Migrasi dan Distribusi Ikan Terumbu Karang

Pada larva ikan ada beberapa kelompok sifat taksonomik yang digunakan yaitu : 1. Berbagai struktur atau bentuk tubuh seperti mata, kepala, bagian lambung dan sirip khususnya sirip dada. 2. Urutan munculnya sirip-sirip dan kedudukannya, fotofora dan unsur tulang, pigmentasi letak, jumlah dan bentuk melanophora. 3. Tanda-tanda yang sangat khas seperti lipatan sirip yang membengkak, sirip yang memanjang dan berubah, sungut dan pada preoperculum dan lain-lain Romomihtarto dan Juwana 1998.

2.2 Migrasi dan Distribusi Ikan Terumbu Karang

Migrasi atau ruaya, adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian, terhadap kondisi alam yang menguntungkan untuk eksistensi hidup dan keturunannya. Migrasi dan distribusi suatu jenis ikan merupakan hal yang fundamental dari ikan. Ikan mengadakan migrasi dalam rangka : 1 pemijahan; 2 mencari makan; 3 mencari daerah yang cocok untuk kelangsungan hidupnya, tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pola migrasi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor Eksternal dan Internal dari suatu jenis ikan. Faktor eksternal berupa faktor lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung memegang peranan dalam migrasi ikan. Sedangkan internal adalah faktor yang terdapat di dalam tubuh misalnya sekresi kelenjar hormon dan lain-lainnya yang berhubungan dengan faktor luar tadi Baskoro. Wahyu, dan Effendy, 2004. Perairan karang adalah salah satu diantara ekosistem yang amat penting di laut. Salah satu diantara kelompok biota yang hidup disana adalah ikan. Ikan karang merupakan sumberdaya yang penting sebagai sumber protein hewani bagi kehidupan manusia Adrim 1997 dalam Sulistiono 2000. Sale 1991 dalam Sulistiono 2000 mengemukakan bahwa ikan tidak mempunyai sifat khusus, banyak spesies ikan serupa mempunyai kebutuhan yang sama, dan terdapat persaingan aktif diantara spesies. Sebagai akibat dari jumlah spesies yang besar dan pembagian-pembagian habitat, dapat dikatakan bahwa kebanyakan ikan-ikan terumbu karang meskipun gerakan-gerakan mereka jelas tetapi ternyata mereka terbatas pada daerah tertentu di terumbu yang sangat terlokalisasi. Mereka juga tidak berpindah dan banyak yang ukurannya kecil, seperti ikan belosoh, ikan tembakul, dan ikan betok yang terkenal dalam mempertahankan wilayahnya. Tingginya produktivitas primer di perairan terumbu karang memungkinkan perairan ini sering merupakan tempat pemijahan spawning ground, pengasuhan nursery ground, dan mencari makan feeding ground dari kebanyakan ikan. Sehingga secara otomatis produktivitas sekunder atau produksi ikan, termasuk hewan-hewan laut lainnya seperti ikan, udang-udangan lobster, octopus, kerang- kerangan oyster, di daerah terumbu karang juga sangat tinggi Supriharyono, 2000. Menurut Nybakken 1992 dalam Sulistiono 2000 faktor kedalaman juga berperan dalam distribusi ikan karang. Pada umumnya mereka mempunyai kisaran kedalaman yang sempit, yang disebabkan faktor ketersediaan makanan, ombak dan predator. Selanjutnya Sulistiono, Rahardjo dan Effendie 2001 mengatakan bahwa kondisi fisik dapat berfungsi sebagai faktor yang mengekang larva ikan bermigrasi vertikal. Gradien suhu dapat membatasi migrasi vertikal dari organisme planktonik, termasuk larva ikan. Di lautan terbuka beberapa spesies terus menerus ditemukan di permukaan lapisan tercampur pada kolom air yang distratifikasi karena suhu misalnya herring, Heath dkk, 1988; cod, Bucley dan Lough 1987; Ellersen dkk 1981; mackerel, Coombs dkk 1981, 1983; de Lafontaine dan Gascon 1989; Ropke 1989. Bagaimanapun juga, penafsiran dari beberapa pola ini harus dilakukan dengan alasan bahwa banyak zooplankton juga menunjukkan konsentrasi yang meningkat di lapisan permukaan kolom air yang distratifikasi. Motivasi sebenarnya distribusi larva ikan yang diamati mungkin karena bertemunya mangsa. Ikan akan cenderung mengelompok di lokasi yang kaya akan makanan dan menghindari ombak dengan menempati daerah yang lebih dalam. Sebagian besar ikan karang merupakan ikan bertulang keras Teleostei dari ordo Percimorfes yang mulai berkembang sejak jaman tersier Hutomo 1995 dalam Sulistiono 2000. Terumbu karang mempunyai keanekaragaman yang tinggi disebabkan karena daerah terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang saja, namun terdapat pula habitat lain seperti daerah pasir, berbagai teluk dan celah, daerah alga dan juga perairan dangkal dan dalam serta zona-zona yang berbeda melintasi karang. Keanekaragaman spesies ikan-ikan karang mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan terumbu karang di daerah tersebut. Ikan-ikan akan cenderung mengelompok pada bentuk karang tertentu dan umumnya mempunyai pergerakan yang terbatas dibandingkan invertebrata lain yang sama ukurannya. Hal ini disebabkan lingkungan yang berstruktur akibat bentuk terumbu karang yang kompleks Nybakken 1992; Hutomo, 1993 dalam Sulistiono 2000.

2.3 Asosiasi Ekosistem Terumbu Karang dan Komunitas Ikan