Analisis Kelayakan Usahatani Jambu Biji (Psidium Guajava L.) (Studi Kasus : Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No. Umur Tanaman Luas lahan Umur Petani Pendidikan Pengalaman Bertani Jumlah (Tahun) (Ha) (Tahun) (Tahun) (Tahun) Tanggungan

(Orang)

1. 5 0,2 46 9 14

2

2. 4 0,1 49 6 9

3

3. 4 0,3 45 6 12

3

4. 4 2,5 39 6 9

3

5. 3 0,1 38 6 18

2

6. 2 0,1 41 12 16

2

7. 3 1 23 12 7

0

8. 1,5 0,4 24 12 2

0

9. 5 1,4 45 12 5

4

10. 8 0,4 42 6 10

3

11. 7 0,3 50 12 7

3

12. 4 0,2 36 12 7

2

13. 4 0,2 52 12 30

0

14. 5 0,4 51 6 19

0

15. 8 0,3 42 12 27

4

16. 8 0,6 56 6 31

0

17. 5 0,3 50 12 1 0

0

18. 6 0,1 48 12 9

2

19. 6 1 40 12 10

3

20. 3 0,4 50 12 7

3

21. 1 0,1 46 12 16

4

22. 1 0,3 50 6 15

1

23. 1 0,1 37 9 7

2

24. 3 0,4 48 12 11

3

25. 4 0,7 42 9 13

3

26. 5 0,2 49 12 11

4

27. 6 0,5 51 6 17

2

28. 5 0,3 54 6 25

0

29. 6 0,2 38 12 13

3


(2)

Lampiran 2. Karakteristik Petani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

No. Umur Tanaman Luas lahan Umur Petani Pendidikan Pengalaman Bertani Jumlah (Tahun) (Ha) (Tahun) (Tahun) (Tahun) Tanggungan

(Orang)

1. 12 0,5 45 6 12

3

2. 10 0,5 37 12 10

1

3. 12 0,25 39 6 13

3

4. 10 0,3 45 9 11

2

5. 10 0,1 50 9 14

2

6. 9 0,2 38 6 18

2

7. 9 0,2 42 12 27

4

8. 9 0,2 48 12 9

2

9. 9 0,4 52 12 15

0

10. 11 0,3 55 12 23

0

11. 10 0,4 51 6 17

1

12. 10 0,3 54 6 25

0

13. 9 0,3 56 6 31

0

14. 9 0,1 40 12 10

2

15. 9 0,4 48 12 9

2

16. 10 0,5 42 9 13

4

17. 12 0,4 41 12 16

2

18. 12 0,2 57 12 30

0

19. 25 3 23 12 7

0

20. 11 0,6 51 6 19

0

21. 10 0,7 40 12 16

4

22. 9 0,2 45 9 10

3

23. 9 0,6 48 12 11

3

24. 10 0,5 50 6 15

1

25. 10 0,3 48 9 14

2

26. 11 0,4 50 12 35

0

27. 9 0,5 39 12 9

2

28. 10 0,2 50 6 11

1

29. 13 0,6 48 9 18

4


(3)

Lampiran 3. Distribusi Sarana Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No. Bibit Pupuk Insektisida Fungisida Plastik

Koran (Batang) Urea Kandang (Liter) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

1. 80 10 3.600 1 - 10

5

2. 40 5 1.000 0,5 0,1 8

4

3. 125 10 3.000 1 0,1 30

15

4. 1.100 450 45.000 3 2 150

125

5. 40 5 1.000 0,5 0,1 10

5

6. 40 5 1.000 0,5 0,1 10

4

7. 450 150 10.000 - 1 50

20

8. 110 - 2.550 1 - 30

12

9. 600 200 5.000 3 0,25 50

20

10. 160 - 5.000 1 - 40

25

11. 130 10 5.400 1 0,2 20

10

12. 80 5 1.200 0,5 0,1 10

8

13. 80 5 10.000 0,5 - 15

10

14. 170 25 10.000 1 0,3 20

20

15. 125 10 1.875 1 0,1 30

20

16. 250 50 6.000 - - 40

20

17. 135 25 4.000 1 0,5 20

10

18. 50 5 750 0,5 0,2 10

10

19. 450 100 18.000 2 - 10

8

20. 170 5 1.500 1 0, 10

5

21. 210 - 8.000 2 0,1 10

5

22. 80 10 2.025 1 0,2 8

5

23. 50 - 1.000 0,5 0,1 5

5

24. 185 25 2.775 - 0,2 10

5

25. 290 30 8.000 2,5 - 15

15

26. 90 - 1.000 1 0,1 20

15

27. 210 25 8.000 2 - 30

20

28. 130 20 1.950 1 0,2 20

12

29. 95 - 1.000 0,5 0,1 25

25


(4)

Lampiran 4. Distribusi Sarana Produksi Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

No. Bibit Pupuk Insektisida Fungisida Plastik

Koran (Batang) Urea Kandang (Liter) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg)

1. 210 100 5.000 2 0,2 20

20

2. 200 50 5.000 - 0,2 30

20

3. 105 - 1.575 1 0,1 20

15

4. 115 25 3.600 1 - 35

20

5. 45 10 4.000 0,5 0,1 13

10

6. 80 5 1.200 0,5 0,1 30

25

7. 90 10 10.000 1 0,1 25

20

8. 80 5 1.000 0,5 0,1 25

12

9. 200 50 5.600 2 - 20

20

10. 120 10 4.000 1 0,1 20

15

11. 160 - 3.600 - 0,1 25

15

12. 120 25 2.400 1 0,1 25

25

13. 115 20 4.000 1 0,2 25

15

14. 45 10 1.000 0,5 0,1 15

15

15. 170 45 5.000 1,5 - 30

20

16. 200 50 3.000 2 0,5 25

20

17. 170 45 9.000 - 0,5 18

8

18. 80 10 2.000 1 0,2 15

10

19. 1350 100 20.000 5 0,25 30

25

20. 380 50 3.600 2,5 0,2 30

25

21. 290 50 10.000 - 0,5 35

15

22. 80 10 1.000 0,5 0,1 20

20

23. 240 - 5.600 2,5 - 40

15

24. 210 50 3.150 2 0,1 30

20

25. 115 25 3.600 1 0,2 30

15

26. 170 40 4.000 1 - 30

25

27. 300 50 10.000 2 0,1 40

15

28. 90 - 3.000 1 - 30

10

29. 240 100 9.000 - 0,1 35

15

30. 120 30 3.600 1 0,1 20


(5)

Lampiran 5. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No. Luas Lahan Pengolahan Tanah Penanaman Pemeliharaan Panen (Ha) TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

(HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP)

1. 0,2 1,35 - 2,7 - 13,5 13,5

5,4 -

2. 0,1 1,35 - 2,7 - 13,5 13,5

5,4 -

3. 0,3 1,35 - 2,7 - 13,5 13,5

5,4 2,4

4. 2,5 1,35 5,55 2,7 11,1 13,5 93

5,4 7,2

5. 0,1 2,1 - 4,2 - 21 13,5

8,4 -

6. 0,1 1,35 - 2,7 - 13,5 -

5,4 4,8

7. 1 1,35 3,75 2,7 4,5 13,5 21

5,4 -

8. 0,4 1,35 1,5 2,7 - 13,5 21

5,4 4,8

9. 1,4 1,35 3,75 2,7 1,5 13,5 13,5

5,4 -

10. 0,4 1,35 - 2,7 1,5 13,5 13,5

5,4 4,8

11. 0,3 2,1 - 4,2 - 13,5 13,5

8,4 4,8

12. 0,8 1,95 1,5 3,9 3 13,5 34,5

7,8 4,8

13. 0,6 1,95 1,5 3,9 - 19,5 19,5

7,8 2,4

14. 0,4 1,95 - 3,9 - 19,5 13,5

7,8 2,4

15. 0,3 1,35 - 2,7 1,5 13,5 13,5

5,4 -

16. 0,6 1,35 1,5 2,7 3 13,5 19,5

5,4 2,4

17. 0,3 1,35 - 2,7 - 13,5 13,5

5,4 4,8

18. 0,1 1,35 - 2,7 - 13,5 -

5,4 2,4

19. 1 1,35 - 2,7 3 13,5 19,5

5,4 -

20. 0,4 1,35 - 2,7 - 13,5 -

5,4 2,4

21. 0,5 1,95 3,9 1,5 19,5 19,5

7,8 4,8

22. 0,3 1,2 - 2,4 - 12 13,5

4,8 -

23. 0,1 1,35 - 2,7 1,5 13,5 -

5,4 -

24. 0,4 1,35 - 2,7 1,5 13,5 19,5

5,4 2,4

25. 0,7 2,1 1,5 3,9 3 13,5 27

8,4 4,8

26. 0,2 1,35 - 2,7 - 13,5 -

5,4 -

27. 0,5 1,35 1,5 2,7 1,5 13,5 19,5

5,4 4,8

28. 0,3 1,2 - 2,4 - 12 13,5

4,8 -

29. 0,2 1,35 - 2,7 - 13,5 13,5

5,4 -

30. 0,5 1,35 1,5 2,7 - 13,5 19,5


(6)

Lampiran 6. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

No. Luas Lahan Pengolahan Tanah Penanaman Pemeliharaan Panen (Ha) TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

(HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP) (HKP)

1. 0,5 1,35 - 2,7 - 13,5 13,5

5,4 2,4

2. 0,5 1,35 - 2,7 1,5 13,5 19,5

5,4 2,4

3. 0,25 1,35 1,5 2,7 - 13,5 19,5

5,4 -

4. 0,3 1,35 - 2,7 1,5 13,5 13,5

5,4 -

5. 0,5 1,35 - 2,7 - 13,5 27

5,4 4,8

6. 0,8 1,95 1,5 3,9 - 19,5 19,5

7,8 4,8

7. 0,8 1,35 1,5 2,7 1,5 13,5 21

5,4 -

8. 0,6 1,35 - 2,7 1,5 13,5 19,5

5,4 4,8

9. 0,4 1,95 - 3,9 - 19,5 13,5

7,8 -

10. 0,5 1,35 1,5 2,7 3 13,5 21

5,4 4,8

11. 0,4 1,35 - 2,7 - 13,5 19,5

5,4 -

12. 0,3 1,35 - 2,7 1,5 13,5 -

5,4 4,8

13. 0,3 1,35 - 2,7 1,5 13,5 -

5,4 4,8

14. 0,1 1,35 - 2,7 - 13,5 19,5

5,4 -

15. 0,4 1,35 - 2,7 - 13,5 -

5,4 2,4

16. 0,5 1,95 1,5 3,9 4,5 19,5 27

5,4 4,8

17. 0,4 1,35 - 2,7 3 13,5 13,5

5,4 4,8

18. 0,2 1,2 - 2,4 - 12 13,5

4,8 -

19. 3 1,95 - 3,9 - 4,05 -

7,2 -

20. 0,6 1,95 - 3,9 3 19,5 27

7,8 7,2

21. 0,7 1,95 0,75 3,9 1,5 19,5 27

7,8 7,2

22. 0,2 1,2 - 2,4 - 12 -

4,8 -

23. 0,6 1,35 - 2,7 1,5 13,5 25,5

7,8 7,2

24. 0,5 1,35 - 2,7 1,5 13,5 27

5,4 4,8

25. 0,3 1,35 - 2 .7 - 13,5 -

5,4 -

26. 0,4 1,95 - 3,9 3 19,5 13,5

7,8 -

27. 0,5 1,35 1,5 2,7 - 13,5 19,5

5,4 4,8

28. 0,2 1,95 - 3,9 - 19,5 -

7,8 -

29. 0,6 1,95 1,5 3,9 1,5 19,5 25,5

7,8 4,8

30. 0,3 1,35 - 2,7 - 13,5 13,5


(7)

Lampiran 7. Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No. Bibit Pupuk Insektisida Fungisida Plastik

Koran (Rp) NPK Kandang (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1. 1.050.000 100.000 1.200.000 50.000 - 300.000

20.000

2. - 5.000 1.200.000 25.000 25.000 240.000

16.000

3. 420.000 10.000 720.000 50.000 25.000 900.000

60.000

4. 7.700.00 125.000 4.000.000 350.000 350.000 4.500.000

400.000

5. - 5.000 240.000 25.000 25.000 300 .000

20.000

6. 400.000 150.000 240.000 25.000 25.000 300.000

16.000

7. 450.000 - 1.200.000 - 100.000 1.500.000

80.000

8. - 200.000 1.440.000 50.000 - 900.000

48.000

9. 800.000 - 2.880.000 200.000 35.000 1.500.000

80.000

10. - 100.000 1.200.000 50.000 - 1.200.000

100.000

11. 800.000 10.000 600.000 200.000 75.000 600.000

40.000

12. 480.000 10.000 320.000 50.000 25.000 300.000

32.000

13. - 10.000 1.200.000 97.000 - 450.000

40.000

14. - 10.000 1.200.000 25.000 75.000 600.000

80.000

15. 850.000 10.000 500.000 25.000 25.000 900.000

80.000

16. 1.000.000 50.000 1.440.000 50.000 56.000 1.200.000 80.000

17. 850.000 10.000 960.000 50.000 50.000 600.000

40.000

18. 400.000 10.000 200.000 - - 300.000

40.000

19. - 100.000 2.000.000 97.000 56.000 300.000

32.000

20. - 50.000 360.000 25.000 25.000 300.000

20.000

21 - - 1.000.000 100.000 50.000 300.000

20.000

22. 560.000 10.000 540.000 50.000 25.000 240.000

20.000

23. - - 240.000 25.000 50.000 150.000

20.000

24. 1.050.000 25.000 740.000 - 50.000 300.000

20.000

25. 575.000 30.000 1.000.000 150.000 - 450.000

60.000

26. 850.000 - 240.000 50.000 25.000 600.000

60.000

27. - 10.000 520.000 100.000 - 900.000

80.000

28. - 200.000 240.000 50.000 50.000 600.000

48.000

29. 960.000 - 240.000 50.000 25.000 750.000

100.000

30. 600.000 50.000 1.200.000 100.000 56.000 240.0000 32.000


(8)

Lampiran 8. Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

No. Bibit Pupuk Insektisida Fungisida Plastik

Koran (Rp) NPK Kandang (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1. 1.050.000 100.000 1.300.000 100.000 50.000 600.000

80.000

2. - 50.000 1.300.000 - 50.000 900.000

80.000

3. 420.000 - 420.000 50.000 25.000 600.000

60.000

4. 575.000 25.000 600.000 97.000 - 1.050.000

80.000

5. - 10.000 960. 000 50.000 25.000 390.000

40.000

6. 400.000 5.000 320.000 50.000 25.000 900.000

100.000

7. 450.000 10.000 240.000 10.000 25.000 750.000

80.000

8. - 5.000 260.000 50.000 25.000 750.000

48.000

9. 800.000 50.000 600.000 - - 90.000

40.000

10. - 10.000 960.000 50.000 25.000 600.000

60.000

11. 650.000 - 400.000 - 25.000 750.000

100.000

12. - 25.000 600.000 50.000 25.000 750.000

100.000

13. 1.250.000 20.000 260.000 50.000 25.000 750.000

60.000

14. 2.550.000 10.000 1.300.000 25.000 25.000 450.000 60.000

15. - 50.000 800.000 150.000 - 900.000

80.000

16. 1.250.000 50.000 1.300.000 120.000 56.000 750.000 720.000

17. 2.025.000 50.000 520.000 - 56.000 540.000

32.000

18. - 10.000 5.200.000 70.000 50.000 450.000

40.000

19. 675.000 100.000 960.000 120.000 35.000 300.000

100.000

20. - 50.000 260.000 120.000 50.000 900.000

100.000

21. - 50.000 600.000 - 125.000 1.050.000

60.000

22. 560.000 10.000 840.000 25.000 25.000 600.000

80.000

23. - - 600.000 150.000 - 1.200.000

60.000

24. - 50.000 960.000 100.000 25.000 900.000

80.000

25. 1.050.000 25.000 2.400.000 97.000 40.000 900.000 60.000

26. 575.000 40.000 720.000 100.000 - 900.000

100.000

27. - 50.000 2.160.000 - 25.000 1.200.000

60.000

28. - - 600.000 100.000 - 900.000

40.000

29. 960.000 100.000 2.160.000 - 25.000 1.050.000

60.000

30. 600.000 30.000 600.000 100.000 25.000 600.000


(9)

Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No. Pengolahan Tanah Penanaman Pemeliharaan Panen TOTAL TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1. - - - - - 1.050.000

-- 1.050.000

2. - - - - - 1.050.000

-- 1.050.000

3. - - - - - 1.050.000

-120.000 1.170.000

4. - 465.000 - 930.000 - 4.650.000 -

360.000 6.620.000

5. - - - 1.050.000 -

- 1.050.000

6. - 375.000 - - - - -

240.000 615.000

7. - - - 450.000 - 1.800.000 -

- 2.250.000

8. - 150.000 - - - 1.800.000

-240.000 2.190.000

9. - 375.000 - 150.000 - 1.050.000 -

- 1.575.000

10. - - - 150.000 - 1.050.000 -

240.000 1.440.000

11. - - - 1.050.000 -

240.000 1.245.000

12. - 150.000 - 450.000 - 2.310.000 -

240.000 3.150.000

13. - 150.000 - - - 1.350.000

-120.000 1.620.000

14. - - - 1.050.000 -

120.000 1.250.000

15. - - 150.000 - 1.050.000 -

- 1.200.000

16. - - - 300.000 - 1.350.000 -

120.000 1.770.000

17. - 150.000 - - - 1.050.000 -

240.000 1.440.000

18. - - -

120.000 120.000

19. - - - 300.000 - 1.350.000 -

- 1.650.000

20. - - - 150.000 - - -

120.000 270.000

21. - - - 1.350.000 -

240.000 1.590.000

22. - - - 1.050.000 -

- 1.050.000

23. - - - 150.000 - - -

- 150.000

24. - - - 150.000 - 1.350.000 -

120.000 1.620.000

25. - 150.000 - 300.000 - 2.100.000 -

240.000 2.790.000

26. - - - 1.050.000 -

- 1.050.000

27. - 150.000 - 150.000 - 1.350.000 -

240.000 1.890.000

28. - - - 1.050.000

-- 1.050.000

29. - - - 1.050.000 -

- 1.050.000

30. - 150.000 - - - 1.350.000 -


(10)

Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

No. Pengolahan Tanah Penanaman Pemeliharaan Panen TOTAL TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1. - - - - - 1.050.000 -120.000 1.250.000

2. - - - 150.000 - 1.350.000

-120.000 1.620.000

3. - 150.000 - - - 1.350.000

-- 1.500.000

4. - - - 150.000 - 1.050.000 -

- 1.150.000

5. - - - 2.100.000 -

240.000 2.500.000

6. - 150.000 - - - 1.350.000 -

240.000 1.740.000

7. - 150.000 - 150.000 - 1.800.000 -

- 2.100.000

8. - - - 150.000 - 1.050.000

-240.000 1.440.000

9. - - - 1.050.000

-- 1.050.000

10. - 150.000 - 300.000 - 1.800.000

-240.000 2.490.000

11. - - - 1.350.000 -

- 1.350.000

12. - - - 150.000 - - -

2400.000 3900.000

13. - - - 150.000 - -

-240.000 390.000

14. - - - 1.350.000

-- 1.350.000

15. - - - -

120.000 120.000

16. - 150.000 - 300.000 - 2.100.000 -

240.000 2.790.000

17. - - - 300.000 - 1.050.000 -

240.000 1.590.000

18. - - - 1.050.000

-- 1.050.000

19. - - - -

- -

20. - - - 300.000 - 2.100.000 -

360.000 2.760.000

21. - 75.000 - 150.000 - 2.100.000 -

360.000 2.685.000

22. - - - 150.000 - 2.100.000 -

- 2.250.000

23. - - - 150.000 - 1.650.000 -

360.000 2.160.000

24. - - - 150.000 - 2.100.000 -

240.000 -

25. - - - -

240.000 240.000

26. - - - 450.000 - 1.050.000 -

- 1.500.000

27. - 150.000 - - - 1.050.000 -

240.000 1.440.000

28. - - - -

120.000 120.000

29. - 150.000 - 150.000 - 1.650.000 -

240.000 2.190.000

30. - - - - 1.050.000 -


(11)

Lampiran 11. Biaya Penyusutan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No. Gunting Pangkas Alat Semprot Unit Nilai Umur Penyusutan Unit

Nilai Umur Penyusutan (Rp) Tahan Pakai (Rp) Tahan Pakai

1. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

2. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

3. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

4. 10 65.000 4 150.000 2 250.000

5 80.000

5. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

6. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 60.000

7. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 60.000

8. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

9. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

10. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

11. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

12. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

13. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

14. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

15. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

16. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

17. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

18. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

19. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

20. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

21. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

22. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

23. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

24. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

25. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

26. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

27. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

28. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

29. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

30. 1 65.000 4 15.000 1 250.000


(12)

Lanjutan Lampiran 11.

No. Cangkul

Unit Nilai Umur Penyusutan

TOTAL (Rp) Tahan Pakai

1. 1 50.000 6 8.000 63.000

2. 1 50.000 6 8.000 63.000

3. 1 50.000 5 9.500 59.500

4. 1 60.000 5 11.500 66.500

5. 1 150.000 8 18.500 73.500

6. 1 50.000 5 9.500 64.500

7. 2 50.000 6 16.000 86.000

8. 2 60.000 5 23.000 73.000

9. 1 150.000 8 18.500 88.500

10. 1 60.000 5 11.500 66.500

11. 1 50.000 5 9.500 59.500

12. 1 50.000 5 9.500 64.500

13. 1 50.000 5 9.500 64.500

14. 1 50.000 5 9.500 64.500

15. 1 60.000 5 11.500 61.500

16. 2 50.000 5 18.000 88.000

17. 1 50.000 5 18.500 73.500

18. 1 150.000 8 18.500 68.500

19. 1 50.000 5 9.500 64.500

20. 2 50.000 5 18.000 73.000

21. 2 50.000 5 18.000 73.000

22. 1 60.000 6 9.500 59.500

23. 1 50.000 5 9.500 64.500

24. 2 50.000 5 18.000 73.000

25. 2 50.000 5 18.000 88.000

26. 1 60.000 5 11.500 61.500

27. 2 60.000 5 23.000 78.000

28. 1 50.000 5 9.500 64.500

29. 1 60.000 6 9.500 64.500


(13)

Lampiran 12. Biaya Penyusutan Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

No. Gunting Pangkas Alat Semprot Unit Nilai Umur Penyusutan Unit

Nilai Umur Penyusutan (Rp) Tahan Pakai (Rp) Tahan Pakai

1. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

2. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

3. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

4. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

5. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

6. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

7. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

8. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

9. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

10. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

11. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

12. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

13. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

14. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

15. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

16. 1 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

17. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

18. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

19. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

20. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

21. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

22. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

23. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

24. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

25. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

26. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

27. 1 65.000 4 15.000 1 250.000

5 40.000

28. 1 65.000 4 15.000 1 225.000

5 35.000

29. 2 65.000 4 30.000 1 250.000

5 40.000

30. 1 65.000 4 15.000 1 200.000


(14)

Lanjutan Lampiran 12.

No. Cangkul

Unit Nilai Umur Penyusutan

TOTAL (Rp) Tahan Pakai

1. 1 50.000 6 8.000 63.000

2. 1 50.000 6 8.000 58.000

3. 1 50.000 6 8.000 78.000

4. 1 60.000 6 9.500 64.500

5. 1 50.000 6 8.000 63.000

6. 1 150.000 8 18.500 73.500

7. 2 50.000 6 16.000 71.000

8. 2 60.000 5 23.000 78.000

9. 1 60.000 6 9.500 64.500

10. 1 60.000 5 11.500 81.500

11. 1 50.000 5 9.500 64.500

12. 2 50.000 5 19.000 74.000

13. 1 50.000 6 8.000 58.000

14. 1 50.000 5 9.500 79.500

15. 1 60.000 5 11.500 66.500

16. 1 50.000 6 8.000 78.000

17. 2 50.000 6 16.000 71.000

18. 1 50.000 6 9.500 64.500

19. 2 50.000 5 19.000 89.000

20. 1 50.000 6 8.000 63.000

21. 2 50.000 5 19.000 74.000

22. 1 60.000 6 9.500 64.500

23. 2 50.000 5 19.000 74.000

24. 1 50.000 5 9.500 79.500

25. 2 50.000 5 18.000 73.000

26. 1 60.000 5 11.500 66.500

27. 1 60.000 5 11.500 66.500

28. 1 50.000 5 9.500 59.500

29. 1 60.000 6 9.500 79.500


(15)

Lampiran 13. Penerimaan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No. Umur Tanaman Luas lahan Produksi Harga Jual

Penerimaan (Tahun) (Ha) (Kg) (Rp) (Rp)

1. 5 0,2 1.100 3.000 39.600.000

2. 4 0,1 800 3.000 28.800.000

3. 4 0,3 1.000 3.000 36.000.000

4. 4 2,5 6.000 3.000

216.000.000

5. 3 0,1 500 3.000 18.000.000

6. 2 0,1 500 3.000 18.000.000

7. 3 1 1.200 3.000 43.200.000

8. 4 0,4 1.200 3.000 43.200.000

9. 5 1,4 2.500 3.000 90.000.000

10. 8 0,4 2.000 3.000 72.000.000

11. 7 0,3 2.000 3.000 72.000.000

12. 4 0,2 1.200 3.000 43.200.000

13. 4 0,2 1.500 3.000 54.000.000

14. 5 0,4 1.600 3.000 57.600.000

15. 8 0,3 1.800 3.000 64.800.000

16. 8 0,6 2.000 3.000 72.000.000

17. 5 0,3 1.200 3.000 43.200.000

18. 6 0,1 900 3.000 32.400.000

19. 6 1 1.300 3.000 46.800.000

20. 3 0,4 800 3.000 28.800.000

21. 1 0,1 500 3.000 18.000.000

22. 1 0,3 700 3.000 25.200.000

23. 1 0,1 500 3.000 18.000.000

24. 3 0,4 1.000 3.000 36.000.000

25. 4 0,7 1.600 3.000 57.600.000

26. 5 0,2 1.000 3.000 36.000.000

27. 6 0,5 1.800 3.000 64.800.000

28. 5 0,3 1.200 3.000 43.200.000

29. 6 0,2 1.200 3.000 43.200.000


(16)

Lampiran 14. Penerimaan Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

No. Umur Tanaman Luas lahan Produksi Harga Jual

Penerimaan (Tahun) (Ha) (Kg) (Rp) (Rp)

1. 12 0,5 1.500 3.000 54.000.000

2. 10 0,5 2.000 3.000

72.000.000

3. 12 0,25 1.000 3.000

36.000.000

4. 10 0,3 1.500 3.000 72.000.000

5. 10 0,1 1.100 3.000 25.200.000

6. 9 0,2 1.200 3.000 43.200.000

7. 9 0,2 1.100 3.000 25.200.000

8. 9 0,2 1.100 3.000 25.200.000

9. 9 0,4 1.800 3.000 64.800.000

10. 11 0,3 1.700 3.000 61.200.000

11. 10 0,4 1.800 3.000 64.800.000

12. 10 0,3 1.600 3.000 57.600.000

13. 9 0,3 1.500 3.000 72.000.000

14. 9 0,1 1.000 3.000 36.000.000

15. 9 0,4 1.800 3.000 64.800.000

16. 10 0,5 2.000 3.000 72.000.000

17. 12 0,4 1.600 3.000 57.600.000

18. 12 0,2 1.000 3.000 36.000.000

19. 25 3 1.700 3.000 61.200.000

20. 11 0,6 2.300 3.000 82.800.000

21. 10 0,7 2.600 3.000 93.600.000

22. 9 0,2 1.000 3.000 36.000.000

23. 9 0,6 2.200 3.000 79.200.000

24. 10 0,5 2.100 3.000 75.600.000

25. 10 0,3 1.600 3.000 57.600.000

26. 11 0,4 1.900 3.000 68.400.000

27. 9 0,5 2.000 3.000 72.000.000

28. 10 0,2 1.400 3.000

50.4000.000

29. 13 0,6 1.700 3.000 61.200.000


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2009. Buku Pintar Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Agromedia Pustaka. Jakarta

Anonimous, 2010. Macam-Macam Metode Sampling Tahap Pembuatan Laporan Penelitian. http://yudhislibra.wordpress.com . Diakses Pada Tanggal 4 Oktober 2015

Arifin, J. 2009. Solusi Total Bisnis UKM Berbasis Komputer dengan Microsoft Excel Plus Word. Elex Media Komputindo. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2010. Deli Serdang Dalam Angka. Medan Badan Pusat Statistik. 2011. Deli Serdang Dalam Angka. Medan Badan Pusat Statistik. 2012. Deli Serdang Dalam Angka. Medan Badan Pusat Statistik. 2013. Deli Serdang Dalam Angka. Medan Badan Pusat Statistik. 2013. Sumatera Utara Dalam Angka. Medan Badan Pusat Statistik. 2014. Deli Serdang Dalam Angka. Medan

Cahyono, B. 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Perkarangan dan Perkebunan. Andi Publisher. Yogyakarta

Eva. 2007. Analisis Usahatani Bawang Prei Terhadap Kontribusinya Pendapatan Keluarga. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Fitriah. 2003. Analisis Usahatani Padi Sawah Pada Lahan Irigasi Dan Lahan

Tadah Sawah. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Andi Publisher. Yogyakarta Haryoto. 1995. Teknologi Tepat Guna Sirup Jambu Biji. Kanisius. Yogyakarta. Hasan, I. 2000. Analisis pendapatan dan Produksi Cabang Usahatani Cabai

Merah (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hasyim, H. 2006. Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi Terhadap Pendapatan (Studi Kasus Desa Dolok Seribu Kecamatan Paguran


(18)

Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian Lembaga Penelitian USU, Medan

Kalangi, B. 2011. Matematika Ekonomi dan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta Jakfar dan Kasmir. 2003. Studi Kelayakan Bisnis; Edisi Kedua. Prenada Media

Group. Jakarta

Listiawati, I. 2010. Analisis Kelayakan Usaha Jambu Biji Kasus Di Desa

Babakan Sadeng, Kecamatan leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Mamboai, H. 2003. Sistem Pengolahan Usahatani Komoditi Kopi (Coffea Sp) Di Kampong Ambaldiru Distrik Angkaisera Kabupaten Yapen Waropen

Martawijaya dan Nurjayadi. 2009. Bisnis Jamur Tiram Dirumah Sendiri. IPB press. Bogor

Parimin. 2005. Jambu Biji Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar Swadaya. Bogor

Pracoyo, T.K., dan D.I Rubenfeld. 2008. Mikroekonomi. Jilid 1. Edisi Keenam. P.T Index. Jakarta

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usahatani. BPFE. Yogyakarta Ramayulis, R. 2013. Jus Super Ajaib. Penebar Swadaya. Jakarta

Rosyidi, S. 2002. Pengantar Teori Ekonomi. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta Santika, A. 1999. Sosiologi Pedesaan Jilid 1. Gadjah Mada University Pers.

Yogyakarta

Sajogyo, P. 1999. Sosiologi Pedesaan Jilid 1. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta

Soedarya. 2010. Agribisnis Guava (Jambu Batu). Pustaka Grafika. Bandung Soekartawi. 1995. AnalisisUsahatani. UI Press. Jakarta

Soekartawi. 1999. Agribisis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta


(19)

Sudewo, B. 2012. Basmi Kanker dengan Herbal. Visimedia. Jakarta Suharmiati dan Handayani, L. 2010. Tanaman Obat dan Ramuan Untuk

Mengatasi Demam Berdarah Dengue. Agromedia. Jakarta

Sukirno, S. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Grafindo Persada. Jakarta Sunarjono, H. 2013. Berkebun 26 jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta


(20)

26

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini ditentukan secara metode purposive sampling atau secara sengaja, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu. Daerah penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah penghasil jambu biji di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 3. Luas Lahan, Produktivitas, dan Produksi Jambu Biji per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara 2014

No Kabupaten/Kota Luas Lahan (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton)

1. Nias 0,6 74,56 4,2

2. Mandailing Natal 19,2 99,64 191,3

3. Tapanuli Selatan 8,7 44,89 387,5

4. Tapanuli Tengah 16,3 89,21 145,8

5. Tapanuli Utara 26,8 160,52 430,4

6. Toba Samosir 2,9 267,09 77,1

7. Labuhan Batu 1,7 73,98 12,7

8. Asahan 26,2 144,37 378,2

9. Simalungun 27,2 356,07 995,1

10. Dairi 4,2 287,19 121,1

11. Tanah Karo 0,9 404,58 38,3

12. Deli Serdang 520,3 260,38 13.547,7

13. Langkat 50,9 519,86 2.646,8

14. H.Hasundutan 6 162,56 97,1

15. Samosir 3,4 173,35 59,4

16. Serdang Bedagai 1,1 294,59 32,7

17. Padang lawas Utara 6,7 141,58 105

18. Padang Lawas 0,2 155,94 5,2

19. Labuhan Selatan 1,1 312,01 7,8

20. Labuhan Utara 0,1 171,43 1,1

21. Nias Utara 1,1 81,82 7,8

22. Nias Barat 0,1 142,86 1,1

23. Tanjung Balai 0,9 163,54 15,1

24. Pematang Siantar 1,9 132,21 24,9

25. Tebing Tinggi 0,4 466,96 17,9

26. Medan 75 101,63 977,4

27. Binjai 7,5 101,63 76,7

28. Padang Sidempuan 9,4 82,77 77,8

29. Gunung Sitoli 1,6 142,56 23,1

TOTAL 78,5 263,74 20,716

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2013

Kecamatan Kutalimbaru ditentukan secara metode purposive sampling atau secara sengaja, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu. Daerah penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di


(21)

daerah penelitian ini merupakan salah satu daerah penghasil jambu biji di Kabupaten Deli Serdang dan belum pernah ada penelitian sebelumnya di daerah tersebut berbeda dengan daerah sentra lainnya yang sudah pernah diteliti seperti Kecamatan Percut Sei Tuan, Pancur, dan Sunggal.

Tabel 4. Total Produksi Jambu Biji Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang 2013

No Kecamatan Total

Produksi

1. Percut Sei Tuan 32.730

2. Pancur 25.121

3. Sunggal 21.000

4. Kutalimbaru 13.170

5. Namorambe 761

6. Batang Kuis 597

7. Beringin 433

8. Biru-Biru 337

9. Pagar Merbau 316

10. Tj. Morawa 272

11. Hamparan Perak 174

12. Bangun Purba 150

13. Labuhan Deli 134

TOTAL 95.195

Sumber : Badan Pusat Statistika Deli Serdang 2012

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani jambu biji di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Sampel ditetapkan mengikuti teori Roscoe yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam peneliti sosial ukuran sampel yang tepat digunakan adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500 orang. Berdasarkan teori tersebut, peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 60 orang petani, dengan alasan dilihat dari wilayah administrative, serta pekerjaan yang mereka tekuni berhubungan dengan usahatani jambu biji. Dengan demikian penetapan anggota sampel sebanyak 60 orang dianggap telah respresentif.


(22)

Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling yaitu dengan menggolongkan populasi dalam golongan atau strata menurut criteria tertentu. Pembagian strata ini ditetapkan dengan terlebih dahulu membagi petani atas 2 strata berdasarkan umur tanaman yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 9 tahun dan yang sudah lama menghasilkan dengan umur tanaman > 9 tahun.

Menurut (Supriana, 2013) dari jumlah populasi yang akan diambil sampel sebanyak 60 orang petani dengan menggunkan metode accidental sampling atau menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan, dimana sampel tanaman jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan masing-masing sebanyak 30 petani, karena dengan sampel tersebut sudah cukup untuk mengetahui tingkat perbandingan antara tanaman jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Jumlah sampel yang diambil dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut:

Tabel 5. Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian

No Umur Tanaman (Tahun) Pengambilan Sampel

1. Baru Menghasilkan < 9 30

2. Lama Menghasilkan > 9 30

TOTAL 60

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di Kecamatan Kutalimbaru melalui survey maupun data kuesioner yang sudah


(23)

disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh instansi atau lembaga terkait seperti Badan Pusat Statistika Deli Serdang, Badan Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara, Kantor Kecamatan Kutalimbaru, dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Hipotesis 1 dianalisis menggunakan metode regresi, dimana yang

dianalisis adalah bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :

Y = Produksi a = Konstanta b = Koefisien

e = Variabel Kesalahan X1 = Bibit

X2 = Pupuk

X3 = Tenaga kerja

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen, atau dengan kata lain untuk mengukur kuatnya hubungan antara variabel atau lebih secara bersama-sama terhadap Y. Jika R2 = 1, berarti besarnya persentase


(24)

sumbangan X terhadap variasi Y secara bersama-sama adalah 100%. Semakin dekat R2 dengan satu, maka makin cocok garis regresi untuk meramalkan Y.

b. Uji F

Uji F adalah uji secara menyeluruh (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independent terhadap variabel dependent. Artinya parameter X1, X2, X3,

X4, dan X5, secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak.

Kriteria pengujian :

Jika sig. F ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. F > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika Ho diterima artinya faktor-faktor X1, X2, dan X3 secara serempak tidak

berpengaruh signifikan terhadap Y (produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan).

Jika H1 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, dan X3 secara serempak berpengaruh

signifikan terhadap Y (produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan).

c. Uji t

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat.Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%.

Kriteria pengujian :

Jika sig. t ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.


(25)

Jika Ho diterima artinya tidak ada pengaruh faktor-faktor secara parsial terhadap Y (produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan).

Jika H1 diterima artinya ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3, X4, dan X5 secara

parsial terhadap Y (produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan).

Untuk hipotesis 2 dianalisis menggunakan metode analisis pendapatan. Secara

sistematis dapat ditulis sebagai berikut :

= TR –TC

Keterangan :

π = Pendapatan petani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

TR = Q x P

Keterangan :

TR = Total penerimaan (Rp)

Q = Jumlah produksi yang dihasilkan (kg) P = Harga jual (Rp)

Tenaga kerja di daerah penelitian digunakan untuk mempersiapkan pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Tenaga kerja yang digunakan adalah TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga) dan TKLK (Tenaga Kerja Luar Keluarga). Penggunaan tenaga kerja luar keluarga paling banyak digunakan ketika masa pemeliharaan. Adapun perhitungan HKP tenaga kerja adalah sebagai berikut :


(26)

8

Dimana jumlah HKP untuk laki-laki adalah 1 dan perempuan 0,8. (Arifin, 2009)

Untuk hipotesis 3, dianalisis dengan menggunakan metode analisis R/C Ratio

dan B/C Ratio. R/C Ratio( Return Cost Ratio), atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

a = R/C

R = Py. Y C = FC + VC

a = {(Py.Y)/(FC+VC)} dimana :

R = penerimaan C = biaya

Py = harga output Y = output

FC = biaya tetap (fixed cost) VC = biaya variabel (variable cost)

R/C menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Adapun kriteria keputusan dari nilai R/C yaitu:

• Jika R/C > 1, maka usaha menguntungkan secara ekonomi sehingga layak dikembangkan dari segi modal.

• Jika R/C = 1, maka usaha impas

• Jika R/C < 1, maka usaha tidak menguntungkan (rugi) secara ekonomi sehingga tidak layak untuk dikembangkan dari segi modal

(Soekartawi,1995).

B/C Ratio atau Benefit Cost Ratio bisa digunakan dalam analisis kelayakan usahatani, yaitu perbandingan antara total pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan.


(27)

B/C = Total Pendapatan (Rp) Total Biaya (Rp)

Kriteria :

• Jika B/C > 1, maka usahatani menguntungkan.

• Jika B/C = 1, maka usahatani impas

• Jika B/C < 1, maka usahatani tidak menguntungkan (Cahyono, 2002). Pada dasarnya fungsi analisis R/C dan B/C adalah sama. Namun dalam hipotesisnya analisis B/C hanya menyimpulkan untung atau tidak nya suatu usaha dan besarnya manfaat, dengan demikian perlu dilakukan analisis R/C yaitu agar diketahui usaha tersebut layak atau tidak layak dikembangkan secara ekonomi, seperti penambahan modal usaha (Anonimous, 2011).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi

1. Produksi adalah semua hasil tanaman jambu biji yang dibudidayakan petani jambu biji (Kg).

2. Input Produksi adalah faktor-faktor yang medukung produksi jambu biji. 3. Bibit adalah jumlah bibit yang digunakan oleh petani jambu biji dalam

satu periode musim tanam (batang).

4. Pupuk adalah jumlah pupuk yang digunakan oleh petani jambu biji dalam satu periode musim tanam (Kg).

5. Tenaga Kerja adalah orang yang mengelola usahatani pada sebidang tanah baik anggota keluarga maupun di luar anggota keluarga (HKP).

6. Harga jambu biji adalah nilai produk jambu biji per satuan kilogram (Rp/Kg).


(28)

7. Penerimaan adalah jumlah produksi jambu biji dikalikan dengan harga jual jambu biji (Rp).

8. Biaya adalah seluruh pengeluran yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi usahatani jambu biji selama satu periode musim tanam (Rp). 9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi

(Rp).

10.Kelayakan usaha adalah analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara penerimaan dan biaya untuk mengetahui suatu usaha itu layak atau tidak layak untuk dikembangkan secara ekonomis.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. 2. Sampel Penelitian adalah petani yang mengusahakan jambu biji putih di

daerah penelitian.


(29)

35

4.1 Luas dan Letak Geografis

Penelitian dilakukan di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayah Kecamatan Kutalimbaru adalah ± 174,92 Km2 yang terdiri dari 14 desa. Daerah ini pada umumnya dataran rendah dengan keadaan tanahnya sebagian berbukit-bukit yang dapat ditanami pertanian tanaman pangan dan perkebunan dan ada juga tanah cadas serta jurang yang terjal. Daerah kecamatan ini beriklim sedang yang terdiri dari musim hujan dan musim kemarau, kedua musim dipengaruhi oleh dua arah angin yaitu angin laut dan angin gunung. Angin laut membawa hujan sedangkan angin gunung membawa udara panas dan lembab. Curah hujan yang menonjol pada bulan September, Oktober, Nopember, dan Desember sedangkan musim kemarau pada bulan Maret, April, dan Mei.

Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sunggal dan Pancur Batu - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat

4.2 Tata Guna Tanah

Kecamatan Kutalimbaru memiliki luas sebesar ± 174,92 Km2 atau setara 1.7492 Ha, dengan pola penggunaan tanahnya dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Tata Guna Tanah Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2014

No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Presentase


(30)

1. Sawah Irigasi 492 2,8

2. Tadah Hujan 708 4,5

3. Perkarangan 271 1,5

4. Tegal/Kebun 5.014 28,6

5. Perkebunan Negara/Rakyat 4.474 25,5

6. Ladang 864 4,8

7. Kolam 145 0,8

8. Lainnya 5.524 31,5

TOTAL 17.492 100

Sumber: Kecamatan Kutalimbaru Dalam Angka 2015

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kecamatan Kutalimbaru adalah 39.741 jiwa yang tinggal dipemukiman yang tersebar di berbagai desa. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Kutalimbaru 2014

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

(%)

1. Laki-laki 19.777 49

2. Perempuan 19.964 51

Total 39.741 100

Sumber: Kecamatan Kutalimbaru Dalam Angka 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kutalimbaru pada tahun 2014 adalah sebanyak 39.741 jiwa dimana


(31)

jumlah penduduk laki-laki 19.777 jiwa atau setara dengan 49 %, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 19.964 jiwa yaitu setara dengan 51%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Kutalimbaru dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Kutalimbaru 2014

No. Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase

(%)

1. 0-14 11.712 29,48

2. 15-54 23.117 58,16

3. 55+ 4.912 12,36

TOTAL 39.741 100

Sumber: Kecamatan Kutalimbaru Dalam Angka 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Kutalimbaru adalah 39.741 jiwa, dimana usia produktif (kelompok umur 15-55 tahun) yaitu sebanyak 23.117 jiwa atau setara dengan 58,16%. Usia produktif merupakan usia dimana seseorang memiliki nilai ekonomi karena mampu bekerja sehingga menghasilkan sesuatu baik itu barang atau jasa.

4.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Sarana merupakan segala sesuatu yang dipakai


(32)

sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana merupakan barang atau benda yang tidak dapat bergerak yang dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Kecamatan Kutalimbaru dapat ditempuh dengan menggunakan roda empat atau roda dua. Adapun saran dan prasarana yang tersedia di Kecamata Kutalimbaru sebagai berikut:

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kutalimbaru 2014

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. SD

- SD Negeri 27

- SD Swasta 4

2. SLTP

- SLTP Negeri 3

- SLTP Swasta 4


(33)

39

5.1 Faktor Input yang Mempengaruhi Produksi Antara Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan

5.1.1 Faktor Input yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

Petani jambu biji yang menjadi responden di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten deli Serdang sebanyak 60 orang dimana 30 orang petani jambu biji yang baru menghasilkan dan 30 orang petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan. Adapun input produksi yang digunakan para petani jambu biji yang baru menghasilkan adalah bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. Input-input produksi ini digunakan sesuai kebutuhan umur tanaman jambu biji yang baru menghasilkan. Berikut adalah jumlah input yang digunakan jambu biji yang baru menghasilkan :

Tabel 17. Jumlah Input yang Digunakan Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

No Faktor Input Jumlah

1. Bibit 5.990

2. Pupuk 275.915

3. Pestisida 39,75

4. Tenaga Kerja 1.387,4

5. Peralatan 102

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bibit digunakan sebanyak 5.990 pohon, pupuk digunakan sebanyak 275.915 Kg, pestisida digunakan sebanyak 39,75 Liter, Tenaga kerja digunakan sebanyak 1.387,4 HKP, dan peralatan digunakan sebanyak 102 buah.


(34)

Dengan menggunakan persamaan linier, dibentuk fungsi persamaan produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan adalah bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan peralatan. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan kedalam persamaan linier sebagai berikut:

Y= 421,410 + 0,010X1 + 0,004X2 + 314,521 X3 +27,533 X4 – 228,687X5

Tabel 18. Pengaruh Input Terhadap Produksi Dalam Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

Variabel Koefiesien t Hitung Signifikansi

Konstanta 421,410 0,641 0,527

Bibit 0,010 0,008 0,993

Pupuk 0.004 0,496 0,624

Pestisida 314,524 1,877 0,73

Tenaga Kerja 27,533 3,429 0,002

Peralatan -228,687 -1,197 0,243

R2 0,723

Uji F 0,000

F Hitung 12,544 F Tabel 2,62 T Tabel 2,06390 Sumber: Analisis Data Primer

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan persamaan dalam menerangkan variable produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R2). Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk persamaan ini adalah 0,723%. Artinya bahwa 72,3% produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan dalam usahataninya dipengaruhi oleh faktor bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. Sedangkan 27,7% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam persamaan ini.

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar (0,000*). Nilai yang diperoleh lebih kecil probablititas kesalahan yang ditolerir, yaitu sebesar α 5%


(35)

atau 0,05. Hal ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu bibit, pupuk,

pestisida, tenaga kerja, dan peralatan secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan.

Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh lebih signifikan terhadap pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan. Untuk melihat itu perlu dilakukan pengujian parsial (uji t).

a. Bibit (X1)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,993). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1

ditolak, artinya variabel bibit (X1) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). b. Pupuk (X2)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pupuk memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,624). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1

ditolak, artinya variabel pupuk (X2) secara parsial tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). c. Pestisida (X3)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,73). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1 ditolak, artinya


(36)

variabel pestisida (X3) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). d. Tenaga Kerja (X4)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,002). Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak H1 diterima, artinya

variabel tenaga kerja (X4) secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi

usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). e. Peralatan (X5)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,243). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1

ditolak, artinya

variabel peralatan (X5) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y).

5.3.2 Faktor Input Terhadap Produksi Dalam Usahatani jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

Petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian sebanyak 30 orang. Adapun input produksi yang digunakan para petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. Input-input produksi ini digunakan sesuai kebutuhan umur tanaman jambu biji yang sudah lama menghasilkan.

Tabel 19. Jumlah Input yang Digunakan Jambu Biji yang Sudah lama Menghasilkan


(37)

1. Bibit 5.890

2. Pupuk 144.110

3. Pestisida 35,7

4. Tenaga Kerja 1.357,65

5. Peralatan 101

Sumber : Analisis Data Primer 2015

Berdasarkan pada tabel dapat dilihat bahwa bibit yang digunakan sebanyak 5.890 pohon, pupuk digunakan sebanyak 144.110 kg, pestisida digunakan 35,7 Liter, tenaga kerja digunakan sebanyak 1.357, 65 HKP, dan peralatan digunakan sebanyak 101 buah.

Dengan menggunakan persamaan linier, dibentuk fungsi persamaan produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap produksi petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja dan peralatan. Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan kedalam persamaan linier sebagai berikut: Y= 946,590 + 0,718X1 + 0,005X2 + 127,877 X3 + 17,512 X4 – 136,043X5

Tabel 20. Pengaruh Input Terhadap Produksi Dalam Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

Variabel Koefiesien t Hitung Signifikansi

Konstanta 946,590 1,690 0,104

Bibit 0,718 1,377 0,181

Pupuk 0.005 0,155 0,878

Pestisida 127,877 1,099 0,283

Tenaga Kerja 17,512 3,335 0,003

Peralatan -136,043 -0,946 0,354

R2 0,439

Uji F 0,012

F Hitung 3,763

F Tabel 2,62

T Tabel 2,06390


(38)

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan persamaan dalam menerangkan variable produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan maka dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R2). Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk persamaan ini adalah 0,439%. Artinya bahwa 43,9% produksi petani jambu biji yang baru menghasilkan dalam usahataninya dipengaruhi oleh faktor bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan. Sedangkan 56,1% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam persamaan ini.

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar (0,012). Nilai yang diperoleh lebih kecil probablititas kesalahan yang ditolerir, yaitu sebesar α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu bibit, pupuk,

pestisida, tenaga kerja, dan peralatan secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan.

Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh lebih signifikan terhadap pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan. Untuk melihat itu perlu dilakukan pengujian parsial (uji t).

a. Bibit (X1)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,181). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1


(39)

ditolak, artinya variabel bibit (X1) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). b. Pupuk (X2)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel pupuk memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,878). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1

ditolak, artinya variabel pupuk (X2) secara parsial tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). c. Pestisida (X3)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,283). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1

ditolak, artinya variabel pestisida (X3) secara parsial tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). d. Tenaga Kerja (X4)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,003). Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak H1 diterima, artinya

variabel tenaga kerja (X4) secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi

usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y). e. Peralatan (X5)

Pada tabel dapat dilihat bahwa variabel bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar (0,354). Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang


(40)

ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima H1

ditolak, artinya

variabel peralatan (X5) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

usahatani jambu biji yang baru menghasilkan (Y).

5.4 Perbedaan Pendapatan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan Dan yang Sudah Lama Menghasilkan

Setelah kita menghitung pengaruh input produksi (bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan) terhadap produksi selanjutnya kita menghitung biaya input yang sudah dikorbankan oleh petani dalam usahatani jambu bijinya. Biaya input produksi yang dikorbankan oleh petani dihitung dalam satuan Rupiah/Tahun. Biaya-biaya tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan yang maksimal pula.

Didalam pendapatan terdapat penerimaan dan biaya produksi. Sebelum mendapatkan pendapatan terlebih dahulu kita menghitung penerimaan. Didalam pnerimaan terdapat total produksi dan biaya produksi yang dikeluarkan. Dari hasil tersebut maka akan diuraikan penerimaan dan biaya produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Nilai atau biaya input usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 21. Biaya Input Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan

Biaya Input

Tanaman Baru Tanaman


(41)

< 9 Tahun > 9 Tahun

No Keterangan Nilai(Rp/Tahun/Ha) Nilai(Rp/Tahun/Ha)

1. Bibit 12.865.000 15.840.000

2. Pupuk 143.080.000 154.260.000

3. Pestisida 13.688.000 11.284.000

4. Tenaga Kerja 46.465.000 42.265.000 5. Penyusutan Peralatan 2.089.700 2.106.632 6. Plastik 253.440.000 282.960.000

7. Kertas Koran 21.312.000 25.440.000

TOTAL 492.939.700 534.155.632

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya input usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah menghasilkan memiliki perbedaan yaitu lebih besar biaya yang dikeluarkan oleh petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan dalam menjalankan usahataninya daripada petani jambu biji yang baru menghasilkan. Jumlah biaya input produksi yang dikeluarkan oleh petani jambu biji yang baru menghasilkan yaitu sebesar Rp 492.939.700 Ha/tahun. Sedangkan biaya input produksi petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan yaitu sebesar Rp 534.155.632Ha/tahun.

Perbedaan produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 22. Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan


(42)

Tanaman Baru Tanaman Lama

< 9 Tahun > 9 Tahun

No Keterangan Nilai(Rp/Tahun/Ha)

Nilai(Rp/Tahun/Ha)

1. Produksi (Kg/Ha) 41.100 48.000

2. Harga Jual (Rp) 3.000 3.000

3. Penerimaan (Rp) 1.480.200.000 1.724.800.000 Sumber: Analisis Data Primer 2015

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan dari penjualan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah sebesar Rp 1.480.200.000 per Ha/tahun. Sedangkan jumlah penerimaan dari usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah sebesar Rp 1.724.800.000 per Ha/tahun.

Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam rupiah per tahun. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang diperoleh jumlah pendapatan jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 23. Perbedaan Pendapatan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan

Biaya Input

Tanaman Baru Tanaman

Lama

< 9 Tahun > 9 Tahun

No Keterangan Nilai(Rp/Tahun/Ha)


(43)

1. Total Penerimaan (Rp) 1.480.200.000 1.724.800.000 2. Total Biaya Produksi (Rp) 492.939.700 534.155.632 3. Total Pendapatan (Rp) 987.260.300 1.190.646.500 Sumber: Analisis Data Primer 2015

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah biaya produksi jambu biji yang baru menghasilkan sebesar Rp 492.939.700 Ha/tahun, sedangkan jumlah biaya produksi jambu biji yang sudah lama menghasilkan sebesar Rp 534.155.632 Ha/tahun. Setelah itu diperoleh jumlah penerimaan jambu biji yang baru menghasilkan sebesar Rp 1.480.200.000Ha/tahun. Sedangkan penerimaan jambu biji yang sudah lama menghasilkan sebesar Rp 1.724.800.000 Ha/tahun. Kemudian dari nilai selisih antara penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan maka diperoleh pendapatan yang diterima petani jambu biji yang baru menghasilkan sebesar Rp 987.264.500 Ha/tahun. Sedangkan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan memperoleh sebesar Rp 1.190.646.500 Ha/tahun. Artinya pendapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan lebih besar daripada petani jambu biji yang baru menghasilkan.

5.5 Perbedaan Kelayakan Antara Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan

Setelah mendapatkan hasil biaya produksi yang dikorbankan oleh petani, penerimaan serta pendapatan yang diterima oleh petani maka selanjutnya kita akan menghitung kelayakan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.

Salah satu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha adalah dengan cara menganalisis perbandingan penerimaan dan biaya usaha tersebut, yaitu


(44)

menggunakan analisis R/C. Makin besar nilai R/C ratio usahatani itu semakin besar penambahan modal atau usahatani tersebut layak untuk dikembangkan dalam jangka waktu panjang. Analisis lain yang dapat digunakan untuk menghitung kelayakan usahatani adalah analisis B/C, ini pada prinsipnya sama saja dengan analisis R/C hanya saja pada analisis B/C ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat pada saat itu.

Pada tabel di bawah ini menujukkan nilai R/C dan B/C kelayakan usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan.

Tabel 24. Nilai R/C Kelayakan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan

No Keterangan Tanaman Baru Tanaman

Lama

1. Total Penerimaan 1.480.200.000 1.724.800.000 2. Total Biaya Produksi 492.939.700 534.155.632

TOTAL 3,002 3,229

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total nilai R/C usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah sebesar 3,002 dan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah sebesar 3,229. Artinya bahwa kedua usahatani tanaman jambu biji tersebut lebih besar dari 1 maka kedua usahatani tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan dalam jangka waktu panjang.

Tabel 25. Nilai B/C Kelayakan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan


(45)

No Keterangan Tanaman Baru Tanaman Lama

1. Total Pendapatan 987.264.500 1.190.646.500

2. Total Biaya Produksi 492.939.700 534.155.632

3. TOTAL 2,002 2,229

Sumber: Analisis Data Primer 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total nilai B/C usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah sebesar 2,002 dan usahatani jambu biji yang sudah lama menghasilkan adalah sebesar 2,229. Artinya bahwa kedua usahatani tanaman jambu biji tersebut lebih besar dari 1 sehingga kedua usahatani tersebut menguntungkan.


(46)

52

6.1 Kesimpulan

1. Faktor input produksi yang mempengaruhi produksi usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yaitu bibit, pupuk, dan tenaga kerja.

2. Pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yaitu masing-masing sebesar Rp 987.264.500 Ha/tahun dan Rp 1.190.646.500 Ha/tahun. Pedapatan petani jambu biji yang sudah lama menghasilkan lebih besar dibandingkan pendapatan petani jambu biji yang baru menghasilkan.

3. Kelayakan antara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Kedua usahatani jambu biji tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

6.2 Saran

6.2.1 Kepada Petani

Agar menjaga, merawat, memelihara, dan meningkatkan kualitas buah jambu biji baik sebelum dan sesudah pasca panen serta agar lebih memperhatikan pemasaran produksi jambu biji sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahatani.

6.2.2 Kepada Pemerintah

Perlunya peran pemerintah memberikan bantuan sarana maupun prasarana yang mendukung perkembangan usahatani jambu biji seperti penyediaan bantuan


(47)

sarana produksi bersubsidi murah agar dapat menekan biaya produksi sehingga dapat memberikan pendapatan yang lebih menguntungkan.

6.2.3 Kepada Peneliti Selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya dapat meneliti efisiensi saluran tataniaga jambu biji karena usahatani jambu biji sangat menguntungkan dan menjanjikan.


(48)

8

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Jambu Biji

Menurut (Parimin, 2005) nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa Yunani, yaitu “psidium” yang berarti delima, sedangkan “guajava” berasal dari nama yang diberikan oleh orang Spanyol. Adapun taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo :Myrtales

Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn.

Jambu biji di Indonesia mempunyai beberapa nama daerah. Misalnya glima breueh (Aceh), jambu pertukal (Sumatera), nyibu (Kalimantan), jambu klutuk (Jawa), gojavas (Manado), jhambhu bigi (Madura), sotong (Bali), koyaba (Sulawesi Utara), dan lutu hatu (Ambon). Jambu biji termasuk tanaman yang tidak begitu tinggi. Secara alamiah, jambu biji tumbuh setinggi 5 m-10 m. Batang berkayu keras, liat, dan tidak mudah patah. Batang dan cabang-cabangnya mempunyai kulit berwarna cokelat keabu-abuan yang kulit arinya mudah mengolotok (Haryoto, 1995).


(49)

Jambu biji banyak dikenal masyarakat dengan sebutan jambu klutuk, jambu batu, dan jambu krystal. Umumnya umur tanaman jambu biji sekitar 30-40 tahunan. Tanaman yang berasal dari biji relatif berumur lebih panjang dibandingkan dengan hasil cangkokan dan okulasi. Namun tanaman yang berasal dari okulasi memiliki postur lebih pendek dan bercabang lebih banyak sehingga memudahkan perawatan. Tanaman ini sudah mampu berbuah saat berumur sekitar 2-3 bulan meskipun ditanam dari biji (Parimin, 2005).

Tanaman jambu biji dapat berbuah dan berbunga sepanjang tahun. Bunganya termasuk bunga tunggal, terletak di ketiak daun, bertangkai, kelopak bunga berbentuk corong. Mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan panjang 1,5 cm, benang sari berwarna putih, sedangkan putik bunga berbentuk bulat berwarna putih atau putih kekuningan. Berbuah buni, berbentuk bulat telur dan bijinya kecil-kecil dan keras. Daun dan batang jambu biji mengandung saponin, flavonida, dan tanin. Disamping itu minyaknya juga mengandung atsiri. Daun jambu biji berkhasiat sebagai obat mencret dan peluruh haid (Suharmiati dan Handayani, 2010).

Jambu biji merupakan tanaman tropis dan dapat tumbuh di daerah subtropis dengan intensitas curah hujan berkisar antara 1.000-2.000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Jambu biji dapat tumbuh subur pada daerah dengan ketinggian antara 5-1.200 m dpl. Tanaman jambu biji dapat tumbuh dan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28o C di siang hari. Kelembapan udara yang diperlukan tanaman ini cenderung rendah. Sehingga kondisi yang demikian cocok untuk pertumbuhan jambu biji. Salah satu keunggulan tanaman jambu biji adalah dapat tumbuh pada semua jenis tanah.


(50)

Jambu biji dapat tumbuh optimal pada lahan yang subur dan gembur serta banyak mengandung unsur nitrogen dan bahan organic, atau pada tanah liat dan sedikit berpasir. Derajat keasaman tanah (pH) tanaman jambu biji tidak terlalu berbeda dengan tanaman lainnya, yaitu anatar 4,5-8,2 (Parimin, 2005).

Menurut Soedarya (2010) menyatakan dalam melakukan kegiatan budidaya jambu biji terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh pembudidaya, yaitu:

1. Pengolahan media tanam, mencakup kegiatan: persiapan lahan, pembukaan lahan, pembentukan bedengan, pengapuran lahan, dan pemupukan.

2. Penanaman, mencakup kegiatan: penentuan pola tanaman, pembuatan lubang penanaman, dan penanaman bibit jambu biji.

3. Pemeliharaan tanaman, mencakup kegiatan: penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pembubunan (pembalikan dan penggemburan tanah agar tetap dalam keadaan lunak), pemangkasan pada ujung cabang-cabang pohon jambu biji, pemupukan, pengairan dan penyiraman, penyemprotan pestisida, dan pemeliharaan lain berupa pembungkusan buah jambu biji dengan menggunakan plastik. Hal ini bertujuan untuk melindungi agar buah tidak mudah dimakan oleh binatang seperti kalong atau ulat dan menjaga agar buah tetap tumbuh dengan baik. Buah jambu biji yang dibungkus plastik juga memiliki kulit buah yang lebih halus dan bagus dibandingkan dengan buah yang tidak dibungkus plastik. Dengan cara ini petani dapat menjual jambu biji dengan harga yang lebih tinggi dipasar dibandingkan harga biasanya.


(51)

Budidaya tanaman jambu biji dapat dilakukan di kebun dan pot. Penanaman di kebun dilakukan untuk usaha budidaya berskala besar, sedangkan dalam pot untuk tanaman perkarangan. Setiap kali budidaya pasti memiliki perlakuan yang berbeda. Agar tanaman dapat berproduksi dengan optimal, pekebun perlu memperhatikan faktor-faktor kualitas pertumbuhan tanaman. Jambu biji memerlukan air yang cukup selama fase pertumbuhan, baik pertumbuhan secara vegetatife maupun generatife. Biasanya pada musim hujan buah jambu berukuran besar sedangkan pada musim kemarau berukuran kecil (Parimin, 2005).

Keadaan lingkungan yaitu iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman yang menghasilkan buah. Tanaman yang ditanam di lingkungan yang cocok akan tumbuh dengan baik, produksi buahnya banyak, dan buahnya berkualitas tinggi. Agar usahatani dapat memberikan keuntungan yang tinggi maka lokasi yang dipilih untuk membudidayakan jambu biji harus yang cocok dengan kehidupan yang dibutuhkan tanaman. Tidak semua lokasi (wilayah atau daerah) dapat menunjang pertumbuhan tanaman yang baik. Keadaan lingkungan (agroklimat), yaitu iklim dan tanah di setiap wilayah atau daerah berbeda sehingga penanaman jambu biji di setiap wilayah atau daerah akan menghasilkan jambu biji yang berbeda-beda pula (Cahyono, 2010).

Salah satu faktor penting agar tanaman jambu biji tumbuh secara optimal, lebih produktif dan rajin berbuah sepanjang tahun adalah pemupukan. Secara alami, semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman telah tersedia dalam tanah. Namun, adanya perubahan lingkungan dan berkurangnya unsur hara dalam tanah maka diperlukan pemupukan untuk mengembalikan unsur hara agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman (Parimin, 2005).


(52)

Hampir semua bagian tanaman jambu biji bermanfaat bagi kehidupan. Kayu jambu biji yang halus dan sangat padat baik bila digunakan untuk ukiran atau patung bernilai tinggi. Disamping itu, kayunya yang halus, kuat, dan tahan lama ini banyak dimanfaatkan menjadi aneka macam gagang, diantaranya gagang cangkul, pisau, dan sabit. Selain itu arang dari kayu jambu biji sangat baik untuk pembakar karena apinya sangat panas dan asap yang ditimbulkan sedikit, serta daya tahan apinya sangat lama. Harga jual arangnya pun lebih mahal dibandingkan dengan kayu lain. Selain sebagai bahan pangan dan kerajinan, beberapa bagian dari tanaman jambu biji dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat resep pengobatan. Beberapa resep tanaman jambu biji telah terbukti mengobati diare, desentri, demam berdarah, gusi bengkak, sariawan, jantung, dan diabetes.

Buah jambu biji mengandung vitamin C yang tinggi di antara berbagai jenis buah dan kandungan vitamin C buah jambu biji merah lebih tinggi dibandingkan dengan jambu biji putih. Kandungan vitamin C jambu biji adalah 183,5 mg/100 g buah jambu biji dan kandungan vitamin C jambu biji meningkat seiring dengan matangnya buah. Dapat dijelaskan bahwa kandungan vitamin C jambu biji merah lebih tinggi tiga kali lipat dibandingkan yang ada pada jeruk manis dan belimbing serta dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang ada pada papaya (Ramayulis, 2013).

Kandungan gizi pada buah jambu biji dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Kandungan Gizi yang Terkandung Pada Jambu Biji per 100 gram

No Komposisi Jumlah

1 Kalori 49,00 kal

2 Protein 0,90 g

3 Lemak 0,30 g


(1)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1. Jambu Biji ... 9

2.2. Landasan Teori ... 15

2.2.1. Ilmu Usahatani ... 15

2.2.2. Biaya ... 18

2.2.3. Produksi ... 19

2.2.4.Teori Pendapatan ... 21

2.2.5. Analisis Kelayakan Usahatani ... 22

2.3. Penelitian Terdahulu ... 23

2.4. Kerangka Pemikiran ... 25

2.5. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 29

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 31

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 32

3.4. Metode Analisis Data ... 32

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 35

3.5.1. Defenisi ... 35

3.5.2. Batasan Operasional ... 36

BAB IV. DESKRISI DAERAH PENELITIAN 4.1. Luas dan Letak Geografis ... 38

4.2. Tata Guna Tanah ... 38

4.3. Keadaan Penduduk ... 39

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

4.3.1 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 40


(2)

vi BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Usahatani jambu Biji di Kabupaten Deli Serdang .... 42

5.2. Karakteristik Petani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan ... 5.2.1 Umur Petani ... 43

5.2.2 Umur Tanaman ... 44

5.2.3 Luas Lahan ... 44

5.2.4 Pendidikan ... 45

5.2.5 Pengalaman Bertani ... 46

5.2.6 Jumlah Tanggungan ... 47

5.3. Faktor Input yang Mempengaruhi Produksi Antara Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan . . 48

5.3.1 Faktor Input yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan ... 48

5.3.2 Faktor Input yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan ... 52

5.4. Perbedaan Pendapatan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan ... 56

5.5. Perbedaan Kelayakan Antara Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan ... 59

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(3)

vii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Produksi Buah-buahan Menurut Jenis Tanaman Tahun 2009-2013 (Ton) di Provinsi Sumatera Utara ... 5 2. Kandungan Gizi yang Terkandung Pada Jambu Biji per 100 gram ... 14 3. Luas Lahan, Produktivitas, dan Produksi Jambu Biji per Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Utara ... 29 4. Total Produksi Jambu Biji per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang

2013 ... 30 5. Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian ... 32 6. Tata Guna Tanah Kecamatan Kutalimbaru Tahun 2014... 39 7. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kecamatan Kutalimbaru 2014 39 8. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Kutalimbaru

2014 ... 40 9. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kutalimbaru 2014 ... 41 10. Jumlah Produksi Jambu Biji di Kabupaten Deli Serdang (2009-2013) . 42 11. Komposisi Umur Petani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang

Sudah Lama Menghasilkan ... 43 12. Komposisi Umur Tanaman Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan

yang Sudah Lama Menghasilkan ... 44 13. Komposisi Luas Lahan Petani Jambu Biji yang Baru menghasilkan dan

yang Sudah Lama Menghasilkan ... 44 14. Komposisi Tingkat Pendidikan Petani Jambu Biji yang Baru


(4)

viii

15. Komposisi Pengalama Bertani Petani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan ... 46 16. Komposisi Jumlah Tanggungan Petani Jambu Biji yang Baru

Menghasilkan dan yang Sudah Lama Menghasilkan ... 47 17. Jumlah Input yang Digunakan Jambu Biji yang Baru Menghasilkan... 48 18. Pengaruh Input Terhadap Produksi Dalam Usahatani Jambu Biji yang

Baru Menghasilkan ... 49 19. Jumlah Input yang Digunakan Jambu Biji yang Baru Menghasilkan... 52 20. Pengaruh Input Terhadap Produksi Dalam Usahatani jambu Biji yang

Sudah Lama Menghasilkan ... 53 21. Biaya Input Usahatani Jambu Biji yang Baru Mengahasilkan dan yang

Sudah Lama menghasilkan ... 57 22. Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan dan yang

Sudah Lama Menghasilkan ... 58 23. Perbedaan Pendapatan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

dan yang Sudah Lama Menghasilkan ... 59 24. Nilai R/C Kelayakan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

dan yang Sudah Lama Menghasilkan ... 60 25. Nilai B/C Kelayakan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan


(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1. Karakteristik Petani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

2. Karakteristik Petani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan

3. Distribusi Sarana Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan 4. Distribusi Sarana Produksi Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama

Menghasilkan

5. Penggunaan Tenaga Kerja Usahtani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan 6. Penggunaan Tenaga Kerja Usahtani Jambu Biji yang Sudah Lama

Menghasilkan

7. Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

8. Biaya Produksi Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan 9. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan 10. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama

Menghasilkan

11. Biaya Penyusutan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

12. Biaya Penyusutan Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan 13. Penerimaan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

14. Penerimaan Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan 15. Pendapatan Usahatani Jambu Biji yang Baru Menghasilkan

16. Pendapatan Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan 17. Pengaruh Input Terhadap Produksi Usahatani Jambu Biji yang Baru

Menghasilkan

18. Pengaruh Input Terhadap Produksi Usahatani Jambu Biji yang Sudah Lama Menghasilkan