Sifat Fisis Kayu HASIL DAN PEMBAHASAN

64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisis Kayu

Kadar air, kerapatan dan BJ kayu merupakan sifat fisis kayu yang yang sangat penting karena dapat mempengaruhi sifat mekanis kayu dan kekuatan kayu Haygreen et al. 2003. Fluktuasi kadar air kayu akan mempengaruhi sifat fisis dan mekanis kayu tersebut Haygreen dan Bowyer 1996. Hasil pengujian kadar air, kerapatan dan BJ kayu disajikan dalam Tabel 1. Rekapitulasi data perhitungan kadar air, kerapatan dan BJ dari tiga jenis kayu yang diteliti yaitu kayu sengon, bintangur dan kapur disajikan secara lengkap pada Lampiran 1, 2 dan 3. Tabel 1 Hasil pengukuran sifat fisis tiga jenis kayu. Sifat Fisis Jenis Kayu Sengon Bintangur Kapur Kadar Air 14,27 12,40 14,44 Kerapatan gcm 3 0,26 0,54 0,82 Berat Jenis 0,23 0,48 0,72 Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar air, kerapatan dan BJ kayu ke tiga jenis yang diteliti bervariasi. Variasi atau keragaman nilai kadar air tergolong rendah, tetapi tidak demikian hal nya dengan keragaman nilai kerapatan dan atau BJ kayu. Kadar air kayu hasil penelitian ini berkisar antara 12,40 hingga 14,44, sedangkan kerapatan dan BJ kayu berturut-turut berkisar antara 0,26 gcm 3 hingga 0,82 gcm 3 dan 0,23 hingga 0,72. Gambar 22 menyajikan keragaman nilai kadar air kayu. Kadar air merupakan hal yang penting dalam pemanfaatan kayu karena dapat mempengaruhi semua sifat kayu. Pada umumnya kekuatan kayu akan bertambah dengan berkurangnya kadar air kayu di bawah titik jenuh serat Bowyer et al. 2003. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kadar air ketiga jenis kayu tersebut sudah berada dibawah kadar air titik jenuh serat 30 dan telah mencapai kadar air kesetimbangan KAK. Kondisi ini membuat kekuatan 65 kayu menjadi bertambah karena pada umumnya semakin berkurang nilai kadar air dibawah kadar air titik jenuh serat maka kayu semakin kuat, dan sebaliknya apabila kadar air mendekati kadar air titik jenuh serat maka kekuatan kayu akan semakin berkurang. Titik jenuh serat merupakan suatu titik dimana semua air cair di dalam rongga sel telah keluar namun dinding sel masih dalam keadaan jenuh Haygreen dan Bowyer 1996. Dengan demikian, maka kondisi kayu saat dijadikan sambungan dan saat diuji telah berada dalam kondisi keseimbangan dengan kelembaban relatif udara. Gambar 22 Diagram rata-rata kadar air tiga jenis kayu. Diantara tiga jenis kayu yang diteliti, sengon merupakan kayu dengan nilai kerapatan dan BJ yang paling rendah berturut-turur sebesar 0,26 gcm 3 dan 0,23, kemudian diikuti oleh kayu bintangur 0,54 gcm 3 dan 0,48, sedangkan yang paling tinggi adalah kayu kapur 0,82 gcm 3 dan 0,23. Keragaman nilai kerapatan kayu disajikan pada Gambar 23, sedangkan Gambar 24 memuat keragaman nilai BJ kayu. Gambar 23 Diagram rata-rata kerapatan tiga jenis kayu. 66 Gambar 24 Diagram rata-rata berat jenis tiga jenis kayu. Keragaman nilai BJ dan kerapatan menurut Kasmujo 2001 tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun di dalam kayu, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat ekstraktif di dalamnya. Menurut Oey Djoen Seng 1964 , kerapatan dan BJ kayu pada umumnya berbanding lurus dengan kekuatan kayu. Semakin tinggi nilai kerapatan dan BJ kayu, maka semakin tinggi pula kekuatan kayu. Sebaliknya, semakin rendah nilai kerapatan dan BJ kayu maka semakin rendah pula kekuatan kayu tersebut. Dengan demikian ketiga jenis kayu yang diteliti dalam penelitian ini telah sesuai dengan harapan karena dapat mewakili perbedaan kelas kuat kayu terhadap nilai kekuatan sambungan baut double shear yang akan dievaluasi. Pada penelitian ini, sengon mewakili kayu dengan kelas kuat rendah, bintangur mewakili kayu kelas kuat sedang, dan kayu kapur mewakili kayu kelas kuat tinggi.

4.2 Sifat Mekanis Kayu