2.2.4. Bentuk Hutan kota
Hutan kota memilik berbagai bentuk mulai dari jalur hijau sampai tempat pemakaman umum. Bentuk-bentuk tersebut tentunya memiliki fungsi sesuai
dengan peruntukkannya agar tujuan dibangunnya hutan kota dapat tecapai secara maksimal. Adapun bentuk-bentuk hutan kota yang umum dalam
mengatasi masalah lingkungan hidup di perkotaan antara lain : 1. Jalur hijau, biasanya dibangun di tepi jalan raya, di bawah kawat listrik
tegangan tinggi, di tepi jalan kereta api, dan di tepi sungai. Bentuk Jalur hijau baik di dalam atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai
suatu hutan kota. Ruang Terbuka Hijau RTH berupa jalur, dibangun untuk diperoleh manfaatnya untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan
yang baik. 2. Taman kota, dapat diartikan sebagai areal RTH diperkotaan yang sebagian
maupun seluruh tanamannya ditanam dan atau ditata sedemikian rupa, dan merupakan hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu
yang indah. 3. Kebun dan halaman, dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu
halaman rumah ataupun kebun dapat ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu, sekaligus dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas lingkungan hidup di perkotaan.
4. Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota, karena mampu memberikan kontribusi secara
ekologis bagi peningkatan kualitas lingkungan hidup perkotaan. Adapun bentuk lain dapat berupa hutan lindung, kuburan dan taman makam
pahlawan yang banyak ditumbuhi vegetasi.
2.3. Pengertian Nilai
Hutan dengan karateristik yang ada sebagai suatu ekosistem hutan tentu merupakan aset sumberdaya alam
natural capital yang secara potensial bersifat permanen. Nilai aset mereflesikan nilai ekonomi yang dimiliki oleh suatu
sumberdaya, dalam hal ini adalah ekosistem hutan di daerah tertentu Bahruni, 2001, sedangkan nilai sendiri menurut Bahruni 2001, merupakan persepsi
manusia, tentang makna sesuatu objek sumberdaya hutan, bagi orang individu tertentu, tempat dan waktu tertentu. Persepsi ini sendiri merupakan
ungkapan, pandangan, prespektif seseorang individu tentang atau terhadap suatu benda, dengan proses pemahaman melalui panca indera yang diteruskan
ke otak untuk proses pemikiran yang berpadu dengan harapan ataupun norma- norma kehidupan yang melekat pada individu atau masyarakat.
Pengertian nilai ekonomi menurut konsep ekonomi bahwa kegunaan, kepuasan atau kesenangan yang diperoleh individu atau masyarakat tidak
terbatas kepada barang dan jasa yang diperoleh melalui jual-beli transaksi saja tetapi semua barang dan jasa yang akan memberikan manfaat kesejahteraan
bagi masyarakat Bahruni 2001.
2.4. Penentuan Nilai Hutan kota
Penentuan nilai lingkungan hutan kota dari suatu kegiatan yang berdampak pada kehidupan sangat diperlukan. Hal ini menjadi penting karena
program konservasi untuk penyehatan lingkungan seperti hutan kota sering tidak mampu ”bersaing”, bila dihadapkan pada kondisi yang mempertentangkannya,
ketidakmampuan bersaing ini juga didasari karena hutan kota tidak diketahui manfaat nilai ekonominya. Berbagai hal yang menyebabkan manfaat nilai
ekonomi hutan kota tidak diketahui, yaitu karena faktor-faktor khusus karakteristik hutan kota yang dalam hal ini adalah barang dan jasa yang dimiliki
hutan kota. Terdapat dua kategori barang dan jasa yaitu privat dan publik. Pada barang dan jasa privat orang yang mau mendapatkan barang tersebut harus
melalui proses jual–beli, sedangkan terhadap barang publik, individu masyarakat dapat memperoleh kegunaan dan kepuasan tanpa harus membayar. Menurut
Bahruni 2001, barang publik ini memilki ciri: 1. Barang dan jasa tidak bersifat
non rival, joint supply atau indivisible tidak dapat dibagi, yaitu penggunaan oleh seseorang tidak mengurangi
ketersediaannya untuk dimanfaatkan bagi orang lain, tidak menjadi langka. 2. Barang dan jasa tidak bersifat
nonexcludability atau non exclusive, sehingga pemilik tidak terjamin hak kepemilikannya, karena orang lain dapat
memperoleh manfaat tanpa memberikan korbanan membayar membeli. Kebanyakan barang dan jasa sudah memiliki harga di pasar yang terjadi
melalui proses jual-beli. Namun tidak demikian halnya dengan barang dan jasa lingkungan, kebanyakan dari manfaat hutan kota yang berupa jasa lingkungan
memang bersifat abstrak. Keanekaragaman hayati atau penyedia udara bersih
Nilai Ekonomi Total Total Ekonomii Value
Nilai guna Use value Nilai bukan guna Non-use value
Nilai guna tak langsung
Indirect use value
Nilai pillihan Optoin value
Nilai guna langsung
Dierect use value
Nilai keberadaan Existence value
Manfaat regional Nilai langsung
dan tak langsung yang akan
datang • Kayu
• Makanan • Biomassa
• Rekreasi Nilai
pengetahuan
• Fungsi ekologis • Resapan air
• Produksi oksigen • Keanekaragaman
hayati • Perlindungan habitat
• Habitat • Spesies
langka Hasil yang
dapat dikonsumsi
Nilai bukan guna
langsung Other non-use
value
misalnya, dipercaya sebagai hal yang sangat penting tetapi justru kerap sangat sulit dinilai dalam suatu moneter.
Penting dikemukakan bahwa penilaian hutan kota bukan berusaha untuk mengadakan nilai yang tidak ada, tetapi suatu upaya bagaimana mengukur nilai
yang sesungguhnya dimiliki oleh hutan tersebut, yang secara nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Beranjak dari pemaparan konsep nilai ini, berbagai
elemen mencoba mengklasifikasikan nilai ini atas berbagai macam pengelompokan klasifikasi, sesuai dengan cara pengelompokannya. Pearce
dan Turner 1990 dalam Bahruni 2001, membuat klasifikasi manfaat yang
menggambarkan Nilai Ekonomi Total Total Ekonomi Value, atas dasar
klasifikasi menurut cara atau proses manfaat itu diperoleh. Gambar 2 Sumber: Paerce 1992
dalam Bahruni 2001 Gambar 2. Kategori Nilai Ekonomi Total dari Sumberdaya Hutan
Penilaian ekonomi adalah proses kuantifikasi nilai biofisik dan fenomena sosial budaya untuk setiap indikator nilai menjadi nilai ekonomi moneter dengan
metode tertentu sesuai dengan sifat setiap indikator tersebut. Pemilihan metode penilaian yang digunakan dilakukan melalui proses pemilihan bedasarkan kriteria
setiap jenis nilai yang diklasifikasikan atas nilai guna langsung dan nilai guna tidak langsung.
Nilai guna langsung merupakan nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung oleh masyarakat atau perusahaan terhadap komoditas hasil
sumberdaya hutan, berupa flora, fauna dan komoditas dari proses ekologis ekosistem hutan. Jenis manfaat penggunaan langsung ini dikelompokan atas 1
Bahan baku industri, 2 Bahan bangunan, 3 Sumber energi, 4 Pangan makanan, 5 Flora fauna untuk hiasan dan peliharaan, 7 Air konsumsi rumah
tangga Fakultas Kehutanan IPB 1999 dalam Bahruni 2001.
Nilai guna tidak langsung merupakan manfaat yang diperoleh individumasyarakat melalui penggunaan secara tidak langsung terhadap
sumberdaya hutan yang memberikan jasa pengaruh pada aktivitasproduksi atau mendukung kehidupan makhluk hidup. Jasa hutan dihasilkan dari suatu
proses ekologis, dari komponen biofisik ekosistem hutan. Nilai sumberdaya hutan yang termasuk dalam kategori nilai guna tidak langsung
indirect use value adalah berbagai fungsi jasa hutan berupa manfaat hutan seperti pengendalian
banjir, produksi oksigen, penyerap CO
2
, mereduksi pencemar udara, daerah resapan air dan ameliorasi iklim.
Berbagai metode penilaian terhadap lingkungan telah banyak dipraktikan dalam banyak proyek di berbagai negara. Metode-metode tersebut pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam metode: 1 metode secara langsung didasarkan pada nilai pasar atau produksivitas; 2 metode yang
menggunakan nilai pasar pengganti atau barang pelengkap; 3 metode yang didasarkan hasil survei. Sementara menurut Bahruni 2001, metode penilaian
tersebut antara lain: 1. Metode nilai sosial bersih
net social benefit : metode ini digunakan jika ada data
demand dan supply yang lengkap series sehingga dapat dibuatkan kurva
demand dan supply. 2. Metode harga pasar
market price : metode ini digunakan jika barangjasa hutan yang akan dinilai terdapat harganya di pasar lokal, regional, nasional
sehingga ada harganya seperti kayu bulat. Dalam menilai atau memberikan harga terhadap dampak lingkungan, selama ada harga pasar untuk produk
atau jasa yang hilang atau yang timbul terhadap dari adanya suatu proyek sebaiknya digunakan harga pasar.
3. Metode harga pengganti subtitute price : jika barang yang akan dinilai
memiliki barang subtitusi dan barang subtitusi tersebut terdapat harganya. Maka nilai barang terrsebut didekati dari harga barang subtitusinya.
4. Metode biaya perjalanan : pendekatan ini biasanya dilakukan untuk menilai jasa hutan berupa rekreasi. Nilai rekreasi diperoleh dari besarnya biaya yang
dikeluarkan oleh seluruh orang yang ber-rekreasi ke tempat tersebut. 5. Metode valuasi kontingensi : metode ini dilakukan dengan cara menanyakan
langsung kepada responden menggunakan kuisionerdaftar pertanyaan tentang kesedian membayar
willingnes to paykesediaan dibayar wilingnes to accept kepadaoleh pihak lain sebagai kompensasi telah memelihara
keadaan hutan sehingga nilai pilihan dan nilai keberadaan hutan tersebut tetap terpelihara.
2.5. Analisis Ekonomi Sumberdaya dalam Daur kebijakan