Gas-gas pencemar di udara memiliki standar atau ambang batas yang diperbolehkan di udara bebas karena gas pencemar dalam konsentrasi tertentu
berpengaruh terhadap kesehatan. Untuk itu dibuat batas Standar Kesehatan sebagai pengontrol. Pada Tabel 2 disajikan data mengenai standar yang
dipebolekan dan sumber pencemarnya. Tabel 2. Standar Kesehatan.
PENCEMAR SUMBER KETERANGAN
Karbon monoksida CO
Buangan kendaraan bermotor; beberapa
Standar kesehatan: 10 mgm
3
9 ppm Sulfur dioksida
S02 Panas dan fasilitas pembangkit listrik
Standar kesehatan: 80 ugm
3
0.03 ppm Timbal Pb
Buangan kendaraan bermotor Standar kesehatan: 2 ugNm
3
selama 24 Jam Partikulat Matter
Buangan kendaraan bermotor; beberapa proses
Standar kesehatan: 50 ugm
3
selama 1 tahun; 150 ugm
3
Nitrogen dioksida N02
Buangan kendaraan bermotor; panas dan fasilitas
Standar kesehatan: 100 pgm
3
0.05 ppm selama 1 jam Ozon 03
Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235 ugm
3
0.12 ppm selama 1 jam
Catalan: 1 kubik meter 1m
3
setara dengan 35.3 cu ft; 1 milligram 1 mg setara dengan 0.00004 oz; 1 mikrogram 1ug setara dengan 0.00000004 oz
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup RI dalam BPLHD 2007
2.2. Hutan kota
2.2.1. Pengertian Hutan kota
Definisi hutan kota urban forest menurut Fakuara 1987 adalah
tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika,
rekreasi dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya, sedangkan menurut hasil rumusan Rapat Teknis Departemen Kehutanan 1991
dalam Dahlan 2004, hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan
di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara,
habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut
ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota. Fakultas Kehutanan 1988, mendefenisikan hutan kota sebagai sebuah
areal yang ditumbuhi berbagai tegakan yang merupakan suatu unit ekosistem yang berfungsi dan berstruktur sebagai hutan dalam wilayah perkotaan yang
memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk kota bagi kegunaan proteksi, estetika serta kegunaan khusus lainya, sedangkan menurut
PP RI No 63 Tahun 2002, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan
baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Jadi secara keseluruhan pengertian mengenai
hutan kota menyangkut beberapa hal yaitu: 1. Areal diperkotaan yang ditunjuk peruntukannya
2. Ditumbuhi berbagai tegakanvegetasi 3. Tegakanvegetasinya memiliki fungsi ekologis bagi lingkungan perkotaan
2.2.2. Fungsi dan Manfaat Hutan kota
Fakuara 1986 menyatakan fungsi hutan kota antara lain untuk konservasi tanah dan air, sarana kesehatan, olahraga, wadah rekreasi dan
wisata, kesegaran dan keindahan, sarana pendidikan dan penyuluhan, menahan dan meredam suara, karbon monoksida, produksi oksigen, menahan serangan
angin, mengendalikan sinar langsung dan pantulan sinar matahari, meredam kebisingan dan produksi terbatas. Menurut Grey dan Deneke 1978
dalam Dahlan 2004 fungsi hutan kota yaitu untuk perbaikan iklim, kegunan
engineering, arsitektural dan kegunaan estetik. Grey dan Deneke 1978 dalam Dahlan 2004 juga menyebutkan bahwa elemen-elemen pokok seperti
penyinaran matahari, kelembaban udara mempengaruhi kenyamanan hidup manusia dan penghuni lainya di bumi, lebih lanjut dinyatakan pula hutan kota
memberikan keuntungan dalam hal modifikasi suhu, peresapan air hujan, pengendali polusi udara, pengelolaan limbah air dan memperkecil pantulan sinar
matahari serta cahaya menyilaukan. Dahlan 2004, menyebutkan beberapa fungsi yang dimiliki hutan kota antara lain:
1. Fungsi penyehatan lingkungan ; sebagai penyerap dan penjerap partikel logam, timbal, dan debu semen, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap
gas beracun dan CO
2.
2. Fungsi pengawetan; sebagai tempat pelestarian plasma nutfah, sebagai habitat burung dan satwa lainya.
3. Fungsi estetika; untuk meningkatkan citra suatu kota dan menutupi bagian kota yang kurang baik.
4. Fungsi perlindungan; sebagai peredam kebisingan, ameliorasi iklim mikro, penepis cahaya silau, penahan angin, penyerap dan penepis bau, mengatasi
penggenangan.
5. Fungsi produksi; penyedia air tanah, kayu, kulit, oksigen. 6. Fungsi lainya; identitas wilayah, pengelolaan sampah, pendidikan dan
penelitian, mengurangi stress, penunjang rekreasi dan pariwisata, dll.
2.2.3. Tipe Hutan kota
Hutan kota yang dibangun tentunya harus memiliki tujuan dan keselarasan dengan tipe hutan kota yang akan dibangun. Keselarasan ini akan
memberikan kontribusi yang besar akan manfaat yang diharapakan dengan dibangunnya hutan kota. Beberapa tipe hutan kota menurut Dahlan 2004 antara
lain: 1. Tipe Pemukiman
Hutan kota yang dibangun pada areal pemukiman bertujuan utama untuk pengelolaan lingkungan pemukiman, maka yang harus dibangun adalah hutan
kota dengan tipe pemukiman. Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, penyejukan, penyediaan habitat satwa khususnya burung, serta
tempat bermain dan bersantai. Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan
dengan semak dan rerumputan. 2. Tipe Kawasan Industri
Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan
cairan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu
kenyamanan, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi
pekerja, tempat parkir kendaraan dan keindahan. 3. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota
yang memenuhi kriteria ini antara lain : kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada dua sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma
nutfah yaitu : 1. Sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara
ex- situ.
2. Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan
Hutan kota dapat diarahkan kepada penyediaan habitat burung dan satwa lainnya. Suatu kota sering kali mempunyai kekhasan dalam satwa tertentu,
khususnya burung yang perlu diperhatikan kelestariannya. Untuk melestarikan burung tertentu, maka jenis tanaman yang perlu ditanam adalah yang sesuai
dengan keperluan hidup satwa yang akan dilindungi atau ingin dikembangkan, misalnya untuk keperluan bersarang, bermain, mencari makan ataupun untuk
bertelur. 4. Tipe Perlindungan
Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan mintakat ke lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan
tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran. Hutan
kota yang berada di daerah pesisir dapat berguna untuk mengamankan daerah pantai dari gempuran ombak laut yang dapat menghancurkan pantai. Untuk
beberapa kota masalah abrasi pantai ini merupakan masalah yang sangat penting.
Untuk kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan
adalah sebagai penyerap, penyimpan dan pemasok air, maka hutan yang cocok adalah hutan lindung di daerah tangkapan airnya.
5. Tipe Pengamanan Hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi
jalan bebas hambatan, dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang serta tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-
lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara
mengantuk dapat dikurangi. Pada kawasan ini tanaman harus betul-betul cermat dipilih yaitu yang
tidak mengundang masyarakat untuk memanfaatkannya. Tanaman yang tidak enak rasanya seperti pisang hutan dapat dianjurkan untuk ditanam di sini.
2.2.4. Bentuk Hutan kota
Hutan kota memilik berbagai bentuk mulai dari jalur hijau sampai tempat pemakaman umum. Bentuk-bentuk tersebut tentunya memiliki fungsi sesuai
dengan peruntukkannya agar tujuan dibangunnya hutan kota dapat tecapai secara maksimal. Adapun bentuk-bentuk hutan kota yang umum dalam
mengatasi masalah lingkungan hidup di perkotaan antara lain : 1. Jalur hijau, biasanya dibangun di tepi jalan raya, di bawah kawat listrik
tegangan tinggi, di tepi jalan kereta api, dan di tepi sungai. Bentuk Jalur hijau baik di dalam atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai
suatu hutan kota. Ruang Terbuka Hijau RTH berupa jalur, dibangun untuk diperoleh manfaatnya untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan
yang baik. 2. Taman kota, dapat diartikan sebagai areal RTH diperkotaan yang sebagian
maupun seluruh tanamannya ditanam dan atau ditata sedemikian rupa, dan merupakan hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu
yang indah. 3. Kebun dan halaman, dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu
halaman rumah ataupun kebun dapat ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu, sekaligus dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup di perkotaan.
4. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota, karena mampu memberikan kontribusi secara
ekologis bagi peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan. Adapun bentuk lain dapat berupa hutan lindung, kuburan dan taman makam
pahlawan yang banyak ditumbuhi vegetasi.
2.3. Pengertian Nilai