Kematangan reproduksi karang lunak Lobophytum strictum

jarang mencapai 2-3 ppt, namun menurunnya kadar salinitas karena curah hujan tinggi atau masukan air dari sungai dapat mengganggu. Nilai derajat keasaman yang diukur pada lokasi penelitian memiliki kisaran dengan fluktuasi yang sangat kecil yaitu antara 8 – 8.08 yang masih berada pada kisaran baku mutu kualitas air yaitu 7 – 8.5. Nilai pH yang optimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang lunak adalah 8.1-8.5 Ellis dan Sharon, 2005. Hal serupa juga terjadi dalam nilai pengukuran oksigen terlarut yang seluruhnya berada di atas 5 mgl dan sesuai dengan baku mutu kualitas air untuk karang. Nutrien seperti nitrat dan fosfat mempengaruhi pertumbuhan alga pada karang. Alga cenderung tumbuh lebih baik pada perairan yang kaya akan nutrien. Berdasarkan Tabel 3, nilai kandungan fosfat pada kedalaman 12 meter di pengukuran tahap1 jauh dari nilai baku mutu dibandingkan nilai pengukuran lainnya. Fosfat dalam bentuk senyawa orto-P PO 4 3- merupakan nutrien yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk melakukan produktivitas primer. Nilai kandungan nitrat pada kedalaman 3 meter pada tahap 1 dan 2 sebesar 0.034 dan 0.21 mg l jauh di atas nilai baku mutu yang hanya sebesar 0.008 mgl. Secara garis besar nilai kandungan nitrat di kedalaman 3 meter lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 12 meter.

4.2. Pengamatan perkembangan oosit karang lunak Lobophytum strictum

4.2.1 Kematangan reproduksi karang lunak Lobophytum strictum

Pengamatan gamet pada preparat histologis Lobophytum strictum yang dilakukan menunjukkan jenis kelamin karang lunak tersebut, tahap perkembangan gamet serta jumlah dan diameter gametnya. Pengamatan terhadap sayatan menegak cabang koloni karang lunak Lobophytum strictum menunjukkan bahwa gamet ditemukan sendirian soliter atau berkelompok pada rongga gastrovaskuler, menempel atau cenderung dekat dengan mesenteri yang menyebar dalam sayatan cabang koloni. Berdasarkan pengamatan terhadap preparat histologis Lobophytum strictum ditemukan hanya gamet betina atau oosit pada semua sayatan cabang koloni. Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel koloni karang lunak berjenis kelamin betina. Keseragaman jenis kelamin ini dikarenakan karang lunak fragmentasi buatan pada kedalaman 3 dan 12 meter berasal dari koloni induk yang sama, dan sampel karang lunak non fragmentasi diambil dari lokasi yang sama dengan koloni induk untuk fragmentasi buatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada lokasi asal koloni sampel untuk penelitian ini didominasi oleh kumpulan koloni karang lunak dengan jenis kelamin betina. Tidak ditemukannya gamet jantan atau sperma selama penelitian membuktikan terjadinya reproduksi aseksual pada karang lunak Lobophytum strictum. Lobophytum pauciflorum umumnya membentuk kumpulan koloni dimana semua koloninya memiliki jenis kelamin yang sama. Hal ini dapat terjadi disebabkan koloni-koloni dalam kumpulan koloni kemungkinan besar dibentuk dengan pembelahan secara aseksual Fan et al., 2005. Kemampuan karang lunak untuk bereproduksi dapat diketahui dengan adanya keberadaan gamet dalam koloni tersebut. Namun tingkat kemampuan reproduksinya dilihat dari tahap perkembangan gamet dan jumlahnya. Dari pengamatan histologis, oosit dapat ditemukan di seluruh cabang koloni baik dari karang lunak non fragmentasi dan fragmentasi buatan, dari pengambilan sampel tahap 1 dan 2 serta pada semua fase bulan Qomariyah yang menunjukkan terjadinya reproduksi seksual pada karang lunak Lobophytum strictum. Namun hasil pengamatan yang menunjukkan sampel non fragmentasi hanya memiliki gamet betina dengan tingkat kematangan dari tahap I sampai tahap III sedangkan sampel fragmentasi buatan pada kedalaman 3 dan 12 meter hanya memiliki oosit tahap I dan II membuktikan bahwa baik sampel karang lunak non fragmentasi maupun karang lunak hasil fragmentasi buatan belum mencapai kematangan reproduksi. Octocorallia sangat bervariasi dalam umur dan ukuran untuk mencapai kematangan reproduksinya. Pada beberapa spesies karang, ada ukuran minimal koloni, tanpa memperhatikan umur fisiologisnya, yang harus dicapai sebelum gametogenesis dapat terjadi Kojis dan Quinn, 1985 dalam Harrison dan Wallace, 1990. Lobophytum crassum dengan ukuran koloni dan berat kurang dari 18 cm dan 83 gram tidak memiliki gonad. Spesies ini mencapai kematangan reproduksi seksual pada saat diameter koloninya mencapai 25cm Yamazato et al., 1981 sedangkan Lobophytum pauciflorum pada saat diameternya mencapai 10-15 cm untuk betina dan 5-10 cm untuk jantan Fan et al., 2005. Hasil yang menunjukkan bahwa sampel non fragmentasi dan hasil fragmentasi buatan belum mencapai tahap kematangan reproduksi seksualnya, maka koloni Lobophytum strictum yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan belum melakukan spawning yaitu pengeluaran gamet yang matang ke kolom perairan agar dapat mengalami pembuahan. Untuk itu, pengaruh fase bulan terhadap reproduksi karang lunak Lobophytum strictum non fragmentasi dan hasil fragmentasi buatan tidak dapat diamati.

4.2.2 Komposisi oosit karang lunak Lobophytum strictum