Analisis Kuantitatif Asam Lemak Trans pada Sampel CBS

4.4 Analisis Kuantitatif Asam Lemak Trans pada Sampel CBS

Analisis kuantitaif asam lemak trans pada produk CBS dilakukan berdasarkan luas puncak. Pengukuran luas puncak tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi kromatografi dibandingkan dengan tinggi puncak, kecuali laju alir. Tetapi laju alir telah dapat diatur oleh instrumen secara tepat dan konstan, sehingga pengukuran luas puncak merupakan pilihan yang terbaik dalam analisis kuantitatif secara kromatografi gas Poole, 2003. Analisis kuantitatif dengan menggunakan metode penormalan dapat digunakan untuk menghitung bobot jika menganalisis komponen campuran yang terdiri atas deret homolog yang titik didihnya tidak berbeda jauh. Dalam hal ini dianggap semua puncak terelusi, dan masing-masing senyawa mempunyai tanggapan detektor yang sama Bonelli, 1988. Namun, tidak semua senyawa memiliki tanggapan detektor yang sama. Oleh karena itu, faktor koreksi harus diperhitungkan. Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 62 dan kondisi kromatografi dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 54. Data hasil persentasi masing-masing komposisi asam lemak sampel minyak sawit dan minyak inti sawit dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 55. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kadar rata-rata asam lemak trans yang dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan tabel tersebut kadar asam lemak trans pada sampel CBS dari minyak inti sawit terhidrogenasi HPKO sebesar 0,2183 dan 2,64. Adanya dua nilai kadar asam lemak trans untuk sampel HPKO ini dikarenakan adanya perbedaan proses hidrogenasinya, dimana HPKO yang nilai rata-rata kadar asam lemak transnya 0,2183 merupakan minyak inti sawit yang memilliki nilai bilangan iodin kurang dari 1 yang prosesnya mendekati hidrogenasi total. Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Hasil analisis komposisi asam lemak trans pada produk minyak sawit dan minyak inti sawit. Keterangan : HPKO IV 1 = Hydrogenated Palm Kernel Oil iodine value 1 minyak inti sawit terhidrogenasi dengan bilangan iodin 1 HPKO IV 1 = Hydrogenated Palm Kernel Oil iodine value 1 minyak inti sawit terhidrogesai dengan bilangan iodin 1 HPKS = Hydrogenated Palm Kernel Stearin minyak inti sawit stearin yang terhidrogenasi HPKL IV 1 = Hydrogenated Palm Kernel Olein iodine value 1 minyak inti sawit fraksi olein dengan bilangan iodin 1 HPKL IV 1 = Hydrogenated Palm Kernel Olein iodine value 1 minyak inti sawit fraksi olein dengan bilangan iodin 1 CBR = Cocoa Butter Replacer Karena dari hasil analisa terhadap 12 sampel menunjukkan ada 7 sampel yang semua asam lemak tak jenuh berubah menjadi bentuk jenuh dan tidak ditemukannya asam lemak bentuk trans, sedangkan 5 sampel lainnya masih mengandung asam lemak trans. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan kadar komposisi asam lemak penyusun minyak inti sawit yang tidak mengalami hidrogenasi dengan minyak inti sawit yang mengalami hidrogenasi dan ternyata terjadi peningkatan kadar asam lemak C18:0 asam lemak jenuh dari 1,8 Sampel Juml ah Sam pel Komposisi asam lemak bb C18:0 C18:1 trans C18:1 cis C18:2 trans C18:2 cis Rata- rata Rata- rata Renta ng Rata- rat Renta ng Rata- rata Renta ng Rata- rata Renta ng Minyak Inti Sawit HPKO IV1 16 17,74 0,218 0 - 1,03 HPKO IV1 17 14,53 2,64 1,34 - 3,59 0,58 0- 1,34 0- 0,55 0- 3,26 HPKS 51 7,46 0,02 0 – 0,32 HPKL IV 1 19 22,88 0,3 0-1,1 HPKL IV 1 24 18,97 3,12 1- 6,29 1,07 0- 2,28 0,09 0- 1,24 0,04 Minyak Sawit CBR 20 5,42 55,1 53,72 - 57,96 0,64 0,09- 3,43 0,07 0- 0,18 0,07 0- 1,13 Universitas Sumatera Utara menurut Tang 1995, menjadi 17,74 Tabel 6, sedangkan untuk kadar asam lemak tak jenuh C18:1 cis dan C18:2 cis mengalami penurunan yaitu dari 14,8 dan 2,6 menurut Tang 1995 menjadi 0 Tabel 6. Sedangkan HPKO yang kadar asam lemak transnya 2,64 merupakan minyak inti sawit yang mengalami hidrogenasi parsial dengan bilangan iod lebih dari satu. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan asam lemak jenuh C18:0 dari 1,8 menurut Tang 1995 menjadi 14,53 Tabel 6 dan masih terdapatnya bentuk asam lemak tak jenuh 0,58 C18:1 cis; 2,64 C18:1 trans. HPKS dan HPKL merupakan jenis minyak inti sawit yang telah mengalami proses fraksinasi menjadi fraksi stearin bentuk padat dan fraksi olein bentuk cair dan dihidrogenasi. HPKS merupakan minyak inti sawit yang memiliki kadar asam lemak trans yang paling kecil yaitu hanya 0,02, minyak inti sawit stearin ini mengalami proses hidrogenasi total, yaitu seluruh asam lemak tak jenuhnya berubah menjadi bentuk jenuh. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan kadar komposisi asam lemak penyusun minyak inti sawit stearin yang tidak mengalami hidrogenasi dengan minyak inti sawit stearin yang mengalami hidrogenasi HPKS dan ternyata terjadi peningkatan kadar asam lemak C18:0 asam lemak jenuh dari 1,8 menurut Tang 1995 menjadi 7,46, sedangkan untuk kadar asam lemak tak jenuh C18:1 cis dan C18:2 cis mengalami penurunan yaitu dari 5,6 dan 0,8 menurut Tang 1995 menjadi 0 Tabel 6. Kadar rata-rata asam lemak trans pada HPKL lebih besar dibanding HPKS, yaitu 0,3 untuk HPKL yang diharapkan mengalami hidrogenasi total dan 3,21 C18:1 t, 3,12; C18:2 t, 0,09 untuk HPKL yang mengalami hidrogenasi parsial. Universitas Sumatera Utara CBR merupakan sampel yang memiliki kadar asam lemak trans yang paling besar, dengan nilai rata-rata 55,08. Tingginya kadar asam lemak trans pada sampel CBR karena pengaruh proses hidrogenasi dan pengaruh bahan baku untuk membuat CBR. CBR dibuat dari bahan dasar minyak sawit yaitu dari fraksi superoleinnya. Fraksi superolein minyak sawit kaya akan asam lemak tak jenuh yaitu mencapai 58,8 Tang, 1995 dalam Hasibuan, 2009. Asam lemak tak jenuh inilah yang dihidrogenasi untuk menghasilkan produk CBR. Proses hidrogenasi yang terjadi agar CBR memiliki sifat fisika yang sama dengan cocoa butter merupakan hidrogenasi parsial. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan asam lemak jenuh C18:0 yang hanya 1,62 yaitu dari 3,8 menurut Tang 1995 menjadi 5,42 Tabel 6, sedangkan jumlah total asam lemak tak jenuh bentuk cis mengalami penurunan karena berubah menjadi bentuk jenuh dan sebagian besar berubah menjadi bentuk trans dengan total nilai rata-rata 55,17 Tabel 6. Adanya perbedaan kadar asam lemak trans yang dihasilkan ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrogenasi itu sendiri, antara lain yaitu temperatur, derajat agitasi, tekanan hidrogen pada reaktor, jumlah katalis, jenis katalis yang digunakan, kemurnian gas hidrogen, dan jenis minyak yang digunakan O’Brien, 2009. Faktor-faktor di atas dapat menyebabkan suatu minyak dapat mengalami hidrogenasi total atau hidrogenasi parsial, sehingga berdampak pada terbentuknya asam lemak trans.

4.5 Analisis Kuantitatif Asam Lemak Trans pada Sampel Produk Coklat Bermerk