48
10. Perlemahan luas tampang batang konstruksi rangka kayu dengan sambungan
baut sebesar 20 – 25 .
Kekuatan sambungan baut dapat dipengaruhi oleh daya dukung baut itu sendiri terhadap lenturan, geseran pada titik hubung dan sesaran keduanya
tergantung dari gaya tarik gaya normal yang timbul dalam baut itu, dan kekuatan kayu Wirjomartono, 1977. Dalam penggunaannya pada konstruksi-
konstruksi kayu, prinsip dasar baut adalah untuk menahan beban tegak lurus terhadap sumbu baut pada beban yang bersudut 0
o
hingga 90
o
terhadap arah serat kayu Hoyle, 1973. Jarak antar baut dan lubang baut pada konstruksi sambungan
kayu juga dapat mempengaruhi kekuatan dari konstruksi sambungan kayu.
2.3 Sifat Fisis
Sifat fisis kayu sangat mempengaruhi kekuatan kayu yang akan dijadikan sebagai bahan bangunan atau konstruksi. Selain sifat fisis, sifat mekanik juga
memberikan peran penting dalam suatu konstruksi bangunan dari kayu Haygreen et al. 2003. Menurut Haygreen et al. 2003, faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat fisik kayu diantaranya adalah: 1.
Jumlah zat kayu yang terdapat pada suatu volume tertentu dan jumlah air di dalam dinding sel.
2. Persentase komponen utama pembentuk dinding sel dan persentase zat
ekstraktif. 3.
Susunan dan orientasi fibril dalam sel atau jaringan termasuk jenis, ukuran, dan proporsinya.
Sifat fisis yang diuji meliputi kadar air, kerapatan dan berat jenis kayu.
2.3.1 Kadar Air
Menurut Haygreen et al. 2003, kadar air diartikan sebagai berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur BKT.
Kadar air dalam kayu mempengaruhi kekuatan kayu. Semakin tinggi kadar air kayu maka semakin rendah kekuatan kayu sedangkan jika terjadi penurunan
kadar air atau kayu tersebut mengering maka kekuatan kayu akan meningkat.
Pengaruh penurunan kadar air terhadap sifat kekuatan kayu tampak jelas apabila
kadar air berada dibawah titik jenuh serat. Air dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat dimana kedua-duanya sangat menentukan kadar air dalam kayu.
49
Kadar air segar dalam satu jenis pohon juga berbeda-beda tergantung pada tempat tumbuh dan umur pohon Haygreen et al. 2003.
2.3.2 Kerapatan
Menurut Haygreen et al. 2003, kerapatan diartikan sebagai massa atau berat per satuan volume. Ini biasanya dinyatakan dalam pon per kaki kubik atau
kilogram per meter kubik. Kerapatan kayu juga bervariasi pada arah vertikal maupun horizontal. Pada arah vertikal, bagian kayu yang posisinya lebih tinggi
memiliki kerapatan yang lebih rendah dikarenakan faktor mekanis dan faktor biologis. Pada arah horizontal, kerapatan kayu dipengaruhi oleh umur. Kayu yang
umurnya lebih muda memiliki kerapatan yang lebih rendah Tsoumis, 1991. Kerapatan kayu dapat mempengaruhi sifat mekanis dan sifat-sifat kayu lainnya
seperti kembang susut dan higroskopisitas.
2.3.3 Berat Jenis
Menurut Haygreen et al. 2003, BJ diartikan sebagai perbandingan kerapatan bahan kayu dengan kerapatan air 1 gcm
3
. BJ merupakan sifat fisis kayu yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kekuatan kayu dan sifat
mekanis kayu lainnya. Semakin tinggi BJ-nya, maka kayu umumnya semakin
kuat dan semakin berat. 2.4 Sifat Mekanis
Menurut Tsoumis 1991, sifat mekanis kayu merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap gaya luar yang cenderung merubah bentuk benda.
Ketahanan kayu tersebut tergantung pada besarnya gaya dan cara pembebanan tarik, tekan, geser, pukul. Sifat mekanis kayu juga dipengaruhi oleh faktor luar
kayu eksternal seperti kelembaban lingkungan dan faktor dalam kayu internal seperti BJ, cacat mata kayu, serat miring dan sebagainya. Sifat mekanis yang
diuji dalam penelitian ini meliputi kekuatan tekan maksimum sejajar serat dan kekuatan sambungan baut double shear.
2.4.1 Kekuatan Tekan Maksimum Sejajar Serat