lain, kelayakan dapat artikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang mereka
inginkan. Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara
usaha jasa dan usaha nonjasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit atau usaha peternakan dengan pendidikan. Akan tetapi,
aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidak layaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda Jakfar dan Kasmir, 2003.
Salah satu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha adalah dengan cara menganalisis perbandingan penerimaan dan biaya usaha tersebut, yaitu
menggunakan analisis RC dimana RC dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya. RC adalah singkatan
dari revenue-cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerima dan biaya. Makin besar nilai RC ratio usahatani itu makin besar
keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut Soekartawi, 1995. Analisis lain yang dapat digunakan untuk menghitung kelayakan usahatani adalah
analisis BC Ratio. Menurut Soekartawi 1995, analisis benefit-cost ratio BC ini pada prinsipnya sama saja dengan analisis RC revenue-cost ratio, hanya saja
pada analisis BC ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Felix Bob Siregar yang mengenai “ Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji Psidium guajava L. di Desa Cimanggis, Kecamatan
Bojong Gede, Kabupaten Bogor”, menyimpulkan bahwa penerimaan petani jambu berasal dari produksi jambu biji merah getas di Desa Cimanggis pada tahun 2009
per hektar adalah sebesar 25.897 kg dengan penerimaan sebesar Rp 64.747.238. Pendapatan yang diterima dalam usahatani jambu biji di Desa Cimanggis pada
tahun 2009 per hektar masing-masing sebesar Rp 35.784.039. Melki Prandoa Lingga dalam penelitiannya mengenai “Kelayakan dan Analisis
Usahatani Jeruk Siam Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk di Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo”, data di analisis
menggunakan metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi linier berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR
Internal Rate of Return, BC Benefit Cost Ratio, NPV Net Present Value. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Produksi jeruk siam di Kecamatan
Tigapanah mulai tahun 2010-2013 mengalami penurunan yang signifikan. 2 Terdapat perbedaan karakteristik antara petani jeruk siam yang baru menghasilkan
dan yang sudah lama menghasilkan yaitu pada umur petani dan pengalaman usahatani. 3 Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara
usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. 4 Terdapat perbedaan pendapatan antara petani usahatani jeruk
siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. 5 Usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak
untuk diusahakan. Fitri Handayani dalam penelitian yang berjudul “Analisis Usahatani Jambu Biji di
Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang”, data dianalisis menggunakan metode deskriptif, tabulasi sederhana, regresi linier
berganda, dan NPV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 jumlah produksi jambu biji di daerah penelitian mengalami peningkatan sebesar 5,2 atau sekitar
1,04 pertahunnya. 2 Terdapat faktor-faktor input yang memepengaruhi output anatara usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah lama
menghasilkan diantaranya faktor biaya, tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan peralatan. 3 Terdapat perbedaan pendapatan anatar petani jambu biji yang sudah
menghasilkan dan yang baru lama menghasilkan dengan selisih sebesar Rp 14.891.490. 4 Usahatani jambu biji yang baru menghasilkan dan yang sudah
lama menghasilkan layak untuk diusahakan dengan analisis kelayakan IRR Internal Rate of Return usahatani jambu biji yang baru menghasilkan adalah
37,8 dan yang sudah lama menghasilkan adalah 38,2. 5 Terdapat kesulitan- kesulitan yang dihadapi petani jambu biji anatar lain luas lahan yang terbatas dan
pemasaran produk jambu biji. Maruli Tumpal dalam penelitiannya “Analisis Finansial Usahatani Jambu Biji Di
Desa Sembahe Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, data dianlisis dngan menggunakan metode analisis pendapatan dan analisis financial
NPV, Net BC, dan IRR. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa 1 rata-rata biaya produksi usahatani jambu biji per hektar selama 1 bulan adalah Rp
16.347.118,29. 2 rata-rata pendapatan bersih petani jambu biji per petani adalah Rp19.112.884,551 dalam satu tahun. Rata-rata pendapatan bersih petani perhektar
adalah Rp 36749.940,49 dalam satu tahun. Rata-rata pendapatan keluarga petani per hektar adalah Rp 80.826.440,49. 3 Usahatani jambu biji di daerah penelitian
layak diusahakan secara financial karena NPV 0, Net BC 1, dan IRR 1.
2.4 Kerangka Pemikiran