Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan kota dalam menurunkan Biaya Pembangunan Hutan Kota TMR

Tabel 23. Kemampuan Serapan Gas oleh Tajuk Pohon di TMR µgjam Gas Pencemar Luas tajuk pohon di TMR m 2 Serapan oleh tajuk pohon µgm 2 jam Kemampuan serapan oleh tajuk pohon di TMR µg jam CO 2.600 19.094.004,21 NO 2.300 16.890.849,88 SO 2 73.438 41.000 301.097.758,7 Keterangan : Hasil yang didapat merupakan perhitungan dari penelitian yang telah dilakukan Smith 1981 dalam Dahlan 2004, kemudian dikonversi kedalam kemampuan pohon yang terdapat di TMR Bila melihat kemampuan Hutan Kota TMR dari segi pencemaran oleh timbal, CO, SO 2 dan NO 2 maka dapat dipastikan warga disekitar Kelurahan Ragunan tidak akan tercemar. Kemampuan TMR dalam mereduksi gas pencemar memang sangat besar tetapi masih adanya warga di sekitar Kelurahan Ragunan yang menderita penyakit ISPA, hipertensi, ISPL dan Jantung menjadi sebuah pertanyaan. Hal ini diduga karena warga yang menderita penyakit tersebut dipengaruhi faktor lain seperti tempat bekerja yang kualitas udaranya buruk, intensitas bekerja di luar kelurahan yang tinggi jauh dari hutan kota, dan masuknya pencemaran yang tidak tersaring oleh TMR. Selain itu juga karena faktor bawaan penyakit turunan. Daya reduksi yang dilakukan TMR dapat tercermin dari perbandingan kesehatan warga di Kelurahan Ragunan dan Pasar Minggu, dimana kesehatan warga di Kelurahan Ragunan memiliki jumlah penderita gangguan kesehatan yang diduga disebabkan pencemaran udara lebih sedikit dibandingkan dengan Kelurahan Pasar Minggu. Hal ini menjadi indikator bahwa dengan adanya hutan kota, warga disekitar hutan tersebut menjadi sehat karena manfaat ekologis yang dimilikinya, maka perlunya hutan di daerah perkotaan menjadi sangat penting karena manfaat yang diberikan sangat nyata.

5.3. Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan kota dalam menurunkan

pencemaran udara Pandangan responden masyarakat mengenai manfaat hutan kota dalam menurunkan pencemaran udara diketahui melalui hasil wawancara yang dilakukan di kedua kelurahan. Pertanyaan mengenai “apa itu hutan kota”, banyak dari responden menjawab hutan kota ialah hutan yang berada di kota sedangkan fungsinya sebagian besar responden menjawab sebagai tempat rekreasi, olah raga dan tempat berpacaran, beberapa responden juga menjawab hutan kota ialah tempat untuk mencari inspirasi. Mengenai hubungan hutan kota dengan pencemaran udara, hanya sedikit responden di kedua lokasi penelitian yang mengetahui kemampuan hutan kota dalam menurunkan pencemaran udara. Umumnya responden hanya mengetahui hutan kota dapat menghasilkan oksigen serta dapat memberikan kesejukkan, namun pengetahuan mengenai kemampuan hutan kota dalam menjerap dan menyerap gas-gas pencemar di udara kebanyakan masyarakat tidak mengetahuinya. Ketidaktahuan ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hutan kota serta manfaat yang dimilikinya, hal ini pula yang menjadikan hutan kota terabaikan dan pemeliharaanya pun menjadi tidak diperhatikan. Pandangan masyarakat ini berkaitan dengan cara menilai atau memberikan suatu opini. Penilaian terhadap suatu objek tergantung dari pemahaman, pengetahuan serta pengalaman seseorang mengenai objek. Dari jawaban responden diketahui warga kedua kelurahan, pemahamannya mengenai hutan kota masih kurang sehingga mereka tidak menyadari pentingnya pohon dan hutan kota sebagai filter alam yang dapat mereduksi pencemaran udara, ditambah lagi kerugian ekonomi yang tidak disadari masyarakat akibat tidak adanya filter alam.

5.4. Biaya Pembangunan Hutan Kota TMR

Pohon-pohon yang mampu mereduksi pencemar udara tidak serta-merta ada dan tumbuh sendiri di TMR, walaupun ada sebagian pohon yang tumbuh alami. Biaya pembangunan dan pemeliharaan TMR hingga pohon yang terdapat di dalamnya mampu memberikan manfaat secara ekologis, diasumsikan membutuhkan waktu 10 tahun. Selama 10 tahun tersebut TMR mengeluarkan biaya dari Tahun-0 hingga Tahun-10. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan antara lain biaya pengadaan bibit, biaya penanaman, penyulaman, pemupukan, penyiraman dan monitoring, secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 24. Pemeliharaan Hutan Kota TMR dari wawancara yang dilakukan dengan pihak pengelola, mengatakan untuk pohon-pohon keras, TMR tidak ada anggaran khusus untuk pemeliharaan, karena pohon keras dapat tumbuh dengan baik dan tidak memerlukan penyiraman serta perawatan khusus. Hal ini sejalan dengan Dahlan 2004 yang mengatakan hutan kota tidak membutuhkan perawatan intensif, oleh sebab itu dana yang diperlukan untuk perawatan dan pemeliharaan relatif murah. Tabel 24. Biaya pembangunan Hutan Kota TMR Tahun Jenis kegiatan Satuan volume Biaya satuan Rp Total Rp Keterangan Penanaman HOK 33 50.000 1.650.000 2 hahari 1 Penyiraman HOK 15.480 2270 35.139.600 66 hahari Pemupukan+ penyiangan HOK 66 25.000 1.650.000 1 hahari Penyulaman HOK 3 50.000 150.000 24 hahari 2 Penyiraman HOK 15.480 2270 35.139.600 Pemupukan+ penyiangan HOK 66 25.000 1.650.000 Monitoring HOK 132 227 29.964 66 hahari 3 Penyiraman HOK 15.480 2270 35.139.600 Pemupukan+ penyiangan HOK 66 25.000 1.650.000 Monitoring HOK 132 227 29.964 4-10 Monitoring HOK 792 227 Pengadaan bibit Batang 14.957 4.500 67.306.500 Jml bibit 227 batangha 10 bibit penyulaman Batang 1.496 4.500 6.732.000 Jml bibit 23 batangha Pengadaan pupuk Kg 14.957 500 7.478.500 Kebutuhan pupuk 227 kgha TOTAL BIAYA 194.345.728 Ket : Luas Hutan Kota TMR yang belum terbangun 66 ha dengan jumlah individu pohon sebanyak 14.957 Biaya pembangunan Hutan Kota TMR akan menjadi rasional bila biaya untuk pembangunan hutan kota tersebut lebih kecil dari manfaat yang diberikannya. Pembangunan Hutan Kota TMR dari hasil perhitungan pendekatan biaya untuk Gerhan sebesar Rp. 194.345.728. Nilai biaya pembangunan ini akan menjadi rasional bila nilai atau valuasi ekonomi Hutan Kota TMR dari manfaat yang diberikannya dibidang kesehatan lebih besar dibandingkan niali pembangunan yang melekat pada Hutan Kota TMR.

5.5. Valuasi Ekonomi Hutan Kota TMR