Teknik Pengumpulan Data Landasan Yuridis

Di samping itu yang diteliti dalam penelitian ini yaitu tentang hukum persaingan usaha yang tidak sehat yang juga berkaitan dengan penelitian tentang “Analisis terhadap pengecualian penerapan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terhadap perjanjian yang berkaitan dengan waralaba” untuk dijadikan objek analisis.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perUndang-Undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah, yang berkaitan dengan penelitian ini. 54

5. Analisis Data

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal kedalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut. 55 Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan, dianalisis berdasarkan metode kualitatif, yaitu dengan melakukan : a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum konseptualisasi yang dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap bahan hukum tersebut ; 54 Riduan, Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Bina Cipta, 2004, hal 97. 55 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Grafindo, 2006, hal. 225. Universitas Sumatera Utara b. Mengelompokkan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau berkaitan. Kategori-kategori dalam penelitian ini adalah “Analisis Terhadap Pengecualian Penerapan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Waralaba”; c. Menemukan hubungan di antara pelbagai kategori atau peraturan kemudian diolah ; d. Menjelaskan dan menguraikan hubungan di antara pelbagai kategori atau peraturan perundang-undangan, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sehingga mengungkapkan hasil yang diharapkan dan kesimpulan atas permasalahan. Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGECUALIAN TERHADAP PENERAPAN UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN

1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT A. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat Secara umum, latar belakang lahirnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat dibagi dalam tiga bagian, yaitu :

1. Landasan Yuridis

Garis-Garis Besar Haluan Negara selanjutnya disebut “GBHN” merupakan arah penyelenggaraan negara dalam waktu lima tahun, untuk dapat mewujudkan tujuan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. 56 GBHN yang disusun sejak tahun 1973 sampai tahun 1998 memberikan landasan normatif yang jelas mengenai peran serta pemerintah untuk mencegah terjadinya praktik persaingan usaha yang tidak sehat. 57 Hal ini secara eksplisit terlihat pada substansi beberapa ketetapan MPR, yaitu TAP MPR RI No. IVMPR1973 pada bidang pembangunan Ekonomi, TAP MPR RI No. IVMPR1978 tentang pembangunan ekonomi sub-bidang Usaha Swasta dan Usaha Golongan Ekonomi Lemah, TAP MPR RI No.IIMPR1983 tentang GBHN pada bidang pembangunan ekonomi sub-bidang usaha swasta nasional dan usaha golongan ekonomi lemah, terutama pada TAP MPR RI No. IIMPR1988 tentang GBHN pada bidang pembangunan ekonomi sub-bidang Dunia Usaha Nasional dan pada TAP MPR RI No. IIMPR1993 tentang GBHN pada bidang Pembangunan Ekonomi sub-bidang Usaha Nasional, serta pada TAP MPR RI No. IIMPR1998 tentang GBHN pada bidang Pembangunan Ekonomi sub-bidang Usaha Nasional. 56 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Cet. 1, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 14. 57 Ningrum Natasya Sirait, Op.cit., hal.2. Universitas Sumatera Utara Ketentuan-ketentuan tersebut di atas pada dasarnya mengatur, bahwa untuk mencapai tujuan perekonomian nasional maka haruslah melalui pemberian persamaan kesempatan berusaha bagi setiap pelaku usaha baik besar maupun kecil. 58 Pada saat itu, kemudahan fasilitas- fasilitas yang diberikan pemerintah kepada orang atau golongan tertentu tidak banyak membawa hasil bagi kemajuan ekonomi nasional, malah menimbulkan kepincangan sosial ekonomi dalam masyarakat. Prinsip pemerataan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia belum dapat dilaksanakan dengan baik. Keadaan tersebut dipersulit dengan krisis ekonomi berkepanjangan di Indonesia sejak tahun 1997 yang mencapai puncaknya pada tahun 1998, dan diperburuk dengan kondisis perekonomian dunia yang juga menurun. Dalam upaya mempercepat berakhirnya krisis ekonomi, maka pada bulan Januari 1998, Indonesia menandatangani Letter of Intent sebagai bagian dari program bantuan International Monetary Fund 59 selanjutnya disebut “IMF”. Undang-Undang Anti Monopoli merupakan sebuah Undang-Undang yang secara khusus mengatur persaingan dan praktek monopoli, yang sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, serta instansi pemerintah. 60 Sebagai contoh, misalnya Partai Demokrasi Indonesia pada tahun 1995 telah mengeluarkan gagasan tentang konsep Rancangan Undang-Undang tentang Anti Monopoli. Namun demikian, semua gagasan dan usulan tersebut tidak mendapat tanggapan yang positif, karena pada masa itu belum ada 58 Ibid., hal.2. 59 Dana moneter Internasional adalah organisasi internasional di bawah naungan PBB yang bersama-sama dengan Bank Dunia berperan besar dalam mendorong pembangunan ekonomi negara-negara di dunia, fungsi utama organisasi ini adalah untuk mengatur dan menstabilisasi masalah moneter internasional. Kamus Hukum Ekonomi ELIPS, Cet. 2, Jakarta : Direktur Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan Perundang- Undangan RI, 2000, hal. 90. 60 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Universitas Sumatera Utara komitmen maupun political will dari elite politik yang berkuasa untuk mengatur masalah persaingan usaha. 61 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 selanjutnya disebut “UUD 1945” yang menginstruksikan, bahwa perekonomian Indonesia disusun serta berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Pasal 33 UUD 1945 merupakan dasar acuan normatif menyusun kebijakan perekonomian nasional yang menjelaskan, bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah berdasarkan demokrasi yang bersifat kerakyatan dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui pendekatan kesejahteraan dan mekanisme pasar. 62 Pasal 33 UUD 1945 menyatakan sebagai berikut : 1 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; 2 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara dan; 3 Bumi, air, dan kekayaan alam lainnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Dalam Pasal 33 UUD 1945 di atas jelas dinyatakan, bahwa perekonomian nasional harus dibangun atas dasar falsafah demokrasi ekonomi. 63 Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, maka negara memainkan peranan penting dalam menyusun laju perekonomian nasional. Beberapa dekade terakhir tahun 1973, karakteristik perekonomian Indonesia dipersiapkan berdasarkan usaha bersama dengan orientasi kekeluargaan dimana cabang produksi yang vital dikuasai oleh 61 Hikmahanto Juwana, “Menyambut Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999: Beberapa Harapan dalam Penerapannya oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha”, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999, hal. 4, dalam Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, cet.1, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 2. 62 Ningrum Natasya Sirait, Op.cit., hal. 1. 63 Demokrasi ekonomi yaitu produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau kepemilikan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Rachmadi Usman, Op.Cit., hal.10. Universitas Sumatera Utara negara. Sistem perekonomian Indonesia berupaya menghindarkan diri dari free fight liberalism yang mengeksploitasi manusia dan dominasi perekonomian oleh negara serta persaingan curang dalam berusaha dengan melakukan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok tertentu saja. Praktek ini muncul dalam berbagai bentuk monopoli ataupun monopsoni yang merugikan serta bertentangan dengan instruksi Pasal 33 UUD 1945. 64 Dari konsiderans menimbang Undang-Undang Anti Monopoli, dapat diketahui falsafah yang melatar belakangi kelahirannya dan sekaligus memuat dasar pikiran perlunya disusun Undang-Undang tersebut, setidaknya memuat tiga hal, yaitu bahwa : 1. Pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; 2. Demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif dan efisien, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjasama ekonomi pasar yang wajar. 3. Setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh negara republik Indonesia terhadap perjanjian-perjanjian Internasional. 65 Di samping itu, terdapat beberapa pertimbangan pokok yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: “ Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut di atas, menuntut kita untuk mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh serta 64 Ningrum Natasya Sirait, Op.cit., hal. 2. 65 Rachmadi Usman, Op.Cit., hal. 7. Universitas Sumatera Utara berkembang secara sehat dan benar, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat, serta terhindarnya pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu, antara lain dalam bentuk praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang merugikan masyarakat, yang bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial. Oleh karena itu, perlu disusun Undang-Undang tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dimaksudkan untuk menegakkan aturan hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha di dalam upaya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat, Undang-Undang ini memberikan jaminan kepastian hukum untuk lebih mendorong percepatan pembangunan ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum, serta sebagai implementasi dari semangat dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945”. 66

2. Landasan Sosio-Ekonomi

Dokumen yang terkait

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

5 100 133

Pengecualian Praktek Monopoli Yang Dilakukan Oleh Bumn Menurut Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

10 104 80

Perjanjian Pelaku Usaha Dengan Pihak Luar Negeri yang Bertentang Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Prektik Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat

2 69 130

Perjanjian Kartel Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia Sebagai Pelanggaran Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Putusan KPPU Nomor 24/KPPU-I/2009)

3 59 116

Peranan Notaris Dalam Persekongkolan Tender Barang/Jasa Pemerintah Terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

6 47 130

Analisis Terhadap Pengecualian Penerapan Undang-Undang No. 5 TAHUN 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Waralaba (Studi terhadap Perjanjian Kerjasama Yayasan Pendidikan Oxford

0 72 150

Sertifikasi & Akreditasi Oleh Asosiasi Dalam Perspektif Uu No. 5/1999 (Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

0 25 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 18

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 11

Tinjauan Yuridis Terhadap Divestasi Kapal Tanker VLCC PT.Pertamina Menurut UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

0 1 160