Karena efek negatif asam lemak trans ini maka pada 11 Juli 2003, Food and Drug Administration’s FDA mengeluarkan aturan yang memerintahkan
agar sejumlah produsen melabelin sejumlah asam lemak trans yang ada dalam produk makanan termasuk juga dalam suplemen. Hal ini akan membantu
konsumen mengerti bahwa asam lemak trans berbeda secara kimia dengan asam lemak jenuh dan akan membantu konsumen mengatur diet kesehatan Moss,
2005.
2.3.3 Analisis Asam Lemak Trans
Asam lemak trans yang terdapat di dalam makanan dapat dianalisa menggunakan kromatografi gas cair dengan menggunakan kolom kapiler, dalam
hal ini dapat dipisahkan isomer cis dan isomer trans-nya. Jumlah asam lemak trans yang terdapat di dalam makanan yang mengandung minyak terhidrogenasi
berkisar antara 0-34,9. Kandungan asam lemak trans pada makanan ini bervariasi tergantung pada perbedaan minyak atau lemak yang digunakan pada
proses pembuatan Semma, 2002. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap berbagai jenis makanan
untuk mengetahui jumlah asam lemak trans antara lain yaitu, Satchithanandam, et al 2004 menganalisis 117 produk makanan berupa margarin, kue dan crakers,
produk kentang goreng, minyak nabati dan shorthening, cereals, dan mayonnaise yang ada di Amerika secara kromatografi gas dan diperoleh hasil 30 produk
makanan berupa roti dan kue yang dianalisa kandungan asam lemak transnya melewati 25 g100 g lemak, pada produk margarin diperoleh hasil jumlah ALT +
asam lemak jenuh berkisar antara 33-42 g100 g lemak, crakers 8-35 g ALT100 g lemak, produk kentang goreng 25-38 g ALT 100 g lemak, dan untuk produk-
Universitas Sumatera Utara
produk seperti minyak nabati, shorthening, mayonnaise, dan cereal memiliki jumlah asam lemak trans yang sangat rendah.
Kromatografi gas telah luas digunakan dalam metode analisa metil ester asam lemak fatty acid methyl esterFAME. Kesuksesan pemisahan komposisis
asam lemak trans dalam bentuk FAME dengan kromatografi gas bergantung pada kondisi percobaan dari metode yang digunakan. Kebanyakan metode kromatografi
gas untuk mendeteksi trans menggunakan kolom kapiler yang panjang dengan fase diam berupa senyawa yang kepolarannya tinggi. Dibawah kondisi ini,
pemisahan berdasarkan pada panjang rantai dari asam lemak, derajat ketidakjenuhan, dan geometri serta posisi ikatan rangkapnya. Deretan elusi yang
diharapkan untuk asam lemak yang spesifik dengan panjang rantai yang sama pada kolom yang kepolarannya tinggi yaitu sebagai berikut: bentuk jenuh
saturated, bentuk tidak jenuh dengan satu ikatan rangkap monounsaturated, bentuk tidak jenuh dengan dua ikatan rangkap diunsaturated, dll Mossoba,
2005. Berdasarkan AOCS Ce If-96 AOCS, 1999, penentuan kualitatif dan
kuantitatif untuk isomer asam lemak trans, saturated fatty acid SFA, monounsaturated fatty acid MUFA, dan polyunsaturated acid PUFA secara
kromatografi gas dapat menggunakan kolom kapiler. AOCS Ce If-96 juga menetapkan bahwa kolom yang dapat digunakan bisa pendek 50-60 m atau
panjang 100-120 m dengan fase diam yang kepolarannnya tinggi. Selain itu, detektor yang dapat digunakan yaitu flame ionization detector FID dengan suhu
pengoperasian 250 C. Gas pembawa yang dapat digunakan yaitu helium, nitrogen,
atau hidrogen. Metode boron triflorida merupakan metode yang dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk menghasilkan asam lemak metil ester dari trigliserol minyak atau lemak. kloroform Mossoba, 2005
Metil ester asam lemak dari minyak sawit dan minyak inti sawit dibuat terlebih dahulu dengan mereaksikan minyak dengan NaOH yang akan membentuk
garam natrium asam lemak, reaksi akan terus berlangsung hingga seluruh asam lemak lepas dari lemak. Kemudian ke dalam garam natrium asam lemak
ditambahkan BF
3
14 dalam metanol maka akan terbentuk metil ester asam lemak dengan reaksi sebagai berikut:
O
O
O C
O R
C O
R
C O
R
Na
O
O
O C
O R
C O
R
OH
C O
R OH
+
O
O
O C
O R
C O
R
+ R
C O
OH
+ Na
Universitas Sumatera Utara
O
O
O C
O R
C O
R
+ R
C O
O H
+ Na
O
O
OH C
O R
C O
R
+ R
C O
ONa
Garam Natrium
CH
3
O H
+ BF
3
CH
3
H O
BF
3
R
CO O
Na +
H
3
C
O BF
3
H
R
C O
OCH
3
+
H
O BF
3
+ Na
R
C O
OCH
3
+ BF
3
+ NaOH
Metil Ester Asam Lemak
Pembuatan metil ester asam lemak menggunakan NaOH gunanya untuk membentuk metoksida yang bersifat basa kuat sehingga pembentukan metil ester
menjadi lebih baik. BF
3
adalah asam Lewis sebagai katalisator yang dapat menerima sepasang elektron sehingga pembentukan metanoat lebih cepat dan
sempurna Solomons, 1994. NaCl jenuh berguna untuk memisahkan koloid
Universitas Sumatera Utara
berwarna putih yang tersebar dalam larutan akibat dari komponen asam lemak yang tidak tersabunkan. Sedangkan isooktan digunakan sebagai pelarut untuk
mengekstraksi metil ester asam lemak Haryati, 1994. Pembuatan metil ester untuk sampel coklat dilakukan setelah coklat
diekstraksi menggunakan n-heksan secara sokletasi sehingga didapat ekstrak berupa minyak. Lalu minyak yang diperoleh ini dapat direaksikan dengan Na
metanolik menggunakan katalisator BF
3
sehingga didapat bentuk asam lemak metil esternya.
2.4 Kromatografi Gas