1 2 3 4 5 6 7 8 9 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 Lmeant dLdt y = -0.1406x + 26.524 R 2 = 0.9276 Loo=188.65 mm 1 2 3 4 5 6 7 140 160 180 200 Lmeant dLdt Cohort 3 Gambar 19. Hubungan pertambahan panjang dengan panjang total untuk penentuan L• menggunakan metode Gulland and Holt 1967 Berdasarkan persamaan nilai tengah panjang total X dan dLdt Y dapat untuk menentukan nilai panjang maksimum L oo , laju pertumbuhan K dan umur pada waktu panjang = 0 t o pada masing-masing cohort sebagaimana pada Gambar 19 tersebut. Sedangkan nilai-nilai parameter pertumbuhan pada cohort-cohort tersebut berdasarkan metode Gulland and Holt 1967 dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Nilai parameter pertumbuhan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya Cohort K=-b K tahun A Loo = -ab Ln Loo to 1 0.1192 1.4304 26.578 222.97 5.41 -0.56 2 0.1018 1.2216 22.354 219.59 5.39 -0.59 3 0.1406 1.6872 26.524 188.65 5.24 -0.66 Sehubungan nilai – nilai koefisien pertumbuhan K dan panang asimtot L• beragam diantara ketiga cohort tersebut, sehingga ditentukan nilai K dan L• dari salah satu cohort sebagai masukan untuk analisis penentuan nilai total mortalitas Z dan nilai yield per recruit YR. Untuk pemilihan salah satu cohort tersebut dengan pertimbangan pergeseran nilai tengah panjang total yang lebih jelas dan lebih banyak penyebaran nilai tengah panjang total didalam cohort yang dapat mencerminkan mekanisme pertumbuhan sehingga dipilih cohort no.1. Laju pertumbuhan atau K pada udang penaeid menurut Gracia and Le Reste 1981 berkisar antara 0,15 – 0,30 bulan atau 1,8 – 3,6 tahun dan untuk udang pada fase muda dengan laju pertumbuhan lebih cepat K relatif tinggi dibandingkan dengan udang fase dewasa atau tua. Udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya mempunyai nilai K yang berkisar antara 0,1018 – 0,1406 bulan atau 1,2216 – 1,6872 tahun dan nilai K tersebut juga sama atau tidak berbeda dengan hasil penelitian Siswanto 1984 sebesar 1,2 tahun. Nilai K yang relatif kecil tersebut dikarenakan udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya pada umumnya adalah udang jerbung yang telah dewasa atau tua. Situasi ini terlihat bahwa panjang udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagian besar berukuran diatas 170 mm dan bahkan ada udang jerbung yang tertangkap berukuran 200 - 240 mm Lampiran 13. Panjang asimtotik atau Loo untuk udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya berkisar antara 188,65 – 222,97 mm, sehingga udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya pada umumnya udang jerbung yang telah dewasa atau tua karena panjang udang jerbung tersebut mendekati panjang asimtotik. Untuk menentukan secara teoritis panjang pada umur pada waktu panjang = 0 atau t o dan panjang pada umur tertentu Lt udang jerbung pada cohort-cohort udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya dengan mengunakan persamaan Von Bartalanfy yang diacu dalam Gulland and Holt 1967 sebagaimana pada Tabel 31 dan Gambar 20. Tabel 31. Analisis penentuan parameter pertumbuhan berdasarkan nilai tengah panjang total udang jerbung dengan menggunakan persamaan metode Von Bartalanfy dalam Gulland and Holt 1967. Lt Loo To 1-Lt Loo Ln 1 - Lt Loo ln 1 - Lt Loo-K dtthn t = x y Cohort 1 156.30 222.9698 0 0.29901 -1.20728 0.84402 0.000 0.84402 1.20728 164.64 222.9698 0.26160 -1.34092 0.93745 0.056 0.99300 1.34092 174.19 222.9698 0.21877 -1.51972 1.06244 0.167 1.22911 1.51972 195.34 222.9698 0.12392 -2.08814 1.45983 0.389 1.84872 2.08814 206.70 222.9698 0.07297 -2.61773 1.83007 0.611 2.44118 2.61773 215.00 222.9698 0.03574 -3.33138 2.32898 1.000 3.32898 3.33138 Cohort 2 135.00 219.5874 0 0.38521 -0.95396 0.78091 0.000 0.78091 0.95396 165.86 219.5874 0.24467 -1.40783 1.15245 0.250 1.40245 1.40783 178.00 219.5874 0.18939 -1.66395 1.36211 0.438 1.79961 1.66395 184.17 219.5874 0.16129 -1.82455 1.49357 0.563 2.05607 1.82455 191.60 219.5874 0.12745 -2.06000 1.68631 0.688 2.37381 2.06000 199.00 219.5874 0.09376 -2.36707 1.93768 0.875 2.81268 2.36707 203.71 219.5874 0.07231 -2.62685 2.15034 1.000 3.15034 2.62685 Cohort 3 130.84 183.2632 0 0.28605 -1.25157 0.74181 0.000 0.74181 1.25157 160.75 183.2632 0.12285 -2.09682 1.24278 0.417 1.65945 2.09682 168.40 183.2632 0.08110 -2.51204 1.48888 0.583 2.07221 2.51204 173.00 183.2632 0.05600 -2.88236 1.70837 0.750 2.45837 2.88236 174.40 183.2632 0.04836 -3.02902 1.79529 0.833 2.62863 3.02902 177.60 183.2632 0.03090 -3.47694 2.06077 1.167 3.22744 3.47694 y = 0.8625x + 0.4816 R 2 = 0.9994 to=-0.56 1 2 3 4 -1 1 2 3 4 t -ln1-LtLoo Cohort 1 y = 0.6986x + 0.4088 R 2 = 0.9994 to=-0.59 1 2 3 -1 1 2 3 4 t -ln1-LtLoo Cohort 2 y = 0.9113x + 0.5993 R 2 = 0.9973 to=-0.66 1 2 3 4 -1 1 2 3 4 t -l n 1 -L t L oo Cohort 3 Gambar 20. Hubungan pertambahan panjang dengan panjang total untuk penentuan t o menggunakan persamaan pertumbuhan Von Bartalanfy dalam Gulland and Holt 1967. Berdasarkan analisis cohort – cohort udang jerbung tersebut dengan menggunakan metode Fisat 2. FAO-ICLARM Stock Assessment Tools for length converted catch curve pada Gambar 21 dapat untuk menentukan total mortalitas Z , dimana nilai Z didekati berdasarkan analisis kurva konversi panjang sebagai slope garis regresi Gambar 21. Length converted catch curve Berdasarkan Gambar 21 sebagaimana diuraikan diatas dapat ditentukan rata - rata ukuran panjang total terkecil udang jerbung pertama kali masuk daerah penangkapan Lc yaitu udang jerbung berukuran 11,4 cm. Untuk menentukan nilai kematian udang jerbung karena penangkapan F optimal dan juga menentukan nilai kematian total udang jerbung Z dapat dilakukan dengan simulasi nilai – nilai Lc yang berbeda dengan kurva Yield Recruitment YR sebagaimana pada Tabel 32 dan Gambar 22. Untuk Lc dalam trammel net ditafsirkan sebagai rata-rata ukuran udang yang pertama kali masuk perikanan dalam hal ini udang yang tertangkap dan Lr adalah ukuran udang yang masuk daerah penangkapan. Di perairan Cilacap dan sekitarnya pada umumnya udang yang masuk daerah penangkapan langsung ditangkap sehingga Lc = Lr sehingga tc = tr Tabel 32. Simulasi nilai - nilai Lc pada kurva YR Lc 8.0 8.5 9.0 9.5 10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 12.5 13.0 F opt 2.65 2.85 3.05 3.25 3.55 3.85 4.25 4.65 5.20 5.85 6.70 YR 13.278 13.650 14.030 14.416 14.804 15.192 15.578 15.958 16.330 16.688 17.029 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Lc = 13.0 Lc = 12.5 Lc = 12.0 Lc = 11.5 Lc = 11.0 Lc = 10.5 Lc = 10.0 Lc = 9.5 Lc = 9 Lc = 8.5 YR F Gambar 22. Kurva YR dengan nilai Lc yang berbeda Pada umumnya dengan simulasi nilai – nilai Lc yang berbeda dapat ditentukan pula nilai – nilai YR dan F opt pada masing – masing nilai Lc tersebut sebagaimana pada Tabel 32, dimana pada nilai Lc udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya yang berjalan saat ini adalah sebesar 11,4 cm sehingga dapat ditentukan besarnya nilai YR sebesar 15,958 dan nilai F optimal sebesar 4,65 serta mortalitas alami M sebesar 1,26. Status pemanfaatan atau status pengusahaan udang udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya pada Lc berjalan adalah Fc yang besarnya 4,53 sehingga status pemanfaatannya sudah intensif dan mendekati situasi padat tangkap karena nilai Fc sebesar 4,53 mendekati nilai F optimal sebesar 4,65. Nilai F optimum tersebut diatas sebesar 4,65 tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Sumiono dan Atmaja 1986 yang mengemukakan nilai F optimum berkisar antar 4,0 – 4,2 dengan nilai F berjalan atau Fc sebesar 3,6 – 3,9 sehingga status pemanfaatannya sudah intensif dan mendekati situasi padat tangkap karena nilai Fc mendekati nilai F optimum dan perlu dipertahankan jumlah kapal yang beroperasi di perairan tersebut. Demikian juga nilai YR sebesar 12,41 - 14,56 gram tidak berbeda jauh dengan nilai YR penelitian ini sebesar 15,958 gram. Untuk melihat pengaruh mortalitas udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya terhadap YR dengan nilai kematian karena penangkapan Fishing mortality dan bervariasinya ukuran panjang udang terkecil waktu penangkapan Lc dapat dilakukan dengan menggambarkan diagram isopleth udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 23. 1 2 3 4 5 6 7 8 F ish in g M o rta lity 8 1 0 1 2 1 4 1 6 L e n g th C a tc h c m Gambar 23. Diagram isopleth udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. Berdasarkan diagram isopleth udang jerbung pada Gambar 23 tersebut diatas dapat ditentukan F optimum pada nilai-nilai isopleth YR udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. Sehubungan nilai YR udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya sebesar 15,958 maka dapat ditetukan nilai F optimal sekitar 5 dan nilai F optimal ini tidak jauh berbeda dengan Nilai F optimum pada Lc yang sedang berjalan sebesar 4,65. Nilai Fc pada Lc berjalan adalah sebesar 4,53 maka status pemanfaatannya sudah intensif dan mendekati situasi padat tangkap karena nilai Fc sebesar 4,53 mendekati nilai F optimum. Analisis aspek dinamika populasi udang jerbung tersebut diatas adalah berdasarkan data-data biologi udang jerbung yang tertangkap di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur, sehingga nilai-nilai aspek dinamika populasi udang jerbung tersebut untuk udang jerbung di perairan bagian timur. Untuk aspek dinamika populasi udang jerbung di perairan bagian barat yang belum dianalisis dalam penelitian ini diharapkan dapat diteliti dan dianalisis diwaktu yang akan datang. Pada umumnya operasi penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya menurut para nelayan Cilacap pada perairan dengan kedalamam dibawah 40 meter karena udang jerbung di perairan tersebut berada pada perairan pantai dengan kedalaman antara 0 – 40 meter. Menurut Naamin 1972 mengemukakan bahwa penyebaran jenis – jenis udang komersial, termasuk udang jerbung di perairan sekitar Cilacap dan Pangandaran berdasarkan hasil survei R.V OH DAE SAN berada pada perairan sampai dengan kedalaman 40 meter. Hal ini sesuai dengan hasil survei laut yang diadakan pada tanggal 25 Nopember 2002 di perairan Cilacap dan sekitarnya dengan menggunakan KM. Tri Putra Karya yang berukuran 50 GT dengan alat tangkap trammel net dan mengadakan operasi penangkapan udang di perairan dengan kedalaman berkisar antara 52 – 70 meter yang hasilnya tidak tertangkap udang jerbung tetapi tertangkap udang dogol dan udang krosok, dimana hasil survei laut dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Hasil Survei Laut tanggal 25 Nopember 2002 KM. Tri Putra Karya ukuran 50 GT Alat tangkap : trammel net Jumlah : 30 piece Kecepatan kapal : 6,4 - 6,6 knot jam Berangkat jam 06.00 dan pulang jam 19.51 No Hauling Setting Keda Hasil Tangkapan Keterangan Jam Posisi Jam Laman Ikan Udang Jumlah Total m Jerbung Udang kg kg kg kg 1 08.06 07 o 53’LS - 70 - - - - warp putus sd 109 o 11’BT Kecepatan 08.17 1,3 knotjam 2 09.46 07 o 53’LS 11.06 70 12,4 - 2,2 14,6 Kecepatan sd 109 o 10’BT sd 1,0 knotjam 09.58 11.17 3 12.58 07 o 52’LS 14.13 65 12,5 - 2,6 15,1 Kecepatan sd 109 o 12’BT sd 1,0 knotjam 13.08 14.23 4 16.03 07 o 52’LS 15.21 63 11,8 - 2,5 14,3 Kecepatan sd 109 o 10’BT sd 1,0 knotjam 16.14 15.33 5 17.13 07 o 51’LS 17.24 52 13,2 - 3,4 16,8 Kecepatan sd 109 o 09’BT sd 1,0 knotjam 17.24 17.35 KM Tri Puta Karya pada awalnya adalah kapal ikan dengan alat tangkap trammel net , tetapi kapal ikan tersebut pada tahun 2000 berganti alat tangkap gillnet dengan alasan daerah penangkapan alat tangkap gillnet lebih luas jika dibandingkan alat tangkap trammel net dan jenis ikan yang ditangkap gillnet adalah ikan pelagis yang nilainya tidak kalah dengan udang, seperti ikan tenggiri, ikan tongkol, ikan bawal sehingga kadang – kadang nilai hasil tangkapan alat tangkap gillnet lebih tinggi dari pada nilai hasil tangkapan alat tangkap trammel net. Disamping itu ikan – ikan pelagis hasil tangkapan gillnet tersebut tidak ada penjualan ditengah laut. 4.3 Pemanfaatan Sumber Daya Udang Jerbung 4.3.1 Pengembangan pemanfaatan sumber daya udang jerbung. Pemanfaatan sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya pada umumnya sudah berkembang, terutama kegiatan penangkapan udang yang dilakukan oleh nelayan Cilacap. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan adalah trammel net dan untuk nelayan Ciamis dan Gombong Kebumen menggunakan motor tempel, tetapi untuk nelayan Cilacap sudah menggunakan kapal ikan. Berdasarkan evaluasi pemanfaatan sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya dengan menggunakan analisa upaya penangkapan dan hasil tangkapan kapal trammel net pada periode waktu tahun 1998 – 2002 terlihat pemanfaatan sumber daya udang di perairan tersebut sudah intensif dan bahkan sudah menunjukkan gejala - gejala padat tangkap tetapi berdasarkan hasil evaluasi data biologi udang jerbung yang tertangkap di perairan tersebut sudah mendekati padat tangkap karena nilai Fc sebesar 4,53 mendekati nilai F optimum sebesar 4,65. Untuk mencegah terjadinya keresahan para nelayan di lapangan dengan issu pemanfaatan sumber daya udang sudah padat tangkap dan kemungkinan terjadinya pengurangan upaya penangkapan, maka dalam menentukan tingkat pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya menggunakan evaluasi pemanfaatan berdasarkan data biologi udang jerbung yang tertangkap. Berdasarkan evaluasi data biologi udang jerbung tersebut pemanfaatannya belum padat tangkap tetapi sudah mendekati padat tangkap sehingga tidak diterbitkan izin baru penangkapan udang dengan alat tangkap trammel net. Sehubungan pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya sudan mendekati padat tangkap perlu dikakukan monitoring secara berkelanjutan untuk mengevaluasi tingkat pemanfaatannya. Apabila hasil evaluasi monitoring tersebut menunjukkan pemanfaatan sudah padat tangkap maka perlu dilakukan pengurangan upaya penangkapannya sebagaimana evalasi menggunakan analisa upaya penangkapan dan hasil tangkapan kapal trammel net periode waktu tahun 1998 – 2002. 1 Perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat. Hasil tangkapan kegiatan penangkapan udang dengan alat tangkap trammel net adalah udang jerbung dan juga udang lainnya terutama udang dogol sehingga dalam analisis udang jerbung juga dianalisis udang secara total. MSY udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian Barat di perairan Teluk Maurits diperkirakan sebesar 70,49 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 949 buah kapal standar trammel net dari Ciamis. Sedangkan potensi lestari atau MSY total udang sebesar 269 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 1972 buah kapal standar trammel net dari Ciamis. Untuk pengaturan kegiatan penangkapan udang tersebut dilakukan secara hati-hati untuk menjaga kelestarian sumber daya udang di perairan tersebut, maka dalam pengaturan kegiatan penangkapan udang sebaiknya menggunakan batasan yang terkecil yaitu MSY udang jerbung sebesar 70,49 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 949 buah kapal kapal standar yaitu motor tempel Ciamis. Hal ini dikarenakan pengaturan dengan batasan yang terkecil tidak akan membahayakan batasan yang besar yaitu MSY total udang sebesar 269 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 1.972 buah kapal standar trammel net dari Ciamis. Produksi udang jerbung hasil tangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat pada periode waktu tahun 1998 – 2002 berkisar antara 44,72 – 85,83 ton sudah melampaui MSY udang jerbung di perairan tersebut sebesar 70,49 ton tahun dan juga jumlah kapal trammel net yang beroperasi di perairan tersebut pada periode waktu tahun 1998 – 2002 berkisar antara 751 – 1004 buah kapal standar lebih besar dari upaya optimum sebesar 949 buah kapal standart sehingga tetapi jumlah upaya penangkapan atau jumlah kapal trammel net perlu dikendalikan dan dibatasi jumlahnya. Sehubungan jumlah upaya penangkapan yang ada di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat harus dikurangi jumlahnya, maka pengurangan tersebut sebaiknya ditujukan ke jumlah kapal trammel net dari Cilacap sehingga upaya penangkapan diprioritaskan untuk nelayan dari Ciamis yang masih menggunakan perahu motor tempel. Hal ini dikarenakan : 1 Perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat adalah perairan pantai Pengandaran yang masih merupakan wilayah Ciamis sehingga diprioritaskan untuk nelayan dari Ciamis. 2 Kegiatan penangkapan udang para nelayan dari Ciamis masih merupakan nelayan skala kecil karena masih menggunakan perahu motor tempel. 3 Produksi udang jerbung hasil tangkapan para nelayan dari Ciamis pada periode waktu tersebut berkisar antara 14,17 – 28,06 ton masih dibawah MSY udang jerbung di perairan tersebut sebesar 70,49 ton tahun. Kegiatan penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat oleh para nelayan dari Cilacap ini lebih maju dan berkembang dibandingkan para nelayan dari Ciamis karena para nelayan dari Cilacap ini sudah menggunakan kapal ikan dengan alat tangkap trammel net yang jumlahnya pada periode waktu tahun 1998 – 2002 adalah berkisar antara 13–18 buah kapal trammel net atau setara dengan 508–704 buah kapal standar perahu motor nelayan Ciamis dan jumlah upaya penangkapan dari Cilacap ini lebih besar dari pada jumlah upaya penangkapan para nelayan dari Ciamis berkisar antara 248 – 263 buah kapal standar perahu motor nelayan Ciamis. Sehubungan kegiatan penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat sudah intensif dan pada kondisi padat tangkap sehingga perlu jumlah kapal trammel net yang beroperasi di perairan tersebut dikendalikan dan jumlahnya perlu dikurangi, maka pengurangan jumlah upaya penangkapan atau kapal trammel net yang beroperasi di perairan tersebut diutamakan adalah kapal trammel net dari Cilacap karena : 1 Nelayan Cilacap dengan kapal trammel net yang beroperasi di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat adalah merupakan nelayan pendatang. 2 Kegiatan penangkapan udang para nelayan dari Cilacap dapat dikatogorikan nelayan skala menengah keatas karena sudah menggunakan kapal ikan. 3 Produksi udang jerbung hasil tangkapan para nelayan dari Cilacap pada periode waktu tersebut berkisar antara 30,55 – 63,36 ton mendekati besarnya MSY udang jerbung di perairan tersebut sebesar 70,49 ton tahun . Untuk mengendalikan pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat tersebut perlu diupayakan pemanfaatan yang optimum tanpa membahayakan kelestarian sumber daya ikan di perairan tersebut. Untuk mendapatkan upaya pemanfaatan yang optimum dengan menggunakan model goal programming adalah sebagai berikut : 1 Skenario 1. Pada skenario 1 ini adalah mengupayakan pemanfaatan yang optimum dengan memprioritaskan upaya penangkapan nelayan Pangandaran – Ciamis yang masih menggunakan perahu motor tempel dengan alat tangkap trammel net. Hal ini dengan pertimbangan kegiatan nelayan Pangandaran – Ciamis masih merupakan kegiatan skala kecil dengan menggunakan perahu motor tempel dengan alat tangkap trammel net jika dibandingkan dengan kegiatan nelayan Cilacap yang sudah lebih berkembang dengan menggunakan kapal motor dengan alat tangkap trammel net. Sehubungan yang memanfaatkan sumber daya udang di perairan tersebut adalah nelayan dari Pangandaran – Ciamis dan nelayan Cilacap, maka untuk mengupayakan pemanfaatan sumber daya udang jerbung yang optimum dengan model goal programming Lampiran 14 diperoleh alokasi upaya penangkapan optimum untuk masing – masing daerah sebagai berikut : - untuk nelayan Pangandaran – Ciamis dialokasikan sebesar 881 buah kapal standar perahu motor tempel nelayan Pangandaran dan jumlah jumlah perahu motor tempel nelayan Pangandaran yang ada sekarang sebesar 263 buah kapal standar perahu motor tempel sehingga ada peluang pengembangan sebesar 618 buah kapal standar perahu motor tempel. - untuk nelayan Cilacap dialokasikan jumlah upaya penangkapan optimum 949 buah kapal standar dikurangi alokasi nelayan Pengandaran Ciamis 881 buah kapal standar yaitu sebesar 68 buah kapal standar perahu motor tempel nelayan Pangandaran. - FPI kapal Cilacap adalah 39,9 kapal standar motor tempel Pangandaran Lampiran 7, maka 68 buah kapal standar motor tempel Pangandaran dibagi 39,9 yaitu sebesar 1,704 yang dibulatkan menjadi 2 buah kapal nelayan Cilacap. - Jumlah kapal nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Cilacap bagian barat sebesar 18 buah kapal, sehingga kelebihan 16 buah kapal nelayan Cilacap yaitu kapal trammel net yang berukuran 10 – 20 GT. 2. Skenario 2. Pada skenario 2 ini adalah mengupayakan pemanfaatan yang optimum dengan mengasumsikan prioritas yang sama antara nelayan Pangandaran – Ciamis dan nelayan Cilacap. Untuk mengupayakan pemanfaatan sumber daya udang jerbung yang optimum dengan model goal programming Lampiran 15 diperoleh alokasi upaya penangkapan optimum untuk masing – masing daerah sebagai berikut : - Untuk nelayan Pangandaran – Ciamis dialokasikan sebesar 475 buah perahu motor tempel nelayan Pangandaran dan jumlah jumlah perahu motor tempel nelayan Pangandaran yang ada sekarang sebesar 263 buah perahu motor tempel sehingga ada peluang pengembangan sebesar 212 buah perahu motor tempel. - Untuk nelayan Cilacap dialokasikan sebesar 9,999 atau 10 buah kapal nelayan Cilacap yang berukuran 10 – 20 GT dan jumlah kapal nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Cilacap bagian barat sebesar 18 buah kapal, sehingga kelebihan 8 buah kapal nelayan Cilacap yang berukuran 10 – 20 GT. Untuk mendapatkan pemanfaatan yang optimum disarankan menggunakan skenario 2 karena pada skenario 2 tersebut jumlah upaya penangkapan para nelayan Pengandaran – Ciamis masih dapat dikembangkan sebanyak 212 buah perahu motor tempel dan kapal motor para nelayan Cilacap pengurangannya sebanyak 8 buah kapal jika dibandingkan skenario 1 pengurangannya sebanyak 16 buah kapal. Untuk pengurangan kapal motor dari Cilacap dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan penambahan jumlah upaya penangkapan para nelayan Pangandaran – Ciamis. Pengurangan kapal motor dari nelayan Cilacap secara bertahap ini pada tahun pertama sebanyak jumlah kapal motor sebanyak 8 buah kapal dikurangi jumlah alokasi pengembangan upaya penangkapan nelayan Pangandaran – Ciamis sebanyak 212 buah kapal standar perahu motor atau 5 buah kapal motor nelayan Cilacap, sehingga pengurangannya sebanyak 3 buah kapal motor Cilacap. Untuk pengurangan tahun–tahun selanjutnya disesuaikan dengan peningkatan jumlah upaya penangkapan nelayan Pangandaran – Ciamis dengan perbandingan FPI kapal Cilacap dan motor tempel Pangandaran sebesar 1 buah kapal Cilacap sama dengan 39,9 yang dibulatkan menjadi 40 buah motor tempel nelayan Pangandaran Lampiran 7 Pemanfaatan udang jerbung yang optimum di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat tersebut diatas dengan alat tangkap trammel net disarankan motor tempel Ciamis sebanyak 475 buah dan kapal motor Cilacap sebanyak 10 buah kapal. Untuk membuktikan bahwa alokasi pengembangan tersebut dilakukan simulasi jumlah upaya penangkapan optimum dengan uji deviasi ternyata kombinasi jumlah motor tempel Ciamis sebanyak 475 buah dan kapal motor Cilacap sebanyak 10 buah adalah yang terbaik dan akan mengoptimumkan pemanfaatan yang berkelanjutan dalam aspek produktivitas dan aspek usaha penangkapan Lampiran 18, oleh karena itu hipotesa dalam penelitian ini dapat diterima karena telah dibuktikan. 2 Perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur. Hasil tangkapan kegiatan penangkapan udang dengan alat tangkap trammel net adalah udang jerbung dan juga udang lainnya terutama udang dogol sehingga dalam analisis udang jerbung juga dianalisis udang secara total. MSY udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur diperkirakan sebesar 478,05 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 247 buah kapal trammel net standar yang berukuran 11 – 20 GT. Sedangkan potensi lestari atau MSY total udang sebesar 904,72 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 454 buah kapal trammel net standar yang berukuran 11 – 20 GT. Untuk pengaturan kegiatan penangkapan udang tersebut dilakukan secara hati-hati untuk menjaga kelestarian sumber daya udang di perairan, maka dalam pengaturan kegiatan penangkapan udang sebaiknya menggunakan batasan yang terkecil yaitu MSY udang jerbung sebesar 478.05 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 247 buah kapal trammel net standar yang berukuran 11 – 20 GT. Hal ini dikarenakan pengaturan dengan batasan yang terkecil tidak akan membahayakan batasan yang besar yaitu MSY total udang sebesar 904,72 ton tahun dengan upaya penangkapan optimum sebesar 454 buah kapal trammel net standar yang berukuran 11 – 20 GT. MSY udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur diperkirakan sebesar 478,05 ton tahun dengan upaya penangkapan optium sebesar 247 buah kapal trammel net standar yang berukuran 11 – 20 GT. Jumlah kapal trammel net yang beroperasi di perairan tersebut pada periode waktu tahun 1997 – 2002 berkisar antara 329 – 385 buah kapal trammel net standar sudah melampaui upaya penangkapan optimum 247 buah kapal standar. Pada tahun 2002 jumlah kapal yang ada sebesar 334 buah kapal standar sehingga kelebihan sebesar 87 buah kapal trammel net standar yang berukuran 11 – 20 GT. Produksi udang jerbung hasil tangkapan di perairan tersebut pada periode waktu tahun 1997 - 2002 berkisar antara 330,11 – 575,60 ton juga sudah melampaui besarnya MSY udang jerbung di perairan tersebut sebesar 478,05 tontahun. Jumlah produksi udang jerbung yang sudah melampaui besarnya MSY tersebut adalah produksi pada tahun 1997 sebesar 575,60 tetapi pada tahun-tahun berikutnya jumlah produksinya menurun dibawah MSY dan produksi udang jerbung pada tahun 2002 sebesar 352,54 ton berada dibawah MSY sebesar 478,05 ton. Besarnya produksi udang jerbung mulai tahun 1998 sampai tahun 2002 ada dibawa besarnya MSY, tetapi jumlah upaya penangkapan yang ada dari tahun 1997 sampai tahun 2002 antara 329–385 buah kapal standar sudah melampaui jumlah upaya optimum sebesar 247 buah kapal standar, maka pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan tersebut sudah intensif dan juga sudah padat tangkap. Untuk menjaga keledstarian sumber daya udang di perairan tersebut maka jumlah kapal trammel net yang beroperasi di perairan tersebut harus disesuaikan dengan upaya penangkapan optimum. Jumlah upaya penangkapan yang ada pada tahun 2002 sebesar 334 buah kapal standar dan jumlah upaya penangkapan optimum sebesar 247 buah kapal standar sehingga perlu jumlah upaya penangkapan yang ada dikurangi sebesar 87 buah kapal standar yaitu kapal trammel net yang berukuran 11 – 20 GT. Kegiatan penangkapan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur ini diakukan oleh para nelayan dari Cilacap dan Gombong Kebumen, dimana nelayan dari Gombong Kebumen masih termasuk nelayan skala kecil karena masih menggunakan perahu motor tempel dan nelayan dari Cilacap sudah berkembang dan masuk dalam katagori nelayan skala menengah keatas. Oleh karena itu dalam pemanfaatan sumber daya udang jerbung atau kegiatan penangkapan udang jerbung di perairan tersebut diprioritaskan kepada nelayan skala kecil yaitu nelayan dari Gombong Kebumen. Berdasarkan situasi dan permasalahan tersebut diatas, maka untuk pemanfaatan sumber daya udang jerbung atau penangkapan udang jerbung di perairan tersebut diprioritaskan untuk usaha skala kecil dari nelayan Gombong dan nelayan Cilacap, sehingga pengurangan jumlah kapal trammel net yang beroperasi di perairan tersebut diutamakan pengurangan kapal trammel net dari nelayan Cilacap. Sehubungan penyebaran udang jerbung di perairan tersebut pada kedalaman perairan dibawah 40 meter, maka pengurangan kapal trammel net tersebut diutamakan untuk kapal trammel net yang berukuran diatas 20 GT. Hal ini dikarenakan penyebaran udang jerbung diperairan tersebut terdapat pada kedalaman kurang dari 40 meter sehingga sudah bisa dan dapat ditangkap dengan kapal trammel net yang berukuran 10 - 20 GT ke bawah. Untuk mengendalikan pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur tersebut perlu diupayakan pemanfaatan yang optimum tanpa membahayakan kelestarian sumber daya ikan di perairan tersebut. Untuk mendapatkan upaya pemanfaatan yang optimum dengan menggunakan model goal programming adalah sebagai berikut : 1 Skenario 1. Pada skenario 1 ini adalah mengupayakan pemanfaatan yang optimum dengan mengasumsikan semua jenis upaya penangkapan yang ada dan beroperasi di perairan Cilacap dan sekitarnya bagaian timur. Sehubungan upaya penangkapan yang beroperasi di perairan tersebut berasal dari Gombong – Kebumen dan Cilacap, maka semua jenis dan ukuran upaya penangkapan dari Gombong – Kebumen dan Cilacap mempunyai peluang yang sama di dalam pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur. Untuk mengupayakan pemanfaatan sumber daya udang jerbung yang optimum dengan model goal programming Lampiran 16 diperoleh alokasi upaya penangkapan untuk masing – masing jenis dan ukuran upaya penangkapan sebagai berikut : - Untuk kapal trammel net ukuran kurang dari 10 GT dialokasikan sebesar 520 buah kapal setara dengan 416 buah kapal standar ukuran 11 – 20 GT dan jumlah kapal motor trammel net berukuran kurang dari 10 GT yang ada dan beroperasi di perairan tersebut pada Tahun 2002 sebesar 10 buah kapal, maka peluang pengembangannya upaya penangkapan sebesar 510 buah kapal trammel net berukuran dibawah 10 GT. - Untuk jenis dan ukuran upaya penangkapan yang lain tidak ada alokasinya karena alokasi kapal ukuran kurang dari 10 GT sebesar 520 buah kapal setara dengan 416 buah kapal standar sudah melebihi upaya penangkapan sebesar 247 buah kapal standar ukuran 11 – 20 GT atau kelebihan 169 buah kapal standar berukuran 11 – 20 GT. 2 Skenario 2. Pada skenario 2 ini adalah mengupayakan pemanfaatan yang optimum dengan meprioritaskan kepada para nelayan skala kecil yang ada di Gombong – Kebumen dan Cilacap yang masih menggunakan perahu motor dengan alat tangkap trammel net. Hal ini dengan pertimbangan untuk melindungi kegiatan nelayan skala kecil yang masih menggunakan perahu motor tempel yang daerah operasi penangkapannya terbatas di daerah sekitar pantai jika dibandingkan dengan kegiatan para nelayan yang sudah lebih berkembang dengan menggunakan kapal motor yang jangkauan operasi penangkapannya lebih luas ke perairan lepas pantai. Berdasarkan hasil survei laut di perairan tersebut Tabel 33 bahwa udang jerbung di perairan tersebut tertangkap pada kedalaman kurang dari 40 meter yang dapat ditangkap dengan kapal trammel net berukuran 11 – 20 GT, maka untuk pengembangan upaya penangkapan di perairan tersebut juga diprioritaskan kepada perahu motor tempel dan kapal motor trammel net berukuran dibawah 20 GT. Untuk itu dalam pengembangan pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan tersebut diprioritaskan kepada motor tempel, kapal motor berukuran kurang dari 10 GT dan kapal motor berukuran 11 – 20 GT. Untuk mengupayakan pemanfaatan sumber daya udang jerbung yang optimum dengan model goal programming Lampiran 17 diperoleh alokasi upaya penangkapan optimum untuk masing–masing jenis dan ukuran upaya penangkapan sebagai berikut : - Untuk motor tempel nelayan Gombong - Kebumen dialokasikan sebesar 52 buah perahu motor tempel dan jumlah perahu motor tempel nelayan Gombong Kebumen pada tahun 2002 sebesar 52 buah perahu motor tempel sehingga tidak ada peluang pengembangannya. - Untuk motor tempel nelayan Cilacap dialokasikan sebesar 113 buah perahu motor tempel dan jumlah perahu motor tempel nelayan Cilacap pada tahun 2002 sebesar 113 buah perahu motor tempel sehingga tidak ada peluang pengembangannya. - Untuk kapal motor nelayan Cilacap yang berukuran kurang dari 10 GT dialokasikan sebesar 234,8 yang dibulatkan menjadi 235 buah kapal dan jumlah kapal motor berukuran kurang dari 10 GT pada tahun 2002 sebesar 10 buah kapal, sehingga ada peluang pengembangan sebesar 235 buah kapal berukuran kurang dari 10 GT. - Untuk kapal motor nelayan Cilacap yang berukuran 11 – 20 GT dialokasikan sebesar 88 buah kapal dan jumlah kapal motor berukuran 11 – 20 GT pada tahun 2002 sebesar 88 buah kapal, sehingga tidak ada peluang pengembangannya. - Untuk kapal berukuran 21 – 30 GT dan kapal berukuran diatas 30 GT tidak dialokasikan untuk pemanfaatan sehingga tertutup untuk beroperasi menangkap udang di perairan tersebut. Untuk mendapatkan pemanfaatan yang optimum disarankan menggunakan skenario 2 karena pada skenario 1 pengembangan upaya penangkapan hanya untuk motor tempel yang daerah operasi penangkapannya sangat terbatas di perairan pantai dan tidak mampu beroperasi pada perairan dimana udang jerbung menyebar sampai pada kedalaman 40 meter. Pada skenario 2 pengembangan upaya penangkapan dari motor tempel sampaii kapal motor ukuran 11 – 20 GT yang dapat beroperasi penangkapan udang pada perairan sampai kedalaman 40 meter. Pengurangan jumlah upaya penangkapan yang ada di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur sebanyak 48 buah kapal motor berukuran 21 – 30 GT dan 18 buah kapal yang berukuran diatas 30 GT dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan penambahan kapal motor berukuran kurang dari 10 GT. Perbandingan yang digunakan dalam pelaksanaan pengurangan kapal motor secara bertahap tersebut dapat menggunakan Fishing Power Index FPI sebagai berikut : - Kapal motor berukuran dibawah 10 GT : 0,75 - Kapal motor berukuran 11 – 20 GT : 1,00 - Kapal motor berukuran 21 – 30 GT : 1,70 - Kapal motor berukuran diatas 30 GT : 2,66 Pemanfaatan udang jerbung yang optimum di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur tersebut diatas dengan alat tangkap trammel net disarankan motor tempel Gombong sebanyak 52 buah, motor tempel Cilacap sebanyak 113 buah, kapal motor ukuran 10 GT sebanyak 235 buah, kapal motor ukuran 11 – 20 GT sebanyak 88 buah dan untuk kapal motor ukuran 21 – 30 GT dan kapal motor ukuran 30 GT tidak dialokasikan atau tertutup untuk beroperasi di perairan tersebut. Untuk membuktikan bahwa alokasi pemanfataan yang optimum tersebut dilakukan simulasi jumlah upaya penangkapan optimum dengan uji deviasi ternyata kombinasi alokasi untuk masing- masing ukuran kapal motor tersebut adalah yang terbaik dan akan mengoptimumkan pemanfaatan yang berkelanjutan dalam aspek produktivitas dan aspek usaha penangkapan Lampiran 18, oleh karena itu hipotesa dalam penelitian ini dapat diterima karena telah dibuktikan. Untuk kapal trammel net yang berukuran diatas 20 GT dapat dialihkan usahanya dari kegiatan menangkap udang ke kegiatan menangkap ikan pelagis dengan alat tangkap gillnet . Hal ini dikarenakan pada waktu akhir – akhir ini banyak kapal trammel net yang berukuran diatas 20 GT mengalihkan usahanya untuk menangkap ikan pelagis dengan alat tangkap gillnet. Sebagai contoh : 1 Pada tahun 2001 di Cilacap ada sebanyak 160 buah kapal trammel net yang berukuran diatas 20 GT dan pada tahun 2002 jumlahnya menurun menjadi 118 buah kapal sehingga terjadi pengurangan sebanyak 42 buah kapal trammel net yang mengalihkan usahanya dari kegiatan menangkap udang dengan alat tangkap trammel net ke kegiatan menangkap ikan pelagis kecil dan besar dengan alat tangkap gillnet. 2 Pada tahun 2001 di Cilacap ada sebanyak 104 buah kapal trammel net yang berukuran 11 – 20 GT dan pada tahun 2002 jumlah tersebut menurun menjadi 70 buah kapal sehingga terjadi pengurangan sebanyak 34 buah kapal trammel net yang mengalihkan usahanya dari kegiatan menangkap udang dengan alat tangkap trammel net ke usaha menangkap ikan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet. Pengalihan usaha penangkapan udang dengan alat tangkap trammel net ke usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap gillnet dengan daerah operasi penangkapan di perairan Samudera Hindia karena pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di perairan Samudera Hindia pada tahun 2001 menurut Dahuri 2003 masih dalam taraf berkembang. MSY ikan pelagis kecil di perairan tersebut sebesar 526.570 ton tahun dan produksi ikan pelagis pada tahun 2001 sebesar 264.560 ton, sehingga tingkat pemanfaatannya sebesar 49,49 . Disamping itu hasil pendapatan kegiatan usaha dengan alat tangkap gillnet lebih menguntungkan dari pada kegiatan dengan alat tangkap trammel net Lampiran 19 sebagai berikut : 1 Pendapatan bersih untuk kapal motor berukuran 21 – 30 GT dengan alat tangkap gillnet sebesar Rp. 125.192.000 ,- lebih besar dari pada pendapatan dengan alat tangkap trammel net sebesar Rp. 80.972.000 ,- 2 Pendapatan bersih untuk kapal motor berukuran diatas 30 GT dengan alat tangkap gillnet sebesar Rp. 160.866.000 ,- lebih besar dari pada pendapatan dengan alat tangkap trammel net sebesar Rp. 159.184.000 ,- Untuk pengurangan jumlah kapal trammel net yang berukuran diatas 20 GT dilakukan secara bertahap disesuaikan hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana diuraikan diatas, disamping itu juga Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah melakukan kegiatan – kegiatan percobaan dan percontohan untuk menangkap ikan pelagis kecil dengan alat tangkap gillnet. Untuk menarik pemilik kapal trammel net tersebut agar mau mengalihkan usahanya untuk menangkap ikan pelagis dengan alat tangkap gillnet, maka kegiatan percobaan dan percontohan menangkap ikan pelagis dengan alat tangkap gillnet tersebut dapat menggunakan kapal trammel net yang berukuran diatas 20 GT milik nelayan Cilacap, sehingga nelayan dan pemilik kapal ikut terlibat dalam kegiatan percobaan dan percontohan tersebut. Untuk lebih berhasilnya kegiatan pengurangan jumlah kapal trammel net dan juga mencegah terjadinya keresahan sosial diantara para nelayan dan pemilik kapal trammel net , maka Pemerintah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah harus memberikan intensif dan rangsangan kepada nelayan dan pemilik kapal trammel net tersebut, antara lain adalah : 1 memberikan kemudahan dan keringanan dalam mengurus ijin penangkapan di laut. 2 memberikan pelatihan kepada nelayan didalam pengoperasian gillnet di laut. 3 memberikan kridit pembelian alat tangkap gillnet dan perbaikan kapal ikannya. 3 Perairan Segara Anakan. Kegiatan penangkapan udang di perairan Segara Anakan menggunakan jaring apong yang jumlahnya pada tahun 2001 dan 2002 yang diikuti dengan penurunan CPUE jaring apong dan produksi udang hasil tangkapan di perairan Segara Anakan. Penurunan produktivitas jaring apong ini menurut beberapa nelayan dikarenakan terjadinya pendangkalan kedalaman perairan Segara Anakan sehingga mengakibatkan sulitnya pengoperasian jaring apong di perairan Segara Anakan. Pendangkalan perairan Segara Anakan tersebut merupakan degredasi lingkungan habitat ikan dan udang di perairan Segara Anakan sehingga hal ini akan mempengaruhi produksi ikan dan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya. Hal ini dikarenakan perairan Segara Anakan adalah merupakan daerah asuhan bagi ikan dan udang yang ada di perairan Cilacap dan sekitarnya, sehingga dengan rusaknya habitat perairan daerah asuhan akan memperbesar tingkat kematian ikan dan udang di perairan Segara Anakan dan pada akhirnya akan mengakibatkan semakin kecil jumlah ikan dan udang yang dewasa yang pergi ke perairan Cilacap dan sekitarnya. Dalam rangka menjaga kelestarian sumber daya ikan dan udang di perairan Segara Anakan ini perlu sekali perhatian pada lingkungan habitat ikan dan udang serta membatasi kegiatan pada daerah perbatasan antara perairan Segara Anakan dan Perairan Cilacap dan sekitarnya yaitu perairan pintu keluar dari perairan Segara Anakan dan Perairan Cilacap dan sekitarnya yang disebut dengan perairan Plawangan. Untuk perairan Plawangan timur ikut wilayah administrasi Cilacap dan perairan Plawangan barat ikut wilayah administrasi Ciamis. Pengendalian kegiatan penangkapan ikan dan udang di perairan sekitar Plawangan ini sangat penting karena perairan Plawangan ini sebagai pintu masuk dan keluar ikan dan udang yang akan ke perairan Segara Anakan dan perairan Cilacap dan sekitarnya, terutama untuk ikan dan udang yang menginjak dewasa untuk pergi ke perairan Cilacap dan sekitarnya untuk bertelur dan memijah di laut. Oleh karena itu pengendalian kegiatan penangkapan ikan dan udang di perairan Plawangan ini akan sangat berpengaruh kepada produksi ikan dan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya serta pada akhirnya akan berpengaruh pada besarnya potensi sumber daya ikan dan udang di perairan tersebut. Dalam rangka pengendalian kegiatan penangkapan ikan dan udang di perairan Plawangan timur, maka Pemerintah Daerah PERDA Cilacap telah menetapkan perairan Plawangan timur sebagai daerah perairan lindung mutlak dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap No. 6 Tahun 2001 tentang tata ruang Segara Anakan, dimana daerah Plawangan Timur dari Karangbolong sampai sepanjang Sungai Sapuragel Besar yang berada pada posisi 07 o 45’17” LS dan 108 o 58’38” BT merupakan perairan lindung mutlak. Sedangkan pelaksanaan PERDA Cilacap tersebut tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan karena sampai saat kini masih banyak kegiatan penangkapan ikan dan udangdi perairan tersebut, termasuk kegiatan penangkapan udang di perairan tersebut dengan menggunakan alat tangkap jaring apong. Untuk kegiatan penangkapan ikan dan udang di perairan Plawangan barat yang masuk dalam wilayah administrasi Pemerintah Daerah PEMDA Kabupaten Ciamis belum ada PERDA Ciamis yang mengatur dan mengendalikan kegiatan penangkapan ikan dan udang di peraran tersebut sehingga situasi ini akan sangat membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan udang di peraran tersebut. Oleh karena itu PEMDA Ciamis perlu segera mengatur dan mengendalikan kegiatan penangkapan ikan dan udang di perairan tersebut dengan segera menerbitkan PERDA Ciamis yang mengendalikan kegiatan penangkapan ikan dan udang di perairan tersebut.

4.3.2 Pengembangan pengaturan pemanfaatan sumber daya udang jerbung.