Komposisi oosit karang lunak Lobophytum strictum

bulan terhadap reproduksi karang lunak Lobophytum strictum non fragmentasi dan hasil fragmentasi buatan tidak dapat diamati.

4.2.2 Komposisi oosit karang lunak Lobophytum strictum

Pengamatan yang dilakukan terhadap preparat histologis karang lunak Lobophytum strictum menunjukkan bahwa oosit yang ditemukan dalam cabang koloni memiliki jumlah dan tahap perkembangan yang berbeda-beda. Gambar 8 memperlihatkan komposisi jumlah rata-rata O1 dan O2 pada karang lunak non fragmentasi berdasarkan fase bulan Qomariyah. Oosit tahap III O3 ditemukan pada sampel non fragmentasi dalam jumlah sangat sedikit sehingga tidak dimasukkan dalam penghitungan komposisi jumlah rata-rata tahap perkembangan oosit. Gambar 8. Komposisi jumlah rata-rata O1 dan O2 pada karang lunak sampel non fragmentasi Keterangan : O1 Oosit tahap I, O2 Oosit tahap II, P Fase bulan Purnama, T Fase bulan Tiga per empat, M Fase bulan Mati, S Fase bulan Seperempat Berdasarkan grafik komposisi rata-rata tahap perkembangan oosit karang lunak terlihat adanya fluktuasi dari jumlah O1 dan O2 baik pada pengambilan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P T M S P T M S Non Fragmentasi Pengambilan Sampel Tahap 1 Non Fragmentasi Pengambilan Sampel Tahap 2 Ko m p o si si s J u m la h R a ta -r a ta O1 d a n O2 p e r l a p a n g p a n d a n g O2 O1 sampel tahap 1 dan 2. Jumlah rata-rata oosit terbanyak ditemukan pada fase bulan mati atau gelap baik pada pengambilan sampel tahap 1 maupun tahap 2. Jumlah O2 terlihat jelas mengalami peningkatan pada pengambilan sampel tahap 2 dibandingkan dari pengambilan sampel tahap 1. Jumlah oosit mengalami peningkatan dari fase bulan purnama sampai fase bulan mati dan menurun pada fase bulan seperempat pengambilan sampel tahap 1, sedangkan pada pengambilan sampel tahap 2, jumlah oosit mengalami penurunan dari fase bulan purnama ke fase bulan tiga per empat, mengalami peningkatan signifikan pada fase bulan mati dan sedikit menurun kembali jumlahnya pada fase bulan seperempat. Gambar 9 merupakan gambar komposisi jumlah rata-rata O1 dan O2 pada karang lunak Lobophytum strictum hasil fragmentasi buatan. Terjadinya fluktuasi pada komposisi jumlah rata-rata oosit dapat terlihat pada karang lunak hasil fragmentasi buatan umur 8 dan 10 bulan pada kedua kedalaman lokasi fragmentasi. Gambar 9. Komposisi jumlah rata-rata O1 dan O2 pada karang lunak sampel hasil fragmentasi buatan Keterangan : O1 Oosit tahap I, O2 Oosit tahap II, P Fase bulan Purnama, T Fase bulan Tiga per empat, M Fase bulan Mati, S Fase bulan Seperempat 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P T M S P T M S P T M S P T M S 3 meter 12 Meter 3 Meter 12 Meter Tahap 1 8 bulan setelah fragmentasi Tahap 2 10 bulan setelah fragmentasi Ko m p o si si s J u m la h R a ta -t a ta O1 d a n O2 p e r l a p a n g p a n d a n g O2 O1 Jumlah rata-rata oosit terlihat lebih banyak pada sampel fragmentasi kedalaman 3 meter dibandingkan dengan 12 meter. Karang lunak fragmentasi buatan pada kedalaman 3 meter mengalami peningkatan jumlah oosit dari umur 8 bulan setelah fragmentasi ke umur 10 bulan setelah fragmentasi, terlihat jelas terutama dari peningkatan jumlah O2. Hal berbeda terjadi pada karang lunak fragmentasi buatan kedalaman 12 meter yang mengalami penurunan jumlah O1 dari umur 8 bulan setelah fragmentasi ke umur 10 bulan setelah fragmentasi, namun mengalami peningkatan jumlah O2. Meningkatnya jumlah O1 dan O2 dikarenakan terjadinya pembentukan oosit baru dan perkembangan oosit menuju ke tingkat kematangan yang lebih tinggi. Semenjak koloni-koloni sampel diduga tidak mengalami spawning maka faktor penyebab menurunnya jumlah oosit kemungkinan besar dikarenakan terjadinya penyerapan oleh koloni karang itu sendiri sehingga jumlah oosit berkurang selama tahap perkembangannya. Dalam beberapa spesies, sejumlah oosit dapat diserap kembali selama oogenesis, agar dapat menyediakan nutrien bagi oosit yang tersisa Harrison dan Wallace, 1990. Informasi mengenai fenomena terjadinya penyerapan oosit masih sedikit karena tidak diketahui bagaimana penyerapan itu terjadi, faktor penentu sel mana yang dikorbankan, ataukah adanya keterbatasan lingkungan, nutrisi atau fisiologi yang memicu degenerasi oosit Harrison dan Wallace, 1990.

4.2.3 Oogenesis dan ukuran oosit karang lunak Lobophytum strictum