Waktu dan lokasi penelitian Alat dan bahan Analisis data

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Februari - September 2009 dan Oktober 2010 - Desember 2010. Sampel karang lunak Lobophytum strictum diperoleh dari rak fragmentasi buatan yang berada di Area Perlindungan Laut pada koordinat 05 o 44’03,7” LS dan 106 o 36’42,5” BT dan daerah tubir laut di selatan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Pembuatan dan pengamatan preparat histologis dari sampel dilakukan di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Gambar 7. Peta lokasi penelitian di perairan Pulau Pramuka 18

3.2 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian mengenai reproduksi karang lunak ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu alat dan bahan yang digunakan untuk pengambilan sampel di lapang dan untuk pembuatan preparat dan pengamatan histologis di laboratorium. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian Alat Bahan Pengambilan Sampel Peralatan SCUBA Formalin 10 Kapal motor Karang lunak Lobophytum strictum Pisau Selam Botol sampel Pembuatan Preparat dan Pengamatan Histologis Alat pemanas air Eyela Water Bath SB-650 Formalin 10 Botol film Karang lunak Lobophytum strictum Basket jaringan Air kran Blok kayu Air destilasi Pisau dan cutter Formalin 37 Pinset Asam Formik Jarum Asam Klorida Lemari Asam Etanol 70, 80, 90, 95 dan 100 Embedding Console Tissue-Tek TEC Parafin Inkubator Eyela Soft Incubator SLI-450N Enthellan Inkubator Memmert Pewarna Hematoxylin dan Eosin Mikrotom Spencer 820 Xylol Gelas objek dan cover glass Mikrometer objektif dan okuler Mikroskop cahaya dan stereo Olympus CH20 Tutup Pagoda Kertas Label Tisu Alat tulis : pensil dan spidol permanen 3.3. Metode kerja 3.3.1 Preparat Histologis 1 Pengambilan Sampel Karang Lunak Sampel karang lunak Lobophytum strictum diambil dari karang non fragmentasi alam dan hasil fragmentasi buatan pada dua kedalaman berbeda yaitu 3 dan 12 meter. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan dengan memotong koloni karang lunak secara acak menggunakan pisau atau cutter kemudian disimpan dalam botol sampel dan difiksasi dengan formalin 10 . Sampel karang lunak hasil fragmentasi diambil pada usia 8 bulan pengambilan sampel tahap 1 dan 10 bulan pengambilan sampel tahap 2. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan siklus bulan menurut penanggalan bulan Qomariyah yang dibagi dalam empat fase bulan, yaitu : a. Fase bulan baru sampai bulan ¼ pertama hari 1-7 b. Fase bulan ¼ pertama sampai bulan purnama hari 8-14 c. Fase bulan purnama sampai bulan ¼ ketiga hari 15-21 d. Fase bulan ¼ ketiga sampai bulan gelap hari 22-28 Total cabang koloni yang digunakan untuk penelitian ini berjumlah 72 cabang, dengan pembagian sebesar 36 cabang dari tiap tahap pengambilan. Tiga cabang koloni dengan asal koloni berbeda baik dari karang lunak non fragmentasi maupun hasil fragmentasi pada kedalaman 3 dan 12 meter diambil pada setiap fase bulan dari dua tahap pengambilan. 2 Pembuatan preparat histologis Pembuatan preparat histologis untuk pengamatan dilakukan dengan metode parafin Gunarso, 1989 dan Kiernan, 1990. Tahapan-tahapan pembuatan preparat adalah sebagai berikut : 1 Pemotongan sampel karang lunak dengan ukuran yang sesuai untuk dijadikan preparat; 2 Dekalsifikasi sampel yang telah difiksasi dengan menggunakan larutan campuran antara HCl absolut, Formalin 37, Asam Formik dengan komposisi 0,5 : 0,5 : 0,25 yang ditambahkan air destilasi hingga 100 ml selama ± 12 jam ; 3 Dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat 70 – 100 ; 4 Penjernihan clearing menggunakan xylol sebanyak tiga kali ulangan; 5 Infiltrasi parafin ke dalam jaringan menggunakan parafin cair dalam inkubator bersuhu 65 C selama tiga kali ulangan; 6 Embedding atau penanaman sampel karang lunak menggunakan parafin cair; 7 Pendinginan dan penempelan parafin pada blok kayu; 8 Pemotongan jaringan sectioning menggunakan mikrotom putar dengan ketebalan ± 5μm; 9 Penempelan sayatan jaringan lunak pada kaca preparat; 10 Deparaffinisation menggunakan xylol sebanyak tiga kali ulangan masing-masing selama ± 3menit ; 11 Rehidrasi menggunakan alkohol bertingkat 100-70 masing-masing selama 3 menit dan air kran dan akuades masing-masing selama 5-10 menit ; 12 Pewarnaan menggunakan pewarna Hematoksilin-Eosin; 13 Dehidrasi dengan alkohol bertingkat; 14 Penjernihan dengan xylol sebanyak tiga kali ulangan; 15 Mounting dengan menggunakan entelan.

3.3.2 Pengamatan perkembangan oosit

Pengamatan preparat histologi dilakukan di Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa sebesar 400x untuk memperoleh data : a. Tahap perkembangan oosit Perkembangan oosit diamati berdasarkan ciri morfologi dan ukurannya. b. Jumlah rata-rata oosit per lapang pandang Jumlah oosit ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata telur terbanyak yang ditemukan dalam lima lapang pandang pada tiga sayatan berseri dari tiap cabang koloni. c. Diameter oosit Panjang oosit diukur pada bagian oosit yang paling panjang dan lebarnya diukur secara tegak lurus terhadap panjangnya. Data panjang dan lebar oosit kemudian dirata-rata menjadi data diameter oosit. Untuk setiap tahap perkembangan oosit diambil 50 sampel secara acak untuk diukur diameternya.

3.3.3 Pengukuran Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur adalah parameter fisika dan kimia yang dilakukan secara in situ dan pengamatan melalui analisis laboratorium. Parameter fisika – kimia yang diukur, satuan, dan alatmetode yang digunakan dalam pengukuran parameter lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur No Parameter Satuan Pengukuran AlatMetode Parameter Fisika 1 Suhu o C in situ Termometer Hg 2 Kecepatan arus cms in situ Floating droadge 3 Kedalaman meter m in situ Depth gauge Parameter Kimia 1 Salinitas o oo in situ Refraktometer 2 Derajat keasaman pH laboratorium pH meter 3 Oksigen terlarut mgl in situ Titrasi Winkler 4 Fosfat mgl laboratorium Spektrofotometer 5 Nitrat mgl laboratorium Spektrofotometer

3.4. Analisis data

Perkembangan dan jumlah oosit karang lunak Lobophytum strictum dianalisis dengan melakukan pengamatan preparat histologi secara visual dengan mikroskop dan gambar hasil mikrofotografi berdasarkan fase bulan, pengaruh fragmentasi dan non fragmentasi, serta kedalaman fragmentasi dan membandingkannya dengan pustaka terbaru atau jurnal. Jumlah oosit diukur dengan menghitung rata –rata jumlah oosit terbanyak yang ditemukan pada lima lapang pandang di tiga sayatan berseri koloni sampel. Data jumlah oosit sampel yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji-F dua sampel. Langkah pertama adalah melakukan pengujian mengenai asumsi homogenitas ragam populasi menggunakan uji-F dengan selang kepercayaan 95 untuk mengetahui jenis uji-t yang harus digunakan. Jika F hit F tabel maka tolak H o yang berarti ragam populasi diasumsikan tidak sama sehingga uji yang digunakan adalah uji-t dengan asumsi ragam tidak homogen. Jika F hit F tabel maka gagal tolak H o yang berarti ragam populasi diasumsikan sama maka digunakan uji-t dengan asumsi ragam homogen. Kedua uji-t yang dipakai menggunakan selang kepercayaan 95. Apabila nilai t hit t tabel maka tolak H o yang berarti ada perbedaan nyata pada perkembangan reproduksi seksual karang lunak terhadap pengaruh kedalaman dan fragmentasi buatan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lingkungan Perairan Lokasi Penelitian

Pengukuran parameter fisika dan kimia yang dilakukan di lapangan dan di laboratorium secara rinci disajikan dalam Tabel 3. Parameter fisika dan kimia yang diukur menunjukkan nilai dengan kisaran yang tidak terlalu jauh berbeda pada tahap 1 dan tahap 2 pengambilan sampel. Tabel 3. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Parameter Satuan Nilai Baku Mutu Kualitas Air Tahap 1 Tahap 2 Suhu o C 28-30 3 meter 28.7 29.5 12 meter 27.4 27.8 Kecepatan Arus cms 29.1 25.4 Salinitas o oo 33-34 3 meter 33 33 12 meter 33 33 Derajat keasaman pH 7-8.5 3 meter 8.08 8 12 meter 8.05 8 Oksigen terlarut mgl 5 3 meter 5.621 5.243 12 meter 5.631 5.646 Fosfat mgl 0.015 3 meter 0.015 0.022 12 meter 0.146 0.014 Nitrat mgl 0.008 3 meter 0.034 0.21 12 meter 0.029 0.007 Catatan : 1. Pengamatan parameter fisika dan kimia perairan tahap 1 dilakukan pada bulan Mei 2009 dan tahap 2 pada bulan Juli 2009. 2. Baku mutu merujuk pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang baku mutu kualitas air untuk biota laut karang No. 179 tahun 2004 25