Kondisi Umum Pulau Abang

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Kondisi Umum Pulau Abang

Secara geografis Kepulauan Abang merupakan wilayah yang masuk dalam wilayah Kota Batam yang mempunyai posisi yang strategis karena berada pada jalur pelayaran internasional dan hanya berjarak 12.5 mil laut dengan negara tetangga Singapura, kondisi ini menempatkan Kota Batam sebagai pintu gerbang lokomotif pembangunan ekonomi baik Propinsi Riau maupun Nasional. Kepulauan Abang terletak pada 0.53 o – 0.58 o Lintang Utara dan 104.21 o – 104.23 o Bujur Timur merupakan sebuah wilayah yang terdiri dari beberapa pulau yang mempunyai batas wilayah sebagai berikut : 1 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Karas 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Senayang 3 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karimun 4 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Senayang Pulau Abang termasuk dalam kawasan kepulauan Riau, memiliki gugusan pulau yang terdiri dari ± 30 pulau besar dan kecil. Pulau Abang Besar memiliki panjang pantai sekitar 29,9 km dan Pulau Abang Kecil memiliki panjang pantai sekitar 9,5 km. Iklim yang berpengaruh di Pulau Abang adalah iklim tropis. Lokasi penelitian merupakan daerah kepulauan yang masih termasuk dalam Kecamatan Galang Baru yang terletak di sebelah Selatan kawasan Barelang Batam, Rempang dan Galang yang termasuk kedalam wilayah administrasi Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau dengan jumlah penduduk 1.645 jiwa. Daerah ini memiliki daratan sepanjang 12.7 Km 2 dengan jumlah 42 pulau dan yang berpenghuni 7 pulau. Kepulauan Abang dikelilingi oleh tumbuhan mangrove yang didominasi oleh Rhizophora sp. Sonneratia sp dan beberapa jenis Avicennia sp. Selain ekosistem mangrove, Pulau Abang juga memiliki potensi terumbu karang yang relatif baik. Terumbu karang di Pulau Abang memiliki lereng terumbu landai dengan kemiringan sekitar 30 o . Beberapa karang batu dengan bentuk pertumbuhan massif seperti Porites lutea dan Favia, serta Acropora lebih umum dijumpai dibandingkan dengan karang batu jenis lainnya. Menurut data hasil pengamatan citra satelit, terumbu karang di Pulau Abang diperkirakan mencapai tidak kurang dari 1400 ha. Dilihat dari sumberdaya perairannya, Kepulauan Abang memiliki sumberdaya yang cukup andal bila dikelola dengan baik seperti ekosistem mangrove dan terumbu karang. Perairan ini memiliki berbagai ekosistem laut dangkal yang merupakan tempat hidup dan memijah ikan-ikan laut. Pulau Abang memiliki kawasan mangrove yang cukup luas dengan luasan mencapai 4 km 2 CRITC-COREMAP, 2005. Kondisi mangrove yang baik ini akan mendukung pengembangan sea ranching di kawasan tersebut. Menurut Masaru 1999 in Sudrajad et al. 2001 sea ranching adalah konsep pengelolaan perairan pantai atas dasar pendekatan ekologi dengan memperhatikan potensi sumberdaya yang ada, sedangkan sea farming dapat dievaluasi sebagai elemen-elemen teknologi dari kegiatan sea ranching. Dalam hal ini, kegiatan sea ranching yang akan dikembangkan di Pulau Abang berupa penebaran stok ikan ke perairan di sekitar Pulau Abang. Ikan-ikan ini akan dibiarkan hidup secara alami. Adapun bentuk dari kegiatan sea farming yang akan dikembangkan adalah pembudidayaan ikan karang ikan kerapu dan ikan kakap melalui keramba jaring apung KJA. Keadaan iklim daerah ini dipengaruhi oleh dua Musim yaitu Musim Timur, dan Musim Barat yang diselingi oleh Musim Peralihan Pancaroba. Musim Timur biasanya terjadi pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei, Musim Peralihan terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September sedangkan Musim Barat berlangsung dari bulan Oktober sampai dengan bulan Januari. Berdasarkan rata-rata curah hujan Pulau Abang tergolong daerah basah dengan curah hujan 2000 mmtahun, suhu rata-rata 26 sampai 34 derajat celcius, dengan dataran yang berbukit – bukit, berlembah, dan berbatu muda dengan ketinggian maksimum 160 meter di atas permukaan laut.

4.2 Kondisi Fisika Kimia Perairan