ground . Sesudah larva udang tersebut berkembang menjadi udang muda atau yuwana
akan beruaya kembali ke tengah laut untuk memijah. Sehubungan dengan daur hidup dan penyebaran udang jerbung di perairan Cilacap
dan sekitarnya sebagaimana diuraikan diatas, maka daerah penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya dapat dibedakan menjadi 3 tiga daerah penangkapan
udang jerbung yaitu : 1 Perairan pantai dari P. Nusakambangan atau Teluk Penyu Cilacap ke arah timur
sampai selatan Yogyakarta. 2 Perairan pantai dari P. Nusakambangan kearah barat di perairan Teluk Maurits.
3 Perairan Segara Anakan.
4.1.3 Pemanfaatan sumber daya udang jerbung.
Daerah penyebaran dan daerah penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagaimana telah diuraikan diatas Gambar-1 adalah di perairan selatan Jawa
mulai dari sebelah barat di perairan pantai Teluk Maurits ke arah timur di perairan pantai Cilacap dan perairan Segara Anakan sampai di perairan pantai selatan Yogyakarta.
Sehubungan dengan daerah penyebaran dan daerah penangkapan udang jerbung tersebut melewati batas – batas administrasi daratan dari beberapa daerah kabupaten kota dan
bahkan wilayah propinsi, maka nelayan – nelayan yang mengadakan operasi penangkapan udang jerbung di perairan tersebut juga berasal dari beberapa daerah kabupaten kota
yaitu nelayan – nelayan yang berasal dari daerah Kebumen, Cilacap dan Ciamis. Kegiatan penangkapan udang jerbung oleh para nelayan dari Kebumen, Cilacap dan
Ciamis pada umumnya menggunakan alat tangkap trammel net, dimana hasil tangkapan
trammel net tersebut juga tertangkap jenis udang lainnya dan ikan. Udang jenis lainnya yang banyak tertangkap adalah udang dogol Metapenaeus ensis de Man.
1 Kebumen.
Nelayan Kebupaten Kebumen yang mengadakan operasi penangkapan ikan dan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya ini adalah nelayan dari daerah Argopeni, Karang
Duwur dan Pasir. Kegiatan penangkapan ikan dan udang yang dilakukan para nelayan dari daerah Kabupaten Kebumen ini pada umumnya masih dapat dikatagorikan nelayan
tradisional karena mesih menggunakan alat tangkap yang sederhana dengan perahu yang dilengkapi dengan motor tempel sebagaimana pada Gambar 7.
Gambar 7. Armada penangkapan ikan dan udang perrahu jukung yang digunakan para nelayan Kebumen yang beroperasi di perairan
Cilacap dan sekitarnya.
Perkembangan jumlah perahu motor tempel dan jumlah alat tangkap yang digunakan para nelayan tersebut pada periode tahun 1979 – 2002 rata – rata mengalami
kenaikan 12,34 per tahun untuk perahu motor tempel dan 4,89 per tahun untuk jumlah alat tangkap. Jenis alat tangkap yang banyak digunakan para nelayan adalah alat
tangkap gillnet, trammel net, lampara dasar dan pancing yang perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan armada penangkapan dan jenis alat tangkap di Kabupaten Kebumen pada tahun 1997 – 2002.
Satuan : buah Tahun
Perahu Jenis Alat Tangkap
Motor Gillnet
Trammel Lampara Pancing Lain Jumlah
Tempel Net
Dasar lain
1997 483
626 355
249 208
226 1.664
1998 638
626 355
-- 369
226 1.576
1999 657
805 443
-- 261
290 1.799
2000 743
799 319
206 361
42 1.727
2001 787
626 355
249 208
47 1.485
2002 847
844 520
261 292
67 1.984
Rata-rata kenaikan
12,34 8,20
10,91 2.57
16,89 - 0.55
4,89 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen 2003.
Perkembangan jumlah armada penangkapan di laut dan jumlah alat tangkap di Kebumen pada periode waktu Tahun 1997 – 2002 tersebut juga diikuti dengan
perkembangan produksi hasil tangkapan di laut sebagaimana pada Tabel 3 tersebut, dimana produksi hasil tangkapan di laut tersebut meningkat rata – rata 72,28 per tahun.
Produksi hasil tangkapan di laut pada tahun 1997 sebesar 4.137,66 ton dan meningkat menjadi 5.232,16 ton pada tahun 2002. Jenis ikan yang banyak tertangkap dan didaratkan
di TPI – TPI daerah Kebumen ini pada umumnya adalah ikan tongkol, tenggiri, layur, bawal putih, cucut, pari dan kadang-kadang juga ubur-ubur. Jenis udang yang banyak
tertangkap adalah jenis udang krosok, udang barat, udang jerbung dan udang rebon.
Perkembangan jumlah ikan hasil tangkapan di laut yang didaratkan di wilayah Kebumen ini sebagaimana pada Tabel 4 rata – rata meningkat 78,05 per tahun, dimana
pada tahun 1997 sebesar 3.866.795,10 kg dan meningkat menjadi 5.056.672,35 kg pada tahun 2002. Produksi udang hasil tangkapan di laut yang didaratkan di wilayah Kebumen
pada tahun 1997 sebesar 270.866,20 kg dan pada tahun 2002 turun menjadi 175.488,10 kg tetapi secara menyeluruh produksi tersebut selama periode waktu tersebut mengalami
rata – rata peningkatan sebesar 24,08 per tahun. Tabel 4. Perkembangan produksi hasil tangkapan di laut daerah Kebumen pada
Tahun 1997 – 2002. Satuan : kg
Tahun Ikan
Udang Total
kg kg
kg 1997
3.866.795,10 270.866,20
4.137.661,30 1998
719.460,03 118.441,75
837.901,78 1999
2.841.682,65 384.778,70
3.226.461,35 2000
1.245.473,50 200.111,25
1.445.584,75 2001
1.711.976,60 132.195,10
1.844.171,70 2002
5.056.672,35 175.488,10
5.232.160,45 rata-rata
kenaikan 78,05
24,08 72,28
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen 2003. Sehubungan dengan masih sederhananya jenis alat tangkap dan perahu motor
tempel yang digunakan oleh para nelayan dari Kebumen tersebut diatas, maka daerah operasi penangkapannyapun juga masih sangat terbatas yaitu hanya disekitar perairan
pantai. Operasi penangkapan ikan dan udang di laut oleh nelayan tersebut hanya dilakukan satu hari atau one day fishing yaitu berangkat ke laut pada waktu sore malam
hari dan kembali darat pangkalan pada waktu pagi hari.
Nelayan Kebumen yang mengadakan operasi penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya adalah juga para nelayan dari daerah Argopeni, Karang
Duwur dan Pasir. Kapal ikan yang digunakan pada umumnya adalah perahu jukung yang dilengkapi dengan motor tempel sebagaimana pada Gambar 8. Alat tangkap yang
digunakan untuk menangkap udang di laut adalah alat tangkap trammel net dengan bahan jaring dari bahan monofilamen.
Pada umumnya pengoperasian alat tangkap trammel net yang dilakukan oleh para nelayan dari Kebumen tersebut adalah secara pasif yaitu dengan cara meletakkan alat
tangkap trammel net di dasar perairan selama 4 – 5 jam kemudian alat tangkap ditarik. Jumlah unit alat tangkap trammel net yang digunakan para nelayan relatif masih sangat
sedikit untuk masing – masing perahu yaitu berkisar kurang lebih 10 – 14 piece. Perkembangan jumlah alat tangkap trammel net dan kapal ikan yang digunakan
para nelayan dari Kebumen tersebut pada periode waktu tahun 1997 – 2002 rata-rata naik 10,38 per tahun untuk jumlah perahu motor tempel dan 10,91 per tahun untuk
jumlah alat tangkap trammel net. Armada penangkapan di laut pada tahun 1997 sebesar 36 buah perahu dengan jumlah alat tangkap trammel net sebanyak 355 unit dan pada
tahun 2003 naik menjadi 520 buah perahu dengan jumlah alat tangkap trammel net sebanyak 520 unit. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap trammel net
dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap trammel net serta
produksi udang jerbung yang didaratkan di Kebumen pada tahun 1997 - 2002
Tahun Kapal
Jumlah Produksi
Perahu trammel net
Udang jerbung buah
unit kg
1997 36
355 32.960,55
1998 36
355 30.014,25
1999 44
443 27.751,95
2000 32
319 19.538,25
2001 36
355 28.895,75
2002 52
520 88.264,90
rata-rata kenaikan
10,38 10,91
41,45 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen 2003.
Produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut dengan alat tangkap trammel net yang didaratkan di Kebumen pada periode waktu tahun 1997 – 2002 sebagaimana pada
Tabel 5 mengalami kenaikkan rata – rata 41,45 per tahun. Produksi udang jerbung yang didaratkan di daerah Kebumen pada tahun 1997 adalah sebesar 32.960,55 kg dan
meningkat menjadi 88.264,90 kg pada tahun 2002. Daerah perairan penangkapan udang di laut para nelayan dari Kebumen ini juga
merupakan daerah perairan penangkapan udang di laut para nelayan dari Cilacap dan demikian pula udang hasil tangkapan yang didaratkan di wilayah Kebumen ini juga ada
udang hasil tangkapan para nelayan Cilacap. Penjualan udang hasil tangkapan para nelayan Cilacap di Kebumen ini tidak dikarenakan harga udang di Kebumen lebih tinggi
dari Cilacap tetapi dikarenakan uang hasil penjualan udang di Kebumen ini milik ABK dan tidak disetorkan ke pemilik kapal.
Sehubungan dengan situasi dan permasalahan tersebut diatas, maka produksi udang hasil tangkapan di laut yang didaratkan di wilayah Kebumen ini tidak hanya produksi
udang hasil tangkapan para nelayan dari Kebumen tetapi juga produksi udang hasil tangkapan para nelayan dari Cilacap. Untuk mengetahui perkembangan udang hasil
tangkapan di laut para nelayan dari Kebumen ini diambil sampel perkembangan kegiatan penangkapan udang oleh para nelayan dari TPI Argopeni Gombong - Kebumen.
Berdasarkan hasil sample kegiatan penangkapan udang di laut para nelayan di TPI Argopeni Gombong – Kebumen Lampiran 2 terlihat bahwa perkembangan produksi
udang jerbung hasil tangkapan di laut dengan alat tangkap trammel net para nelayan Gombong – Kebumen dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
produksi udang jerbung pada periode tahun 1997 – 2002 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 23,20 per tahun, dimana produksi udang jerbung pada tahun 1997 sebesar
21.348,72 kg dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 39.385, 32 kg.
Tabel 6. Perkembangan perahukapal trammel net serta produksi udang jerbung para nelayan Gombong - Kebumen pada tahun 1997 – 2002.
Tahun Kapal
Produksi Udang Perahu
Udang jerbung Udang Dogol
Total Udang buah
kg kg
kg 1997
36 21.348,72
24.849,91 46.198,63
1998 36
17.053,92 27.115,73
44.169,65 1999
44 22.655,60
30.915,87 53.581,47
2000 32
14.224,96 19.402,84
33.627,80 2001
36 19.099,08
25.936,55 45.035,63
2002 52
39.385,32 51.598,64
90.983,96 Rata-rata
kenaikan 10,38
23,20 7,20
5,90 Sumber : Data dari TPI Argopeni Gombong – Kebumen serta Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Kebumen 2003 yang sudah diolah. Untuk produksi udang dogol yang ikut tertangkap pada operasi trammel net pada
periode waktu tahun 1997 – 2002 sebagaimana pada Tabel 6 juga mengalami peningkatan sebesar 7,20 per tahun, sehingga total udang yang tertangkap pada periode waktu
tersebut juga meningkat sebesar 5,90 per tahun. Produksi total udang pada tahun 1997 sebesar 46.198,63 kg dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 90.983,96 kg.
Berdasarkan pada Tabel 5 dan Tabel 6 tersebut diatas terlihat adanya perbedaan antara produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut yang di daratkan di Gombong –
Kebumen dengan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut para nelayan Gambong – Kebumen. Perbedaan jumlah produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut tersebut
adalah merupakan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut para nelayan Cilacap yang di daratkan dan di jual di wilayah Gombong – Kebumen yang perkembangannya
dapat di lihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Kebumen pada tahun 1997 – 2002.
Tahun Produksi
Produksi T o t a l
Nelayan Gombong Nelayan Cilacap
Produksi kg
kg kg
1997 21.348,72
11.611,83 32.960,55
1998 17.053,92
12.960,33 30.014,25
1999 22.655,60
5.096,35 27.751,95
2000 14.224,96
5.313,29 19.538,25
2001 19.099,08
9.796,67 28.895,75
2002 39.385,32
48.879,58 88.264,90
Rata-rata kenaikan
23,20 - 2,82
41,45 Sumber : Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen dan TPI Argopeni
yang sudah diolah. penjualan udang nelayan Cilacap di Gambong Kebumen pada tahun 2002
semakin meningkat
Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan laut yang didaratkan di wilayah Gombong – Kebumen pada periode waktu tahun 1977 – 2002 sebagaimana pada
Tabel 7 pada umumnya mengalami rata - rata peningkatan sebesar 23,20 per tahun untuk udang hasil tangkapan di laut para nelayan Gombong dan 41,45 per tahun untuk
produksi total udang jerbung yang didaratkan di wilayah Gombong – Kebumen. Produksi udang hasil tangkapan di laut para nelayan Cilacap yang didaratkan di Gombong –
Kebumen pada periode tahun 1977 – 2002 tersebut mengalami rata-rata penurunan sebesar 2,82 per tahun walaupun secara kuantitatif produksi udang jerbung pada tahun
2002 sebesar 48.879,58 kg mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun – tahun sebelumnya.
Produksi udang nelayan Cilacap yang didaratkan di Gombong Kebumen pada tahun 2002 sebesar 48.879,58 ton tersebut diatas dijual lewat TPI sehingga tercatat di TPI dan
juga Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen sehingga sudah dikenakan retribusi sebesar 5 dari nilai lelang hasil tangkapan berdasarkan Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 26 Tahun 1999 yang dirubah dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 26 Tahun 1999 tentang
petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah PERDA Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 3 Tahun 1999 tentang retribusi pasar grosir atau pertokoan besar.
Udang jerbung hasil tangkapan nelayan Cilacap sebesar 48.879,58 ton dengan nilai lelang yang diperkirakan sebesar Rp. 2.204.465.000 ,- dikenakan retribusi 5 sebesar
Rp. 110.223.000 ,- tetapi permasalahannya 0,50 dari 5 retribusi tersebut kembali kepada nelayan sebagai tabungan nelayan dan 0,15 dari 5 retribusi tersebut sebagai
dana asuransi nelayan tidak kembali kepada nelayan. Tabungan nelayan Cilacap pada tahun 2002 sebesar 0,5 yang diperkirakan sebesar Rp. 11.022.300 ,- dan dana asuransi
nelayan Cilacap sebesar Rp. 3.306.690 ,- tidak kembali kepada nelayan Cilacap. Sistim pemasaran udang hasil tangkapan di laut tersebut didaratkan dan dilelang di
TPI - TPI yang ada di Kebumen yaitu TPI Argopeni, TPI Karang Duwur dan TPI Pasir . Udang hasil tangkapan di laut tersebut didaratkan dan dilelang di TPI dan dibeli oleh
pedagang – pedagang lokal sebagai pengumpul udang segar dan kemudian dibeli oleh pedagang – pedagang besar, dimana pedagang – pedagang local tersebut umumnya
sebagai agen dari pedagang – pedagang besar dan kemudian udang segar tersebut dipasarkan ke Cilacap dan Yogyakarta.
Untuk data – data pelanggaran kegiatan penangkapan ikan di laut, termasuk kegiatan penangkapan udang di laut tidak tercatat karena kegiatan pengawasan di laut
dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap yang tidak mengikut sertakan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen. Disamping itu Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Kebumen tidak mengetahui waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan di laut yang dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap.
2 Ciamis.
Kegiatan operasi penangkapan ikan dan udang di laut oleh para nelayan dari Ciamis di perairan Cilacap dan sekitarnya adalah para nelayan dari daerah Pangandaran, Parigi,
Cijulang, Cimerak dan Kalipucang. Ukuran armada penangkapan dan jenis alat tangkap yang pada umumnya digunakan para nelayan dari Ciamis tersebut relatif sama dengan
para nelayan dari Kebumen yang masih termasuk dalam katagori nelayan tradisional karena mesih menggunakan alat tangkap yang sederhana dengan perahu yang hanya
dilengkapi dengan motor tempel sebagai penggerak, sebagaimana pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan dari daerah Ciamis ini pada umumnya masih tergolong sederhana yaitu alat tangkap gillnet, trammel net, jaring
arad, jaring dogol, jaring apong dan pancing yang perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 8. Perkembangan armada penangkapan ikan di laut yang digunakan oleh para
nelayan dari Ciamis tersebut pada periode waktu tahun 1997 – 2001 sebagaimana pada tabel tersebut mengalami rata – rata kenaikan yaitu 5,18 per tahun untuk perahu tanpa
motor dan 12,06 per tahun untuk perahu motor tempel. Untuk semua jenis alat tangkap
yang digunakan secara umum mengalami kenaikkan dan secara total mengalami rata – rata kenaikkan 9,57 per tahun.
Gambar 8. Armada penangkapan ikan dan udang perahu jukung yang digunakan para nelayan Pangandaran Ciamis yang beroperasi di perairan Teluk
Maurits.
Gambar 9. Armada penangkapan ikan dan udang perahu jukung yang digunakan para nelayan Kalipucung Ciamis yang beroperasi di perairan Segara
Anakan.
Tabel 8. Perkembangan armada penangkapan dan jenis alat tangkap di Kabupaten Ciamis pada tahun 1997 – 2001.
Satuan : buah
Tahun Perahu
Perahu Jenis Alat Tangkap
Tanpa Motor
Gill Tram
Jaring Jaring
Jaring Pancing
Total Motor
Tempel Net
mel Arad
Dogol Apong
rawe Net
1997 43
741 1.300
559 22
21 136
776 2.814
1998 68
876 1.009
559 22
21 136
898 2.645
1999 46
886 841
559 33
64 136
297 1.930
2000 61
886 1.993
610 36
195 136
399 3.369
2001 38
1.142 1.686
661 31
195 136
551 3.260
rata-rata kenaikan
5,18 12,06
20,64 4,37
11,30 102,36
0,0 5,31
9,57
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis 2002. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap pada periode waktu tahun
1997 – 2001 yang secara umum mengalami peningkatan tersebut diatas pada umumnya masih diikuti dengan perkembangan produksi hasil tangkapan di laut sebagaimana pada
Tabel 9. Produksi hasil tangkapan di laut pada tahun 1997 sebesar 3.492,3 ton dan pada tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 2.529,8 ton, walaupun pada tahun 2001
produksi hasil tangkapan di laut tersebut mengalami penurunan dibandingkan produksi pada tahun 1997, tetapi secara umum produksi hasil tangkapan di laut pada periode waktu
tersebut mengalami kenaikan rata – rata sebesar 0,79 . Demikian pula situasi perkembangan ikan dan udang hasil tangkapan di laut pada
periode waktu tahun 1997 – 2001 sebagaimana pada Tabel 9 tersebut, dimana produksi ikan dan udang pada tahun 2001 lebih kecil dari produksi ikan dan udang pada tahun
1997. Secara umum produksi ikan dan udang hasil tangkapan di laut pada periode waktu tersebut masih mengalami kenaikkan dengan rata – rata 1,99 per tahun untuk ikan dan
5,48 per tahun untuk udang.
Tabel 9. Perkembangan produksi hasil tangkapan di laut daerah Ciamis pada Tahun 1997 – 2001.
Satuan : ton Tahun
Ikan Udang
Total kg
kg kg
1997 2.770,7
721,6 3.492,3
1998 1.675,5
433,7 2.109,2
1999 2.422,3
669,2 3.091,5
2000 1.411,0
300,5 1.711,5
2001 2.041,2
488,6 2.529,8
Rata-rata kenaikan
1,99 5,48
0,79 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis 2003.
Jenis – jenis ikan yang benyak tertangkap di laut dan didaratkan di daerah Ciamis adalah ikan layur, tengiri, bawal, manyung, cucut, pari, reman, kembung, tongkol, kakap,
bambangan, petek dan lain-lain. Jenis udang yang banyak tertangkap di laut dan didaratkan di daerah Ciamis adalah udang rebon, krosok, dogol dan jerbung.
Sehubungan dengan masih sederhananya jenis alat tangkap dan perahu motor tempel yang digunakan oleh para nelayan dari Pangandaran dan sekitarnya tersebut diatas,
maka daerah operasi penangkapannyapun juga masih sangat terbatas yaitu hanya disekitar perairan pantai dan pada umumnya di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat di
perairan Teluk Maurits serta khusus untuk nelayan dari Kalipucang mengadakan operasi pengangkapan di perairan lagoon yaitu di perairan Segara Anakan. Operasi penangkapan
ikan dan udang di laut oleh nelayan tersebut hanya dilakukan satu hari atau one day fishing
yaitu berangkat ke laut pada waktu sore malam hari dan kembali darat pangkalan pada waktu pagi hari.
Nelayan Ciamis yang mengadakan operasi penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat dan perairan
Segara Anakan adalah para nelayan dari daerah Pangandaran, Parigi, Cijulang dan Kalipucung. Armada penangkapan dan jenis alat yang digunakan oleh para nelayan dari
Ciamis ini pada umumnya sama dengan para nelayan dari Kebumen yaitu perahu jukung yang dilengkapi dengan motor tempel sebagaimana pada Gambar 9 dan Gambar 10. Alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap udang adalah alat tangkap trammel net dari bahan monofilamen yang dioperasikan di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat
serta jaring apong dari bahan monofilamen yang dioperasikan di perairan Segara Anakan. Pengoperasian alat tangkap trammel net di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian
barat di perairan Teluk Maurits yang dilakukan oleh para nelayan Ciamis dari daerah Pangandaran, Parigi dan Cijulang tersebut adalah secara pasif yaitu dengan cara
meletakkan meletakkan alat tangkap trammel net di dasar perairan selama kurang lebih 4 – 5 jam dan kemudian alat tangkap ditarik. Jumlah piece unit alat tangkap trammel net
yang digunakan para nelayan relatif masih sangat sedikit untuk masing – masing perahu yaitu berkisar kurang lebih 10 piece. Pengoperasian jaring apong yang dilakukan para
nelayan Ciamis dari Kalipucang di perairan Segara Anakan adalah dengan memasang jaring apong di perairan dengan tongkat yang disuaikan dengan arah arus.
Untuk mengetahui jumlah kapal trammel net dan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut para nelayan Ciamis ini diambil sampel data-data kegiatan penangkapan
udang di laut para nelayan Ciamis di TPI Pangandaran, TPI Perigi dan TPI Batukaras Cijulang, dimana perkembangan kegiatan penangkapan udang jerbung di laut oleh para
nelayan dari Ciamis tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 dan Lampiran 3.
Jumlah kapal trammel net pada periode waktu tahun 1998 – 2002 rata-rata peningkatan sebesar 0,05 per tahun, dimana pada tahun 1998 sebesar 249 buah dan
meningkat menjadi 263 buah pada tahun 2002. Peningkatan jumlah armada tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produksi udang tetapi diikuti dengan penurunan produksi
udang rata-rata sebesar 0,06 per tahun, dimana pada tahun 1998 sebesar 23.694,6 kg dan mengalami penurunan pada tahun 2002 menjadi sebesar 22.474,9 kg.
Tabel 10. Perkembangan kegiatan penangkapan udang nelayan Ciamis pada tahun 1988 – 2002
Tahun Kapal
Produksi Udang Perahu
Udang jerbung Udang Dogol
Total Udang buah
kg kg
kg 1998
249 23.694,6
42.673,9 66.368,5
1999 251
28.064,6 31.769,1
59.833,7 2000
248 14.171,8
27.011,4 41.183,2
2001 261
16.510,6 35.563,8
52.074,4 2002
263 22.474,9
32.657,3 55.132,2
Rata-rata kenaikan
0,05 - 0,06
- 9,20 -7,42
Sumber : Data TPI Pangandaran, TPI Parigi dan TPI Batukaras Cijulang yang sudah diolah.
Untuk udang dogol sebagai hasil sampingan tangkapan trammel net pada periode waktu tersebut juga mengalami penurunan sebesar 9,20 per tahun, sehingga total udang
hasil tangkapan trammel net juga mengalami penurunan sebesar 7,42 per tahun. Produksi total udang pada tahun 1998 sebesar 66.368,5 kg dan pada tahun 2002
mengalami penurunan dan produksinya menjadi 55.132,2 kg. Penurunan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut yang didaratkan di
Pangandaran ini kemungkinan besar dikarenakan udang jerbung hasil tangkapan di laut
tersebut dijual tidak lewat TPI tetapi di jual langsung ke pedagang pengumpul yang ada di Pangandaran sehingga data hasil tangkapan udang tersebut tidak tercatat di TPI. Hal ini
dikarenakan tempat pendaratan para nelayan tersebar di sepanjang pantai yang lokasinya jauh dari TPI Pangandaran sehingga kalau di jual lewat TPI Pangandaran harus
menambah biaya perjalanan darat dan ini tidak menguntungkan bagi para nelayan. Demikian pula para pedagang pengumpul di tempat pendaratan para nelayan tersebut
tidak menjual udang lewat TPI tetapi langsung di jual ke pedagang besar karena lebih menguntungkan bagi pedagang pengumpul tersebut.
Kegiatan penangkapan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat di perairan Teluk Maurits Pangandaran ini juga dilakukan para nelayan dari Cilacap yang
menggunakan kapal ikan berukuran kurang dari 20 GT dengan alat tangkap trammel net. Sehubungan daerah operasi penangkapan di sekitar Teluk Maurits yang merupakan
perairan pantai yang relatif dekat dengan Pangandaran, maka operasi penangkapan dilakukan hanya 1 satu hari yaitu berangkat pada pagi hari sekitar pukul 04.00 pagi hari
dan pulang pada waktu sore menjelang malam yaitu sekitar pukul 18.00 sore hari. Udang hasil tangkapan kapal-kapal motor dari Cilacap tersebut langsung di jual kepada
pedagang-pedagang dan tidak lewat TPI, sehingga jumlah produksinya tidak tercatat di TPI Pangandaran.
Operasi penangkapan kapal - kapal ikan dengan alat tangkap trammel net dari Cilacap di perairan Teluk Maurits Pangandaran dan menjual udang hasil tangkapannya di
Pangandaran tersebut diatas tidak dikarenakan harga udang di Pangandaran lebih mahal dari pada harga udang di Cilacap. Hal ini dikarenakan uang hasil penjualan udang hasil
tangkapan tersebut tidak disetorkan ke pemilik kapal ikan tetapi uang hasil penjualan
udang tersebut milik ABK kapal ikan tersebut. Situasi ini akan sangat merugikan pemilik kapal ikan dan daerah asal kapal ikan tersebut yaitu Cilacap karena kehilangan retribusi
kapal ikan tersebut. Udang hasil tangkapan di laut kapal – kapal ikan dari Cilacap tersebut tidak
dilelang melalui TPI Pangandaran, tetapi dijual langsung kepada pedagang – pedagang langganannya, sehingga produksinya tidak tercatat di TPI Pangandaran. Situasi ini akan
sangat merugikan bagi daerah Pangandaran karena tidak kena retribusi serta akan sangat merugikan pengembangan kegiatan penangkapan udang di perairan Teluk Maurits
Pangandaran pada khususnya serta Perairan Cilacap dan sekitarnya pada umumnya. Hal ini dikarenakan data – data dan informasi kegiatan kapal – kapal ikan dari Cilacap
tersebut belum diperhitungkan didalam pengelolaan pemanfaatan sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya serta pengembangan pemanfaatan selanjutan.
Pengembangan kapal – kapal ikan dengan alat tangkap trammel net dari Cilacap yang beroperasi di perairan Teluk Maurits Pangandaran tersebut diatas pada periode
waktu tahun 1997 – 2002 dapat dilihat pada Tabel 11 mengalami rata – rata penurunan sebesar 0,06 per tahun. Pada tahun 1997 jumlah kapal ikan dengan alat tangkap
trammel net tersebut adalah sebesar 20 buah kapal dan menurun pada tahun 2002 menjadi
18 buah kapal. Sehubungan dengan teknologi alat tangkap yang digunakan nelayan Cilacap dan
nelayan Ciamis pada periode tahun 1998 – 2002 relatif sama dan tidak ada perubahan sehingga tingkat fluktuasinya relatif sama, maka untuk menentukan CPUE kapal ikan
trammel net dari Cilacap tersebut adalah dengan memperbandingkan CPUE kapal ikan
trammel net dari Cilacap pada saat penelitian pada tahun 2002 dengan pergerakan CPUE
kapal ikan alat tangkap trammel net dari Ciamis selama periode waktu tahun 1998 – 2002 sebagaimana pada Lampiran-4, dimana perkembangan kapal ikan trammel net,
CPUE dan produksi udang jerbung kapal ikan trammel net dari Cilacap tersebut dapat
dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkembangan kapal trammel net dari Cilacap yang beroperasi di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat dan produksi udang pada
tahun 1998 – 2002
Tahun Kapal Ikan
Produksi Udang buah
Udang jerbung Udang dogol
Total udang ton
ton ton
1998 15
50,23 90,46
140,69 1999
13 55,90
63,27 119,17
2000 13
30,55 58,22
88,77 2001
15 35,25
75,92 111,17
2002 18
63,36 120,25
183,61 rata-rata
kenaikkan 5,51
15,27 2,15
1,82 Sumber : Data TPI Pangandaran yang sudah diolah.
Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan di laut kapal ikan trammel net
dari Cilacap yang di daratkan di Ciamis juga mengalami kenaikkan rata-rata sebesar 15,27 per tahun, dimana pada tahun 1998 sebesar 50,23 ton dan pada tahun 2002
meningkat menjadi 63,36 ton. Demikian pula produksi dang dogol sebagai hasil sampingan penangkapan trammel net pada periode waktu tersebut juga mengalami
peningkatan sebesar 2,15 per tahun, sehingga total udang hasil tangkapan trammel net pada periode waktu tersebut juga meningkat sebesar 1,82 per tahun. Produksi total
udang pada tahun 1998 sebesar 140,69 ton dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 183,61 ton.
Untuk data dan informasi kegiatan penangkapan udang di perairan Segara Anakan yang dilakukan oleh para nelayan dari Kalipucang Ciamis ini sangat kurang dan bahkan
tidak ada data dan informasi dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis
maupun di Kalipucang, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis dalam upaya meningkatkan pengembangan
kegiatan perikanan telah dibangun TPI di Kalipucang yaitu TPI Majengklak, tetapi TPI tersebut tidak berfungsi dan bahkan sekarang bangunan TPI sudah rusak. Oleh karena itu
untuk mendapatkan data dan informasi kegiatan penangkapan udang di perairan Segara Anakan yang dilakukan para nelayan Kalipucang dengan cara wawancara dengan nelayan
dan hasil – hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Jenis alat tangkap yang digunakan para nelayan Kalipucang untuk menangkap
udang di perairan Segara Anakan adalah jaring apong yaitu jenis alat tangkap perangkap dengan memanfaatkan dan menggunakan kantong jaring trawl sebagai jaring apong. yang
penggunaannya berkembang dengan cepat di Perairan Segara Anakan. Jumlah jaring apong yang ada di Segara Anakan Ciamis dan Cilacap pada tahun 1987 dan 1988
menurut Hariati et al. 1990 sebanyak 320 buah dan jumlah jaring apong menurut data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis pada tahun 1997 dan tahun 1998 adalah
sebesar 136 buah. Jumlah alat tangkap jarring apong pada tahun 2000 menurut Zarochman 2003
meningkat menjadi sebanyak 887 unit dan jumlah jaring apong ini pada tahun 2001 menurun, terutama untuk daerah operasi penangkapan di sekitar perairan Pelawangan
Barat karena pada perairan tersebut terjadi pendangkalan dan menurut beberapa nelayan penurunan tersebut sampai 50 , sehingga jumlah yang masih aktif diperkirakan 443
unit. Perkembangan jaring apong oleh para nelayan Majingklak – Ciamis serta CPUE dan produksi udang jerbung hasil tangkapan di perairan Segara Anakan dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap jaring apong nelayan Ciamis yang beroperasi di perairan Segara Anakan serta
produksi udang jerbung pada tahun 1997 – 2002.
Tahun Jumlah Perahu
Jumlah CPUE
Produksi Motor Tempel
Jaring Apong Jaring Apong
Udang Jerbung buah
unit kg
kg
1997
136 408
-- --
1998
136 408
-- --
1999
-- --
-- --
2000
296 887
47,6 14.073,73
2001
147 443
47,6 14.073,73
2002 148
443 33,1
4.887,77
Sumber : data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis data Zarochman 2003
data hasil penelitian dan wawancara dengan Nelayan
Berdasarkan jumlah jaring apong dan CPUE jarring apong sebagaimana pada Tabel 12 tersebut diatas, maka diperkirakan produksi udang jerbung hasil tangkapan di perairan
Segara Anakan diperkirakan sebesar 14,07 ton pada tahun 2000 dan tahun 2001 serta kemudian produksi tersebut turun menjadi 4,89 pada tahun 2002. Penurunan produksi
udang jerbung ini dikarenakan terjadinya pendangkalan di perairan Segara Anakan disekitar Pelawangan Barat sehingga menyulitkan untuk beroperasinya jaring apong di
perairan tersebut. Pemasaran ikan dan udang hasil penangkapan di di laut yang di daratkan di daerah
Ciamis ini sudah lewat TPI kecuali untuk daerah Kalipucung karena TPI Majingklak belum berfungsi. Untuk ikan dan udang yang didaratkan dan dipasarkan lewat TPI dengan
cara lelang, terutama untuk TPI Parigi, TPI Cijulang dan TPI Pangandaran. Peserta lelang pada umumnya adalah pedagang - pedagang lokal sebagai pengumpul yang kemudian di
jual ke pedagang besar untuk dipasarkan atau dijual ke Bandung, Jakarta dan Cilacap.
Untuk hasil tangkapan udang yang didaratkan di Pangandaran sebagian masuk TPI Pangandaran dan sebagian lagi dijual langsung ke pedagang lokal sebagai pengumpul
yang kemudian dijual kepada pedagang besar untuk dipasarkan atau dijual ke Bandung, Jakarta dan Cilacap. Udang hasil tangkapan di perairan Segara Anakan yang didaratkan
di Kalipucung pada umumnya dijual langsung kepada pedagang lokal sebagai pengumpul yang kemudian di jual ke Cilacap lewat TPI Donan.
Produksi udang jerbung hasil tangkapan kapal trammel net dari Cilacap tersebut didaratkan di Pangandaran Ciamis langsung kepada pedagang pengumpul dan tidak lewat
TPI Pangandaran sehingga produksi udang tersebut tidak tercatat dan juga tidak dikenakan retribusi. Demikian pula produksi hasil tangkapan nelayan Kalipucung yang
beroperasi di perairan Segara Anakan dijual langsung ke pedagang pengumpul karena TPI Majingklak tidak berfungsi. Situasi ini sangat merugikan Pemerintah Daearah Ciamis
karena produksi tersebut berdasarkan Peraturan Daerah PERDA Kabupaten Ciamis No 8 Tahun 2001 tentang penyelenggaraan dan retribusi pelelangan ikan harus dikenakan
retribusi sebesar 6 . Produksi udang jerbung kapal trammel net Cilacap tersebut pada tahun 2002
sebesar 63,36 ton Tabel 11 dengan diperkirakan dengan nilai lelang sebesar Rp. 2.534.400.000 ,- harusnya dikenakan retribusi 6 sebesar Rp. 152.064.000 ,- . Hal ini
sangat merugikan Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dan juga nelayan Cilacap tetapi sangat menguntungkan pedagang pungumpul karena :
- Pedagang pengumpul yang harusnya membayar 3 dari nilai pembelian udang atau 50 dari nilai retribusi yang diperkirakan sebesar Rp. 76.032.000 ,-
- Nelayan Cilacap yang seharusnya menerima kembali 0,35 dari 6 retribusi yang diperkirakan sebesar Rp. 8.987.000 ,- sebagai tabungan nelayan dan 0,25 dari 6
retribusi yang diperkirakan sebesar Rp. 6.419.000 ,- sebagai asuransi nelayan. - Pemerintah Daerah Ciamis yang seharusnya menerima 2,5 dari 6 retribusi yang
diperkirakan sebesar Rp. 64.193.000 ,- sebagai pendapatan asli daerah PAD. Untuk data – data pelanggaran kegiatan penangkapan ikan di laut, termasuk
kegiatan penangkapan udang di laut tidak tercatat karena kegiatan pengawasan di laut dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap yang tidak mengikut sertakan aparat Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis. Disamping itu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis juga tidak mengetahui waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan
pengawasan di laut yang dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap.
3 Cilacap.
Kegiatan penangkapan ikan dan udang di laut oleh para nelayan dari Cilacap ini pada umumnya sudah berkembang jika dibandingkan dengan kegiatan penangkapan ikan
dan udang di laut oleh para nelayan dari Kebumen dan Ciamis. Kegiatan penangkapan di laut oleh para nelayan dari Cilacap ini sudah berkembang, terutama penangkapan udang
di laut sudah berkembang pada saat alat tangkap trawl masih diperbolehkan beroperasi di Perairan Indonesia. Hal ini dikarenakan perairan Cilacap dan sekitarnya adalah salah satu
daerah penyeberan udang penaeid termasuk udang jerbung sehingga perairan tersebut juga merupakan daerah konsentrasi penangkapan alat tangkap trawl.
Alat tangkap trawl mulai berkembang dioperasikan di perairan Cilacap dan sekitarnya pada tahun 1971 sebanyak 13 buah kapal dan kemudian berkembang dengan
pesat dalam waktu yang relatif singkat karena pada tahun 1972 jumlahnya meningkat menjadi 122 buah kapal. Perkembangan pengoperasian alat tangkap trawl ini kurang
dikendalikan sehingga pada pada tahun 1975 menurut Van Zalinge and Naamin 1975 menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya
sudah padat tangkap. Sehubungan perkembangan pengoperasian alat tangkap trawl tersebut banyak
menimbulkan keresahan social diantara para nelayan sehingga sering terjadi konflik di lapangan, maka oleh Pemerintah Indonesia Cq. Direktorat Jenderal Perikanan
Departemen Pertanian dengan Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1980 melarang pengoperasian alat tangkap trawl di Perairan Indonesia. Untuk mengganti alat tangkap
trawl tersebut maka Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan pada tahun 1993 mengeluarkan Rangkuman Materi Calon Paket Teknologi
Usaha Penangkapan Ikan Udang dan salah satu paket tersebut adalah Paket Teknologi Usaha Penangkapan Udang Dengan Menggunakan Trammel Nets.
Pada umumnya para nelayan di Indonesia, termasuk para nelayan di Cilacap sebelum dikeluarkannya Paket Teknologi Usaha Penangkapan Ikan Udang pada tahun
1993 sudah menggunakan alat tangkap trammel net Gambar 10 sebagai pengganti alat tangkap trawl tetapi alat tangkap trammel net ini produktivitasnya masih dibawah alat
tangkap trawl. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi udang dari hasil tangkapan di laut, termasuk produksi udang hasil tangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya.
Gambar 10. Armada penangkapan ikan dan udang perahu compreng dan kapal ikan yang digunakan para nelayan Cilacap yang beroperasi di
perairan Cilacap dan sekitarnya. Produksi udang penaeid di Cilacap menurut Proyek Pengembangan Dan
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut 1995 pada tahun 1979 pada waktu alat tangkap trawl masih diperbolehkan beroperasi adalah sebesar 5.242 ton dan produksi
udang tersebut menurun dratis pada waktu alat tangkap trawl dilarang beroperasi dan produksi udang penaeid pada tahun 1984 sebesar 876 ton. Hal ini menunjukkan bahwa
produktivitas alat trammel net sebagai alat pengganti alat tangkap trawl tidak sebesar dan seefektif alat tangkap trawl yang digantikannya.
Dilarangannya beroperasi alat tangkap trawl di Cilacap ini mengakibatkan banyak para nelayan Cilacap mulai mengalihkan tujuan penangkapan dengan target species udang
beralih ke ikan sehingga mulai berkembang penggunaan alat tangkap untuk menangkap ikan, terutama ikan pelagis seperti penggunaan alat tangkap gillnet, pancing rawai dan
long line . Jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan Cilacap adalah alat
tangkap payang, lampara dasar, trammel net, gillnet, jaring sirang, pancing termasuk
pancing rawai dan long line dan jaring apong sedangkan perkembangan jenis alat tangkap yang banyak digunakan nelayan Cilacap dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Perkembangan jenis alat tangkap di Cilacap pada tahun 1997 – 2001.
Satuan : unit. Tahun
Payang Lampara
Trammel Gillnet
Jaring Pancing
Apong Dasar
Net Sirang
1997 201
391 15.200
11.200 22.300
49.200 305
1998 220
409 17.652
11.965 28.780
71.850 335
1999 220
502 17.652
12.242 31.696
72.250 520
2000 220
502 17.652
12.242 26.676
72.250 760
2001 220
502 17.662
12.242 26.686
67.500 716
rata-rata kenaikan
2,16 5,73
3,47 2,16
8,49 14,82
24,27
Sumbar : Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap
Berdasarkan perkembangan jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan Cilacap sebagaimana pada Tabel 13 tersebut terlihat terjadi rata-rata kenaikan per
tahun untuk semua jenis alat tangkap selama periode tahun 1997 – 2001. Untuk jenis alat tangkap yang mengalami rata-rata kenikkan per tahun yang tinggi selama periode tersebut
adalah jaring apong sebesar 24,27 dan pancing termasuk pancing rawai dan long line sebesar 14,82 . Trammel net hanya mengalami rata-rata kenaikan per tahun sebesar 3,47
dari 15.200 unit pada tahun 1997 naik menjadi 17.662 unit pada tahun 1998 dan kemudian jumlah alat tangkap tersebut tidak mengalami perubahan sampai tahun 2001.
Daerah operasi penangkapan alat tangkap pada Tabel 13 tersebut diatas pada umumnya di perairan Cilacap dan sekitarnya yaitu di Perairan Samudera Hindia tetapi
untuk jaring apong dan sebagian jaring sirang dengan daerah operasi penangkapan di
perairan Segara Anakan dengan target spesies udang untuk jaring apong dan ikan untuk jaring sirang. Untuk alat tangkap yang beroperasi di Perairan Samudera Hindia pada
umumnya dengan target spesies ikan, kecuali untuk alat tangkap trammel net dan sebagian jaring sirang dengan target spesies udang dengan daerah operasi penangkapan di
perairan Samudera Hindia dari Cilacap sampai Yogyakarta. Pada umumnya untuk jenis alat tangkap trammel net, gillnet dan long line sudah
menggunakan kapal ikan, terutama untuk alat tangkap gillnet, long line dan purse seine yang daerah operasinya di Perairan Samudera Hindia dari Selatan Jawa – Bali bahkan
sampai Selatan Sumatera dengan menggunakan kapal ikan berukuran diatas 30 GT dan ukuran kapal ikan per jenis alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 14. Izin penangkapan
kapal ikan berukuran diatas 30 GT pada umumnya adalah long line, gillnet dan purse seine
, tetapi dilapangan untuk kapal ikan yang berizin gillnet beroperasi di laut dengan trammel net
. Tabel 14. Jumlah kapal ikan per jenis ukuran dan alat tangkap di Cilacap pada
tahun 2002 Kapal Ikan
Jenis Alat Tangkap unit Ukuran
Jumlah Trammel
Gillnet Long Line
Purse Jumlah
GT buah
Net Seine
10 GT 10
10 1
- -
11 11 – 20 GT
130 88
41 1
- 130
21 - 30 GT 123
48 64
10 1
123 31 - 50 GT
86 18
20 48
- 86
51 - 100 GT 47
- 4
42 1
47 100 GT
28 -
- 28
- 28
J u m l a h 424
164 130
129 2
424 Sumber : Data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap.
Jenis alat tangkap oleh para nelayan Cilacap rata-rata mengalami peningkatan sebagaimana pada Tabel 13 tetapi kenaikan penggunaan jenis alat tangkap tersebut tidak
diikuti dengan keniakkan produksi ikan dan udang hasil tangkapan di laut oleh para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap sebagaimana Tabel 14. Produksi ikan dan
udang hasil tangkapan di laut oleh para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap selama periode waktu tahun 1997 – 2001 mengalami rata-rata penurunan sekitar 0,25 ,
dimana produksi ikan dan udang hasil tangkapan dari laut pada tahun 1997 sebesar 23.049,6 ton dan pada tahun 2001 turun menjadi 6.454,4 ton.
Jenis – jenis ikan hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Cilacap sebagian besar adalah ikan bawal hitam, bawal putih, tongkol, tenggiri, manyung, cucut, pari, tigawaja,
layur, cakalang dan tuna. Jenis – jenis udang dari hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Cilacap sebagian besar adalah udang jerbung, udang dogol, udang barat, udang krosok
dan udang rebon yang perkembangan jenis ikan dan udang tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Perkembangan produksi perikanan laut di Cilacap pada tahun 1997 – 2001
Satuan : ton Jenis Ikan
1997 1998
1999 2000
2001 kenaikan
dan Udang rata-rata
UDANG 2.519,2
1.633,0 2.549,1
1.308,5 1.355,2
- 0,06
U Jerbung 164,2
295,8 300,0
286,2 194,0
0,11 U Dogol
383,8 468,7
408,0 38,7
303,3 1,51
U Tiger 2,8
1,3 0,9
64,4 2,4
17,19 U Lobster
33,3 24,4
0,4 0,6
0,4 0,27
U Barat 553,8
453,7 -
33,3 14,4
- U Krosok
541,9 174,9
607,4 375,3
353,5 0,34
U Rebon 839,4
214,2 1.232,4
510,0 487,2
0,84
IKAN
20.530,4 9.862,3
7.158,9 5.767,2
5.099,2 - 0,28
Bawal H 4,5
17,6 172,4
55,4 47,6
2,72 Bawal P
53,1 84,7
15,2 9,4
24,9 0,26
Tongkol 1.540,8
785,3 1.306,9
1.721,3 2.315,7
0,21 Tenggiri
906,2 24,5
237,7 88,0
70,5 1,73
Kakap 82,7
14,6 10,6
4,6 3,2
- 0,49 Gerok
60,7 15,8
8,8 4,3
1,1 - 0,61
Bambangan 19,4
4,6 7,4
5,5 2,7
- 0,23 Manyung
127,6 128,3
221,1 128,1
21,6 - 0,13
Cucut 1.027,7
474,9 761,8
367,0 175,6
- 0,24 Pari
266,2 165,2
165,8 64,7
33,3 - 0,37
Tigawaja -
141,5 33,0
204,0 127,1
- Layur
320,6 525,6
163,9 91,5
52,1 - 0,23
Lemuru 147,3
7,0 7,5
0,6 15,6
5,80 Songot
1.377,2 31,7
0,2 2,1
0,3 1,67
Cak-Tuna 4.360,6
3.338,9 2.071,9
1.466,6 1.077,7
- 0,29 Kacangan
6,3 0,4
6,4 0,1
41,9 107,77
Baleng 173,0
0,6 -
0,9 1,8
- Rajungan
472,7 -
- -
- -
Keong -
153,9 19,6
195,7 145,2
- Ubur-ubur
- 5,6
8,4 -
- -
Lain-lain 9.583,8
3.941,6 1.940,3
1.357,4 941,3
- 0,43
T O T A L
23.049,6 11.495,3
9.708,0 7.075,7
6.454,4 - 0,25
Sumber : Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap tahun 2002. Produksi total udang hasil tangkapan di laut yang didaratkan di Cilacap selama
periode waktu tahun 1997 – 2001 rata-rata mengalami penurunan sebesar 0,06 dari produksi sebesar 2.519,2 ton pada tahun 1997 dan turun menjadi sebesar 1.355,2 ton pada
tahun 2001, tetapi penurunan tersebut disebabkan produksi udang lobster mengalami
penurunan sebesar 0,27 dan udang barat produksi tahun 1999 tidak tercatat sebagaimana pada Tabel 15. Jenis udang lainnya seperti udang jerbung, udang dogol,
udang krosok dan udang rebon periode waktu tersebut mengalami kenaikkan, khusus untuk udang jerbung mengalami kenaikkan sebesar 0,11 dari produksi sebesar 164,2
ton pada tahun 1997 naik menjadi sebesar 194,0 ton pada tahun 2001. Untuk produksi ikan secara total dari hasil tangkapan di laut selama periode waktu
tahun 1997 – 2001 tersebut juga mengalami rata-rata penurunan sebesar 0,28 dari produksi sebesar 20.530,4 ton pada tahun 1997 dan turun menjadi sebesar 5.099,2 ton
pada tahun 2001. Produksi ikan secara total mengalami rata-rata penurunan, tetapi untuk beberapa jenis ikan selama periode waktu tersebut mengalami rata-rata kenaikan, seperti
ikan bawal hitam, bawal putih, tongkol, tenggiri dan kacangan yang perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 15 tersebut.
Penurunan produksi ikan hasil tangkapan dari laut yang didaratkan di Cilacap ini kemungkinan besar dikarenakan ukuran kapal ikan yang digunakan oleh para nelayan dari
Cilacap ini relatih besar diatas 30 GT sehingga jangkauan operasi penangkapannya tidak hanya di perairan Cilacap dan sekitarnya tetapi sampai ke perairan yang jauh dari Cilacap,
seperti di perairan dekat Selat Sunda dan perairan selatan Bali Nusa Tenggara dengan alat tangkap gillnet dan long line. Sehubungan relatif jauhnya daerah operasi penangkapan
para nelayan Cilacap tersebut maka hasil tangkapannyapun didaratkan di Pelabuhan yang relatif dekat dengan daerah operasi penangkapan yaitu di Pelabuhan Perikanan Pelabuhan
Ratu untuk yang beroperasi di perairan Selat Sunda dan Pelabuhan Umum Benoa untuk yang beroperasi di perairan Bali Nusa Tenggara sehingga hasil tangkapannya tidak
tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Cilacap.
Untuk penurunan produksi udang hasil tangkapan di laut ini dikarenakan terjadinya penjualan udang di tengah laut dan udang hasil tangkapan di laut di jual tidak di Cilacap
tetapi di jual di daerah Gombong dan Pangandaran. 1 penjualan udang hasil tangkapan di laut para nelayan Cilacap yang beroperasi di
perairann Maurits Pangandaran dengan alat tangkap trammel net yang udang hasil tangkapannya didaratkan di Pangandaran Ciamis dan langsung di jual ke perusahaan
pengumpul, sehingga data perkembangan produksi udang hasil tangkapan di laut tersebut tidak tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ciamis maupun
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. 2 penjualan udang di tengah laut para nelayan Cilacap dengan alat tangkap trammel net
yang beroperasi di perairan Selatan Cilacap dan sekitarnya yang hasilnya didaratkan di Cilacap tetapi langsung ke bakul pedagang atau ke perusahaan perikanan yang
ada di Cilacap sehingga data produksi udang hasil tangkapan di laut tersebut tidak tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap.
3 penjualan hasil tangkapan udang dari laut oleh para nelayan Cilacap dengan alat tangkap trammel net yang beroperasi di perairan Selatan Cilacap dan sekitarnya yang
didaratkan di Gombong Kebumen lewal TPI setempat dan hasilnya tercatat di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kebumen tetapi tidak tercatat di Dinas Perikanan
dan Kelautan Cilacap Di perairan Cilacap dan sekitarnya mulai tahun 2000 mulai terjadi pembelian ikan
dan udang hasil tangkapan di laut oleh beberapa orang sebagai pembeli, terutama untuk udang jerbung hasil tangkapan di laut. Penjualan udang jerbung di tengah laut tersebut
dilakukan dengan paksaan dan ancaman serta harganyapun rendah atau dibawah harga
udang didarat. Hal ini sangat merugikan para juragan atau nelayan pemilik kapal ikan trammel net
karena uang hasil penjualan tersebut tidak diserahkan kepada juragan pemilik tetapi uang tersebut dibagi-bagikan kepada ABK sehingga sangat menguntungkan bagi
nelayan ABK kapal trammel net tersebut. Permasalahan lainnya yang juga terjadi pada kegiatan penangkapan udang dengan
alat tangkap trammel net tersebut adalah udang hasil tangkapan di laut di jual di Gombong – Kebumen serta Pangandaran Ciamis yang uang hasil penjualan tersebut tidak
diserahkan kepada juragan pemilik tetapi uang tersebut dibagi-bagikan kepada ABK. Hal ini juga sangat menyulitkan Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah karena udang hasil
tangkapan yang di jual tersebut tidak dilaporkan kepada Petugas Dinas Perikanan dan Kelautan serta daerah kehilangan retribusi dari jual beli udang hasil tangkapan di laut
tersebut. Sehubungan dengan situasi dan permasalahan tersebut diatas, maka data hasil
tangkapan yang ada di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap belum dapat menggambarkan situasi perkembangan dan permasalahan kegiatan penangkapan di laut
oleh para nelayan Cilacap, terutama kegiatan penangkapan udang di laut dengan alat tangkap trammel net para nelayan Cilacap. Untuk mengetahui gambaran perkembangan
kegiatan penangkapan udang para nelayan Cilacap diambil sampel di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap.
Berdasarkan buku harian kegiatan kapal ikan yang mendarat di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dapat diketahui jumlah kapal trammel net dan ukurannya
serta udang jerbung hasil tangkapan dari laut sebagaimana pada Lampiran-5 dan
perkembangan kegiatan kapal trammel net para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Perkembangan kapal trammel net di Cilacap pada tahun 1997 – 2002 Satuan : buah
rata-rata Ukuran Kapal
1997 1998
1999 2000
2001 2002
kenaikan
Di Pelabuhan 207
202 185
196 204
164 - 4,08
10 GT 7
8 8
9 9
10 7,58
11 - 20 GT 136
129 114
117 119
88 - 7,70
21 - 30 GT 50
50 46
52 56
48 - 0,45
30 GT 14
15 15
18 20
18 36,10
Di Luar Pelabuhan 61
46 58
81 97
113 15,48
Motor Tempel
T o t a l 268
248 243
277 301
277 1,04
Sumber : Data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang sudah diolah. Jumlah kapal trammel net pada periode waktu tahun 1997 – 2002 pada umumnya
mengalami rata-rata kenaikkan sebesar 1,04 setiap tahunnya, dimana pada tahun 1997 sebesar 268 buah kapal dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 277 buah sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 16. Untuk kapal trammel net yang berukuran dibawah 10 GT dan motor tempel pada periode waktu tahun 1997 – 2002 mengalami peningkatan dan untuk
ukuran kapal lainnya pada periode waktu tersebut mengalami penurunan. Operasi penangkapan alat tangkap trammel net oleh para nelayan Cilacap adalah secara aktif yaitu
dengan cara di tarik di dasar perairan selama lebih kurang 2 – 3 jam. Berdasarkan buku harian kegiatan kapal trammel net yang mendarat di Pelabuhan
Perikanan Samudera Cilacap tersebut dapat juga diketahui CPUE kapal trammel net per jenis ukuran yang kemudian dapat untuk memperkirakan produksi udang jerbung yang
mendarat di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap sebagaimana pada Lampiran 6. Untuk melihat perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan para nelayan
Cilacap yang mendaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Perkembangan produksi udang jerbung hasil tangkapan trammel net di Cilacap pada tahun 1997 – 2002.
Satuan : ton. rata-rata
Ukuran Kapal 1997
1998 1999
2000 2001
2002 kenaikan
Di Pelabuhan 472,17 337,15 232,82 251,35 244,43 216,30 - 13,17
10 GT 13,37
8,72 5,60
4,77 4,41
7,90 - 2,76
11 - 20 GT 232,80 167,58 118,17 107,12 101,92 93,10
- 16,07 21 - 30 GT 156,00 104,00
74,40 87,60
88,30 80,20
- 10,48 30 GT
70,00 56,85
34,65 51,86
49,80 35,10
- 8,33
Di Luar Pelabuhan 82,08
83,64 85,79
68,27 66,58
96,85 - 5,41
Motor Tempel
T o t a l 554,25 420,79 318,61 319,62 311,01 313,15 - 10,01
Sumber : Data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang sudah diolah.
Produksi udang jerbung hasil tangkapan para nelayan Cilacap yang didaratkan di Cilacap selama periode waktu tahun 1997 – 2002 pada umumnya mengalami penurunan
sebagaimana pada Tabel 17, sehingga rata – rata peningkatan jumlah kapal trammel net pada periode waktu tahun 1997 – 2002 sebesar 1,04 per tahun tidak diikuti dengan
peningkatan produksi udang jerbung, tetapi produksi total udang jerbung hasil penangkapan di laut pada periode waktu tersebut mengalami rata – rata penurunan
sebesar 10,01 per tahun. Produksi udang jerbung hasil tangkapan dari laut pada tahun 1997 sebesar 554,25 ton dan pada tahun 2002 turun menjadi 313,15 ton.
Untuk produksi total udang hasil tangkapan kapal trammel net di Cilacap pada periode waktu tahun 1997 – 2002 tersebut mengalami rata – rata penurunan sebesar 13,66
per tahun sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 18. Produksi total udang hasil tangkapan trammel net pada tahun 1997 sebesar 1.139,67 ton dan pada tahun 2002
mengalami penurunan menjadi 663,46 ton. Tabel 18. Perkembangan produksi total udang hasil tangkapan trammel net di
Cilacap pada tahun 1997 – 2002. Satuan : ton.
Rata-rata Ukuran Kapal
1997 1998
1999 2000
2001 2002 Kenaikan
Di Pelabuhan 1022,01 873,44
550,59 498,38
424,08 455,53
- 19,35 10 GT
28,94 22,59
13,24 11,25
9,5 16,63
- 18,39 11 - 20 GT
503,90 434,14
279,56 252,64
211,45 196,00
- 21,88 21 - 30 GT
337,66 269,43
175,88 159,43
141,70 168,84
- 17,05 30 GT
151.51 147,28
81,91 75,14
61,43 73,89
- 19,43
Di Luar Pelabuhan 117,66
216,68 202,81
137,43 96,64
208,10 9,72
Motor Tempel
T o t a l 1139,67 1090,12 753,40
635,81 520,72
663,46 - 13,66
Sumber : Data Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap yang sudah diolah. Untuk kegiatan penangkapan ikan dan udang para nelayan Cilacap di perairan
Segara Anakan pada umumnya masih menggunakan alat tangkap yang sederhana seperti jaring insang dan jaring apong serta pancing dengan armada penangkapan pada umumnya
masih menggunakan perahu motor tempel sebagaimana pada Gambar 11. Sehubungan daerah operasi penangkapan relatif sangat dekat dengan tempat tinggal para nelayan serta
jenis alat tangkap yang digunakan relatif sederhana dengan menggunakan perahu motor, maka operasi penangkapan para nelayan tersebut hanya 1 satu hari yaitu berangkap pada
pagi hari dan pulang pada siang hari.
Gambar 11. Armada penangkapan ikan dan udang perahu jukung yang digunakan para nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Segara
Anakan.
Kegiatan penangkapan udang, termasuk udang jerbung yang dilakukan para nelayan Cilacap di perairan Segara Anakan pada umumnya menggunakan jaring apong
sebagaimana jenis alat tangkap yang digunakan para nelayan Ciamis yang menangkap udang di perairan Segara Anakan. Perkembangan jaring apong milik para nelayan Cilacap
yang beroperasi di perairan Segara Anakan dapat dilihat pada Tabel 19 dan jumlah jaring apong para nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Segara Anakan pada periode
waktu tahun 1997 – 2002 sebagaimana pada Tabel 19 tersebut mengalami peningkatan. Jumlah jaring apong pada tahun 1997 sebesar 305 unit atau 102 buah perahu motor
tempel dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 358 unit atau 119 buah perahu motor tempel. Produksi udang jerbung hasil tangkapan jaring apong di perairan Segara Anakan
tersebut diperkirakan sebesar 12.058,67 kg pada tahun 2000 dan 11.360,53 kg tahun 2001 serta kemudian produksi tersebut turun menjadi 3.949,93 kg pada tahun 2002. Penurunan
produksi udang jerbung dikarenakan terjadinya pendangkalan perairan Segara Anakan sehingga menyulitkan untuk beroperasinya jaring apong di perairan tersebut.
Tabel 19. Perkembangan armada penangkapan dan alat tangkap jaring apong nelayan Cilacap yang beroperasi di perairan Segara Anakan serta
produksi udang jerbung pada tahun 1997 – 2002.
Tahun Jumlah Perahu
Jumlah CPUE
Produksi Motor Tempel
Jaring Apong Jaring Apong
Udang Jerbung buah
unit kg
kg 1997
102 305
-- --
1998 112
335 --
-- 1999
173 520
-- --
2000 253
760 47,6
12.058,67 2001
239 716
47,6 11.360,53
2002 119
358 33,1
3.949,93 Sumber : data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap
data Zarochman 2003 data hasil penelitian dan wawancara dengan Nelayan
Untuk hasil tangkapan di laut oleh para nelayan Cilacap yang di daratkan di Cilacap pada umumnya didaratkan lewat Pelabuhan Perikanan untuk kapal Ikan serta Pangkalan
Pendaratan Ikan PPI untuk perahu motor tempel. Penjualan ikan dan udang yang di daratkan di Pelabuhan Perikanan dijual lewat lelang tetapi untuk ikan dan udang yang di
daratkan lewat PPI di jual langsung pada pedagang pengumpul tanpa lewat lelang yang kemudian dijual ke pedagang besar dan atau ke perusahan pengolahan.
Produksi udang jerbung hasil tangkapan nelayan Cilacap yang didaratkan dan dijual lewat PPI Cilacap sudah tercatat petugas perikanan di PPI tersebut, sehingga data–data
produksi udang jerbung tersebut juga tercatat pada Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap. Produksi udang jerbung yang didaratkan dan dijual lewat PPI tersebut
juga sudah dikenakan retribusi oleh Pemerintah Daerah Cilacap.
Untuk data – data pelanggaran kegiatan penangkapan ikan di laut, termasuk pelanggaran penggunaan alat tangkap dari gillnet ke trammel net untuk menangkap udang
di laut tidak tercatat karena kegiatan pengawasan di laut dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap yang tidak mengikut sertakan aparat Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Cilacap. Disamping itu Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap juga tidak mengetahui waktu dan jadwal pelaksanaan kegiatan pengawasan di laut yang
dilakukan oleh Angkatan Laut dari Cilacap.
4.1.4 Peraturan perundangan dalam kegiatan penangkapan udang