Sulistiono et al., 2000 menyatakan bahwa sebagian besar ikan di ekosistem terumbu karang adalah ikan-ikan yang bersifat diurnal aktif pada siang
hari. Mereka mencari makan dan tinggal di permukaan karang dan memakan plankton yang lewat di atasnya. Ikan-ikan diurnal ini seperti Famili
Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomacanthidae, Acanthuridae, Labridae, Lutjanidae, Balistidae, Serranidae, Cinrhitidae, Tetraodontidae, Blennidae, dan
Gobiidae. Sebagian kecil lainnya adalah ikan-ikan bersifat nocturnal aktif pada malam hari. Ikan ini pada siang hari menetap di gua-gua dan celah-celah karang.
Yang termasuk dalam kelompok ikan ini adalah Holocentridae, Apogonidae, Haemulidae, Muraenidae, Scorpaenidae dan termasuk juga Famili Serranidae dan
Labridae. Ada pula sebagian kecil jenis-jenis ikan yang sering melintasi ekosistem terumbu karang seperti Famili Scombridae, Sphyraenidae dan Caesionidae.
Sulistiono et al., 2000 menyatakan hal menarik tentang ikan ini adalah adanya perbedaan antara jenis ikan di siang hari yang bersifat diurnal dan jenis
ikan di malam hari yang bersifat nocturnal. Jenis ikan-ikan yang terlihat pada siang hari tidak akan terlihat di malam hari. Hal ini dikarenakan pada malam hari
ikan-ikan yang bersifat diurnal bersembunyi dan berlindung di celah atau gua terumbu karang untuk menghindari pemangsaan dari ikan-ikan yang bersifat
nocturnal.
2.4 Plankton Sebagai Sumber Makanan Bagi Larva Ikan
Plankton merupakan kosakata Yunani yang berarti mengapung drifting, yang dapat didefenisikan sebagai komunitas organisme termasuk tumbuhan kecil
tiny plants yang disebut phytoplankton, dan hewan tiny animals yang disebut zooplankton, yang tidak cukup memiliki kekuatan untuk mempertahankan atau
menghindari pergerakan air atau arus. Untuk perikanan, keberadaan ikan selalu dikaitkan dengan keberadaan palnkton dan secara tegas mengikuti moto lama: “
Tidak ada plankton, tidak ada ikan” no plankton, no fish Widodo dan Suadi, 2006.
Plankton tidak hanya mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, tetapi juga memberikan kemungkinan untuk percontohan kuantitatif Odum,
1993. Selanjutnya Riley 1967 dalam Odum 1993 menemukan bahwa jumlah dan distribusi musiman fitoplankton maupun zooplankton dikawasan mana pun
dapat diramalkan melalui suatu formula yang didasarkan atas faktor-faktor keterbatasan penting tertentu dan koefisien fisiologi yang ditetapkan pada
percobaan dalam laboratorium. Ikan mengadakan ruaya pemijahan, ruaya ke daerah makanan, pembesaran,
tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya dimana mereka menemukan kondisi yang diperlukan oleh fase tertentu dari daur hidupnya
Nikolsky 1963 dalam Effendie 1997. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh
makanan yang tersedia. Makanan ikan mulai dari awal pembentukannya sampai ke makanan yang dimakan oleh ikan, merupakan mata rantai yang dinamakan
rantai makanan food chains. Dari makanan ini ada beberapa faktor yang berhubungan dengan populasi yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia,
mudahnya tersedia makanan dan lamanya masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut. Umumnya makanan pertama kali datang dari luar untuk
semua ikan dalam mengawali hidupnya adalah plankton bersel tunggal yang berukuran mikroskopis. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan
yang berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya Baskoro, Wahyu, dan Effendy, 2004.
Makanan alami yang terdapat di alam seperti plankton atau jenis organisme lain merupakan sumber makanan bagi ikan. Kepadatan plankton merupakan
indikator kesuburan suatu perairan. Makin subur suatu perairan maka semakin tinggi pula pertumbuhan plankton di perairan tersebut Djajadiredja 1973.
Keberadaan plankton berhubungan pula dengan keberadaan faktor fisika dan kimia dari perairan itu sendiri. Keterkaitan antara beberapa parameter fisika dan
kimia merupakan suatu hubungan yang tak terpisahkan antara ketersediaan hara bagi fitoplankton dan kelangsungan keberadaan larva ikan sebagai salah satu
organisme penghuni perairan. Penyesuaian terhadap ketersediaan makanan alami bagi ikan sangat erat
hubungannya dengan faktor fisika-kimia dari perairan tersebut. Ketersediaan makanan alami pada suatu perairan sangat menentukan keberadaan dari organisme
pemakan makanan alami tersebut. Demikian halnya bila terjadi perubahan lingkungan akan dapat merubah kebiasaan makan dari organisme yang
bersangkutan. Fluktuasi komposisi makanan dalam suatu perairan dimana ikan harus mampu untuk menyesuaikan pada ketersediaan makanan yang ada. Hal ini
mengakibatkan persaingan pada kelompok tersebut bahkan persaingan antar individu dalam kelompok yang sama. Jenis individu yang menang dalam
kompetisi berpeluang untuk bertahan dan berkembang Tjahyo, 1987. Dengan demikian keberadaan larva ikan pada suatu perairan sangat ditentukan oleh faktor
makanan dan faktor-faktor fisika dan kimia sebagai faktor pendukung keberadaan dari ikan yang berarti kelangsungan dari komunitas sebagai bagian yang lebih
besar.
2.5 Ekologi Larva Ikan dan Pembentukan Komunitas