Tujuan Penyusunan Pedoman Analisis Terhadap Pengecualian Penerapan Undang-Undang No. 5 TAHUN 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Waralaba (Studi terhadap Perjanjian Kerjasama

1. Terdapat kesamaan penafsiran terhadap masing-masing unsur dalam Pasal 50 Huruf b, sehingga terdapat kepastian hukum dan dapat dihindari terjadinya kekeliruan atau sengketa dalam penerapannya. 2. Pasal 50 Huruf b dapat senantiasa diterapkan secara konsisten, tepat dan adil dalam setiap sengketa yang berkaitan. Dikecualikan dari ketentuan : perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba”

2. Tujuan Penyusunan Pedoman

Apabila dicermati sedikitnya ada tiga hal yang perlu diperdalam dari rumusan tersebut. Pertama, penyebutan istilah ’lisensi’ yang diikuti dengan istilah ’paten, merek dagang, hak cipta...dan seterusnya’ seolah-olah menempatkan lisensi sebagai salah satu jenis hak dalam rezim hukum HKI, padahal sesungguhnya tidaklah demikian adanya. Lisensi adalah salah satu jenis perjanjian dalam lingkup rezim hukum HKI yang dapat diaplikasikan di semua jenis hak dalam rezim hukum HKI. Kedua, penggunaan istilah merek dagang yang seolah-olah mengesampingkan merek jasa. Padahal maksudnya tidaklah demikian. Istilah ’merek dagang’ dalam pasal tersebut digunakan sebagai padanan dari bahasa inggris ; namun yang dimaksud dari istilah tersebut adalah mencakup merek dagang dan merek jasa. Ketiga, istilah ’rangkaian elektronik terpadu’bukanlah salah satu jenis hak yang terdapat dalam rezim HKI. Jenis hak yang benar adalah hak atas desain tata letak sirkuit terpadu. Sehubungan dengan adanya tiga hal Universitas Sumatera Utara tersebut, maka trademark hendaknya setiap pihak memaknai ketentuan tersebut sebagai berikut : 112 1. Bahwa perjanjian yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah perjanjian lisensi yang berada dalam lingkup hak paten, hak merek, hak cipta, hak desain industri, hak desain tata letak sirkuit terpadu, dan hak rahasia dagang. 2. Bahwa istilah ’merek dagang’ hendaknya dimaknai sebagai merek yang mencakup merek dagang dan merek jasa. 3. Bahwa istilah ’rangkaian elektronik terpadu’ hendaknya dimaknai sebagai desain tata letak sirkuit terpadu. Sebagian orang berpandangan bahwa rezim hukum HKI dan hukum persaingan usaha saling bertolak belakang. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Keberadaan rezim hukum HKI dan Hukum Persaingan Usaha hendaknya dipandang sebagai ketentuan hukum yang bersifat komplementer atau saling mengisi untuk keharmonisan sistem hukum nasional Indonesia. Kesamaan yang dimiliki oleh kedua rezim hukum tersebut diantaranya ialah pada tujuannya yaitu untuk memajukan sistem perekonomian nasional di era perdagangan bebas dan globalisasi, mendorong inovasi dan kreatifitas, serta untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Ketentuan Pasal 50 Huruf B Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 113 , satu sisi rezim HKI berbicara 112 Ibid. 113 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 33, Tambahan Lembaran Negara No. 3817, pada Pasal 50 menyebutkan bahwa : “yang dikecualikan dari ketentuan Undang-Undang ini adalah : a. Perbuatan dan atau perjanjian dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perUndang- Undangan yang berlaku, atau b. Perjanjian yang berkaitan dengan hakatas kekayaan intelektual, seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, disain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, serta perjanjian yang berkaitan dengan waralaba; atau c. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak mengekang dan atau menghalangi persaingan, atau d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan; atau e. Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar hidup masyarakat luas; atau Universitas Sumatera Utara tentang perlindungan hak intelektual sebagai bentuk insentif dan penghargaan agar memacu kreatifitas dan inovasi dalam mengembangkan seni, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perdagangan yang diharapkan akan meningkatkan kualitas peradaban masyarakat. Pengaturannya memberikan kesempatan kepada si kreator danatau si pemegang haknya untuk dalam kurun waktu tertentu memperoleh pengembalian investasinya atau bahkan mengambil keuntungan dari padanya. Rezim hukum HKI dengan demikian dapat dikatakan berada pada sisi pro persaingan usaha. Pada sisi yang lain, rezim hukum persaingan usaha berbicara tentang perlindungan terhadap iklim berkompetisi yang guna terbukanya peluang ekonomi, inovasi, dan kesempatan berusaha bagi semua pihak. Pada prinsipnya hukum ini akan memberikan kesempatan untuk kepastian berusaha bagi semua orang dengan cara membebaskan pasar guna efisiensi dan kompetisi yang fair untuk memberikan konsumen alternatif pilihan yang terbaik dalam pasar. Rezim hukum HKI adalah landasan hukum yang memberikan hak ekslusif bagi pemegang haknya untuk mengeksploitasi sendiri dan melarang pihak lain untuk mengeksploitasi obyek HKI yang dimilikinya. Istilah ‘mengeksploitasi’ sengaja digunakan dalam hal ini, karena isi dari hak eksklusif berbeda-beda. Dalam lingkup hak cipta, konteks mengeksploitasi adalah hak eksklusif untuk memperbanyak dan mengumumkan. Dalam lingkup hak paten, konteksnya adalah melaksanakan yang meliputi kegiatan seperti membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual, dan lain sebagainya. Dalam lingkup hak merek, konteksnya adalah menggunakan. Dalam lingkup hak desain industri, konteksnya adalah melarang yang meliputi kegiatan seperti membuat, memakai, menjual, f. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia; atau g. Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri; atau h. Pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil; atau i. Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani anggotanya”. Universitas Sumatera Utara mengimpor, mengekspor, dan mengedarkan. Dalam lingkup hak desain tata letak sirkuit terpadu, konteksnya adalah melaksanakan. Hak eksklusif tersebut sering dimaknai oleh sebagian orang sebagai suatu bentuk hak untuk melakukan monopoli. Dalam hukum persaingan usaha, monopoli harus diartikan sebagai penguasaan atas produksi danatau pemasaran barang danatau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Pengertian tersebut berbeda dengan ‘praktek monopoli’ yang harus diartikan sebagai pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum. Hukum persaingan usaha secara jelas mengatur bahwa kegiatan monopoli bukanlah suatu hal yang dilarang dan yang dilarang adalah praktek monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha. Sehubungan dengan hal tersebut, Ada beberapa fakta yang dapat menggambarkan hal tersebut. Pertama, pemegang hak eksklusif bisa saja membebaskan penggunaan, modifikasi, dan perbanyakan dari karyanya kepada masyarakat umum, misalnya untuk pemegang hak cipta atas program komputer yang mendistribusikan karyanya dengan lisensi GNU. Kedua, pemegang hak eksklusif bisa saja memilih tidak memproduksi karyanya dan sekaligus tidak melarang pihak lain yang memproduksi karya tersebut tanpa seizinnya. Dalam kondisi-kondisi tersebut jelaslah bahwa unsur-unsur praktek monopoli tidak terpenuhi, hendaknya dipahami bahwa dengan adanya suatu hak eksklusif tidak berarti secara otomatis telah terjadi praktek monopoli dalam pasar. Universitas Sumatera Utara Dalam kondisi-kondisi yang lain, praktek monopoli sebagai pelaksanaan dari hak eksklusif HKI dapat saja terjadi. Pertama, pemusatan kekuatan ekonomi dapat terjadi ketika pemegang hak menjadi satu-satunya pihak yang mengadakan usaha untuk itu atau ketika pemegang hak hanya menunjuk perusahaan tertentu saja sebagai penerima lisensi. Kedua, penguasaan atas produksi danatau pemasaran dapat terjadi ketika barang danatau jasa tersebut hanya dibuat danatau dipasarkan oleh pemegang hak dan penerima lisensinya. Ketiga, persaingan usaha tidak sehat dapat terjadi ketika kegiatan usaha pemegang hak danatau penerima lisensi dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Keempat, kerugian terhadap kepentingan umum dapat terjadi ketika kegiatan usaha pemegang hak danatau penerima lisensi dipandang dapat menciderai kepentingan orang banyak. Namun demikian, untuk dapat efektif melakukan praktek monopoli pemegang hak harus secara aktif melakukan upaya hukum terhadap para pelaku pelanggaran HKI yang dianggap menciderai hak eksklusifnya. Berlandaskan pada berbagai uraian tersebut di atas, diperolehlah suatu isu hukum yang akan dielaborasi lebih lanjut disini, yaitu apakah perjanjian lisensi HKI yang pelaksanaannya melahirkan praktek monopoli dikecualikan dari ketentuan dalam Undang-Undang persaingan usaha. 114

3. Prinsip Dasar

Dokumen yang terkait

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

5 100 133

Pengecualian Praktek Monopoli Yang Dilakukan Oleh Bumn Menurut Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999

10 104 80

Perjanjian Pelaku Usaha Dengan Pihak Luar Negeri yang Bertentang Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Prektik Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat

2 69 130

Perjanjian Kartel Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia Sebagai Pelanggaran Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Putusan KPPU Nomor 24/KPPU-I/2009)

3 59 116

Peranan Notaris Dalam Persekongkolan Tender Barang/Jasa Pemerintah Terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

6 47 130

Analisis Terhadap Pengecualian Penerapan Undang-Undang No. 5 TAHUN 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Waralaba (Studi terhadap Perjanjian Kerjasama Yayasan Pendidikan Oxford

0 72 150

Sertifikasi & Akreditasi Oleh Asosiasi Dalam Perspektif Uu No. 5/1999 (Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

0 25 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 18

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 11

Tinjauan Yuridis Terhadap Divestasi Kapal Tanker VLCC PT.Pertamina Menurut UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

0 1 160