baik, pemilihan lahan yang cocok, ketersediaan air, dan penguasaan teknik budidaya termasuk mengantisipasi kemungkinan serangan hama serta penyakit
menjadi kunci penting keberhasilan usahatani jambu biji di Indonesia Santika, 1999.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Ilmu Usahatani
Usahatani pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan produksi pertanian yang berkualitas dan berdaya saing. Oleh karena itu, pengembangan
suatu komoditas pertanian harus mempertimbangkan permintaan pasar, berkonsentrasi pada produk unggulan yang berdaya saing tinggi maupun
memenuhi fungsi sebagai komoditas ekonomi dan social, mampu memaksimalkan sumber daya alam terutama lahan berwawasan lingkungan serta mempunyai
keterkaitan yang erat dengan sektor lain Soekartawi, 1995. Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa
karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada
situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, luas lahan garapan, pengalaman usahatani dan jumlah tanggungan
keluarga. 1.
Umur Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan,
umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasi baru. Menurut BPS 2012, berdasarkan komposisi penduduk, umur dikelompokkan
menjadi 3 yaitu umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum
produktif, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi
produktif. Pada umumnya, makin muda petani maka semangat untuk ingin tahu apa yang
belum mereka ketahui juga akan makin tinggi, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun biasanya mereka masih belum
berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut Soekartawi, 1995. 2.
Pendidikan Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani dalam
mengelola usahataninya. Pendidikan membuat seseorang berpikir ilmiah sehingga mampu untuk membuat keputusan dari berbagai alternative dalam mengelola
usahataninya dan mengetahui kapan ia harus menjual hasil usahataninya sebanyak mungkin untuk memperoleh pendapatan.
Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami dan menerapkan teknologi produktif sehingga
produktivitasnya menjadi tinggi. Selain itu juga dengan pendidikan maka akan memberikan atau menambah kemampuan dari petani untuk dapat mengambil
keputusan, mengatasi masalah-masalah yang terjadi Mamboai, 2008. 3.
Pengalaman Bertani Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani
dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh para petani. Petani yang berpengalaman dalam
menghadapi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya, lain
halnya dengan petani yang belum atau kurang berpengalaman, dimana akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut.
Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani maka diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan
usahataninya akan semakin baik dan sebaliknya jika petani tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan Hasan,
2000. 4.
Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak
aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan Hasyim, 2006. 5.
Luas Lahan Luas lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan status petani,
apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat petani, semakin luas areal tani maka semakin tinggi tingkat produksi dan pendapatan yang diterima Sajogyo, 1999.
Pada umumnya petani tidak mempunyai catatan usahatani, sehingga sulit bagi petani untuk melakukan analisis usahataninya. Petani hanya mengingat-ingat
anggaran arus uang tunai yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ingat tersebut tidak terlalu jelek karena mereka masih ingat bila ditanya tentang output
yang mereka peroleh dan berupa input yang mereka gunakan.
Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan tersebut.
Namun demikian sering kali petani karena kesibukannya tidak menganggap penting penentuan tujuan. Mereka menganggap mengelola usahatani adalah
kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya begitu- begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian untuk
mengukur keberhasilan di kemudian hari akan mengalami kesulitan Suratiyah, 2008.
2.2.2 Biaya
Menurut Prawirokusumo 1990, biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk
dalam suatu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang, yang termasuk di dalamnya adalah :
1. Saran produksi yang habis terpakai, seperti bibit, pupuk, pestisida, bahan
bakar dan lain-lain. 2.
Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang, pajak, iuran pengairan, taksiran biaya penggunaan jika yang digunakan ialah tanah milik sendiri.
3. Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat dan
perkakas yang berupa penyusutan. 4.
Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap.
5. Biaya-biaya lain.
Dalam jangka pendek, biaya produksi dapat pula dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variabel. Biaya tetap adalah semua jenis
biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi.. Jumlah biaya tetap adalah konstan. Selain biaya tersebut, hampir semua biaya masuk
kedalam biaya tidak tetap karena tergantung dengan besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan. Yang termasuk kedalam biaya tidak tetap, misalnya biaya-biaya
untuk bibit, persiapan, serta pengolahan lahan dan lain-lain Hanafie, R. 2010. 2.2.3 Produksi
Bagi kebanyakan orang produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan didalam pabrik-pabrik atau kegiatan di lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses
yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai suatu barang adalah produki, atau dengan mudah dikatakan bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan
atau memperbesar daya guna barang. Produksi tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya produksi itu
sendiri. Faktor-faktor produksi itu terdiri atas : a tanah atau sumber daya alam; b tenaga kerja atau sumber daya manusia; c modal, dan; d kecakapan tata laksana
atau skill. Sekalipun tidak ada yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah
mengorganisasikan ketiga faktor produksi yang lain Rosyidi, 2002. Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan antara tingkat
produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa bfaktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja Sukirno, 2004.
Menurut Kalangi, 2011, produksi adalah proses penggabungan atau pengkombinasian faktor produksi input yang mengubahnya menjadi barang atau
jasa output = produk. Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau
fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk matematis menjadi,
Q = fL, K, T, W
Dimana : Q = Jumlah barang dan jasa output
L = Tenaga Kerja K = Modal
T = Tanah W = Pengalaman Skill
2.2.4 Teori Pendapatan
Pendapatan Pd adalah selisih antara penerimaan TR dan semua biaya TC. Jadi, Pd = TR-TC. Penerimaan usahatani TR adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh Y dengan harga jual Py Soekartawi, 1999. Menurut Sukirno 1996, pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima
oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian, mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:
1. Pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan ataupun yang diterima penduduk suatu negara.
2. Pendapatan disposable, yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang
harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposable.
3. Pendapatan nasional, yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa
yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun. Setelah produsen menghasilkan output dari setiap kegiatan produksi yang
dilakukan maka output tersebut akan dijual kepada konsumen. Dengan demikian, produsen akan memperoleh pendapatan atau penerimaan dari setiap output yang
dijual. Pendapatan yang diterima produsen sebagian untuk membayar biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Membahas masalah penerimaan atau
revenue ada beberapa konsep penting yang perlu diperhatikan menurut Pracoyo
dan Rubenfeld 2008: 1.
Pendapatan total atau total revenue TR : pendapatan yang diterima oleh produsen dari setiap penjualan outputnya. Total revenue merupakan hasil
kali antar harga dengan output. TR = P.Q 2.
Pendapatan rata-rata atau average revenue AR : pendapatan produsen per unit ouput yang dijual. AR = TRQ = P. Dengan demikian, AR merupakan
harga jual output per unit. 3.
Pendapatan marjinal atau marginal revenue MR : perubahan pendapatan yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit ouput. MR =
��� ��
2.2.5 Analisis Kelayakan Usahatani
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakan usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat
yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata
lain, kelayakan dapat artikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang mereka
inginkan. Ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara
usaha jasa dan usaha nonjasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit atau usaha peternakan dengan pendidikan. Akan tetapi,
aspek-aspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidak layaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda Jakfar dan Kasmir, 2003.
Salah satu cara untuk mengetahui kelayakan suatu usaha adalah dengan cara menganalisis perbandingan penerimaan dan biaya usaha tersebut, yaitu
menggunakan analisis RC dimana RC dapat menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya. RC adalah singkatan
dari revenue-cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerima dan biaya. Makin besar nilai RC ratio usahatani itu makin besar
keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut Soekartawi, 1995. Analisis lain yang dapat digunakan untuk menghitung kelayakan usahatani adalah
analisis BC Ratio. Menurut Soekartawi 1995, analisis benefit-cost ratio BC ini pada prinsipnya sama saja dengan analisis RC revenue-cost ratio, hanya saja
pada analisis BC ratio ini data yang diperhitungkan adalah besarnya manfaat.
2.3 Penelitian Terdahulu