Jumlah rata-rata oosit terlihat lebih banyak pada sampel fragmentasi kedalaman 3 meter dibandingkan dengan 12 meter. Karang lunak fragmentasi
buatan pada kedalaman 3 meter mengalami peningkatan jumlah oosit dari umur 8 bulan setelah fragmentasi ke umur 10 bulan setelah fragmentasi, terlihat jelas
terutama dari peningkatan jumlah O2. Hal berbeda terjadi pada karang lunak fragmentasi buatan kedalaman 12 meter yang mengalami penurunan jumlah O1
dari umur 8 bulan setelah fragmentasi ke umur 10 bulan setelah fragmentasi, namun mengalami peningkatan jumlah O2.
Meningkatnya jumlah O1 dan O2 dikarenakan terjadinya pembentukan oosit baru dan perkembangan oosit menuju ke tingkat kematangan yang lebih
tinggi. Semenjak koloni-koloni sampel diduga tidak mengalami spawning maka faktor penyebab menurunnya jumlah oosit kemungkinan besar dikarenakan
terjadinya penyerapan oleh koloni karang itu sendiri sehingga jumlah oosit berkurang selama tahap perkembangannya. Dalam beberapa spesies, sejumlah
oosit dapat diserap kembali selama oogenesis, agar dapat menyediakan nutrien bagi oosit yang tersisa Harrison dan Wallace, 1990. Informasi mengenai
fenomena terjadinya penyerapan oosit masih sedikit karena tidak diketahui bagaimana penyerapan itu terjadi, faktor penentu sel mana yang dikorbankan,
ataukah adanya keterbatasan lingkungan, nutrisi atau fisiologi yang memicu degenerasi oosit Harrison dan Wallace, 1990.
4.2.3 Oogenesis dan ukuran oosit karang lunak Lobophytum strictum
Hasil pengamatan terhadap preparat histologis karang lunak Lobophytum strictum menunjukkan bahwa semua koloni sampel berjenis kelamin betina, maka
tahap perkembangan gamet yang dapat terlihat hanya perkembangan gamet betina atau oogenesis. Penentuan tahap perkembangan gamet mengacu pada penelitian
yang dilakukan oleh Schleyer et al. 2004 terhadap spesies karang lunak Sarcophyton glaucum dan Choi dan Song 2007 terhadap spesies karang lunak
Dendronephthya suensoni. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ditemukan oosit tahap I dan
oosit tahap II tersebar di semua bagian sayatan histologis sampel. Oosit tahap I cenderung berkumpul dengan oosit lainnya, melekat pada mesoglea di mesenteri
dengan nukleus yang sudah mulai terlihat dengan batas sitoplasma yang belum jelas. Ukuran diameter oosit tahap I terbilang kecil yaitu 7.24 ± 0.83
μm n = 50.
Gambar 10. Oosit tahap I O1 karang lunak Lobophytum strictum Keterangan : O1 oosit tahap I, n nukleus, batas antara nukleus dan sitoplasma
belum terlalu jelas
Oosit tahap II dicirikan dengan gamet yang cenderung sudah mulai terpisah atau soliter. Umumnya terhubung pada mesenteri dengan pedikel,
memiliki nukleus dan nukleolus, serta batas sitoplasmanya mulai terlihat jelas. Meskipun terkadang sulit dibedakan, oosit tahap II cenderung memiliki ukuran
n
20μm
O1
diameter rata-rata yang lebih besar dari oosit tahap I yaitu 10.45 ± 1.3 5 μm n =
50.
Gambar 11. Oosit tahap II O2 karang lunak Lobophytum strictum Keterangan : O2 oosit tahap II, n nukleus, nu nukleolus
Oosit tahap III O3 ditemukan hanya pada karang lunak non fragmentasi
pengambilan sampel tahap 1 dalam jumlah sangat sedikit pada fase bulan tiga per empat, mati dan purnama dengan jumlah oosit tahap III pada fase bulan purnama
paling tinggi dibandingkan dengan fase-fase lainnya. Persentase jumlah O3 berturut-turut pada fase bulan tiga per empat dan fase bulan mati hanya sebesar
0.2 dan 0.3. Gambar 12 merupakan persentase jumlah tahap perkembangan oosit pada fase bulan purnama dengan persentase jumlah O3 sebesar 1.4 dari
total jumlah oosit yang dihitung. O2
nu n
20μm
Gambar 12. Persentase jumlah tahap perkembangan oosit pada fase bulan purnama pengambilan sampel tahap 1
Keterangan : O1 oosit tahap I, O2 oosit tahap 2, O3 oosit tahap 3
Oosit tahap III memiliki ukuran yang jauh lebih besar, batas nukleus dan nukleolus yang jelas, mulai muncul butiran-butiran lemak yang menggantikan
butiran- butiran sitoplasma dan umumnya telah terlepas dari mesenteri menuju rongga gastrovaskuler. Gambar oosit tahap III secara jelas ditampilkan pada
Gambar 13.
Gambar 13. Oosit tahap 3 O3 karang lunak Lobophytum strictum Keterangan : O3 oosit tahap 3, rg rongga gastrovaskuler, n nukleus, nu nukleolus
O3 rg
n nu
20 μm
Pengambilan sampel tahap 1 dilakukan pada bulan Mei yang merupakan musim peralihan dari musim barat ke musim timur. Ditemukannya oosit tahap III
hanya pada sampel non fragmentasi pengambilan sampel tahap 1 diduga sebagai respon terhadap faktor lingkungan yang kurang mendukung pada saat itu yaitu
mematangkan gamet untuk memaksimalkan reproduksinya. Hal ini didukung dengan jumlah rata-rata oosit tahap II yang mengalami penurunan pada saat yang
bersamaan.
4.3 Pengaruh kedalaman dan fragmentasi buatan terhadap reproduksi seksual karang lunak