Perumusan Masalah Sistem Pemasaran Hasil Perikanan dan Kemiskinan Nelayan (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara)

Hal ini amat disayangkan mengingat potensi sumber daya ikan sesungguhnya mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga nelayan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan cukup. Disamping itu, konsumsi ikan per kapita penduduk Indonesia pun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kualitas hidup dan pertambahan jumlah penduduk. Munculnya isu penyakit flu burung avian influenza, sapi gila mad cow, stroke yang berkaitan dengan konsumsi produk peternakan seperti ayam, sapi, dan kambing juga menyebabkan sebagian masyarakat mengalihkan pemenuhan kebutuhan protein ke produk perikanan. Tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia hingga tahun 2006 rata-rata mencapai 25,03 kgkapitatahun atau meningkat sebesar 4,51 dari tahun 2005 sebesar 23,95 kgkapitatahun DKP, 2007. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah Muara Angke merupakan pasar perikanan terbesar di Indonesia dan terletak di Ibu kota negara, DKI Jakarta. Posisi pasar ikan Muara Angke yang strategis seharusnya menjadikan nelayan dapat memperoleh keuntungan lebih besar dengan ramainya kunjungan konsumen di daerah terpadat di Indonesia. Berdasarkan permasalahan akses terhadap pasar dalam sistem perekonomian nelayan maka penelitian dengan tema Sistem Pemasaran Hasil Perikanan terhadap Kemiskinan Nelayan Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara penting untuk dilakukan. Selain itu, mengingat masih sedikitnya kajian tentang masalah kemiskinan nelayan sehingga penulis menganggap perlu adanya penelitian lebih lanjut.

1.2 Perumusan Masalah

Nelayan sebagai pengguna utama sumber daya perikanan seharusnya dapat merasakan keuntungan terbesar dari pemanfaatan sumber daya tersebut. Akan tetapi hal tersebut tidak terjadi karena adanya dua kendala utama yang sampai sekarang menjadi tipikal dan dipandang sebagai penyebab kemiskinan struktural nelayan, yaitu: pertama, pola kepemilikan sumber daya perikanan yang bersifat open access akses terbuka dan kedua, berjalannya sistem pasar yang tidak kompetitif. Pola kepemilikan sumber daya yang bersifat open access menyebabkan terjadinya masalah eksternalitas negatif, misalnya perebutan daerah tangkapan antar nelayan serta penggunaan alat tangkap yang dekstruktif berupa penggunaan trawl , potasium sianida, dan bahan peledak. Kombinasi berbagai eksternalitas ini meyebabkan timbulnya penurunan kapasitas sumber daya perikanan sehingga pada akhirnya akan menurunkan rente ekonomi yang dihasilkan Fauzi, 2005. Meskipun demikian, permasalahan kepemilikan yang bersifat open access kini tengah ditanggulangi dengan cara pengelolaan sumber daya perikanan kolaboratif yang memadukan unsur pemerintah dan kelompok pengguna masyarakat, yang dikenal dengan co-management. Co-management bertujuan untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya perikanan dengan menyatukan lembaga-lembaga terkait terutama masyarakat dan pemerintah serta pemangku kepentingan lainnya dalam setiap pengelolaan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengawasan. Dengan co-management peran dominan yang berlebihan dari satu pihak dalam pengelolaan sumber daya dapt dihindari dan pembiasan aspirasi salah satu pihak dapat dieliminir. Berbeda dengan pola kepemilikan yang bersifat open access, permasalahan sistem pasar yang tidak kompetitif menyebabkan keterbatasan akses nelayan terhadap pasar baik dalam memasarkan hasil tangkapannya maupun dalam memperoleh informasi pasar. Informasi pasar umumnya hanya dimiliki oleh pihak-pihak tertentu, dalam hal ini adalah pedagang perantara. Keterbatasan informasi pasar mengakibatkan nelayan menjual hasil tangkapan kepada pedagang perantara dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Adanya peran pedagang perantara menyebabkan posisi tawar nelayan semakin lemah karena nelayan harus segera menjual hasil tangkapan yang bersifat rentan waktu dengan harga berapapun. Hal ini makin diperparah dengan adanya keterbatasan akses terhadap modal, teknologi, serta manajemen. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana mekanisme sistem pemasaran hasil perikanan yang terjadi di Muara Angke, sebagai wilayah kasus penelitian? 2. Lembaga apa saja yang terlibat dalam pemasaran hasil perikanan di Muara Angke? 3. Bagaimana kaitan sistem pemasaran dengan kemiskinan nelayan di Muara Angke? 4. Apa upaya pemerintah dalam mengatasi pengaruh sistem pemasaran terhadap kemiskinan nelayan di Muara Angke? 1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui mekanisme sistem pemasaran hasil perikanan yang terjadi di Muara Angke 2. Mengetahui lembaga apa saja yang terlibat dalam pemasaran hasil perikanan di Muara Angke 3. Mengetahui keterkaitan sistem pemasaran dengan kemiskinan nelayan di Muara Angke 4. Mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi pengaruh sistem pemasaran terhadap kemiskinan nelayan di Muara Angke.

1.4 Kegunaan